Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kisah yang Tak Patah
MENU
About Us  

Chapter VII

Penyemangat

(2012)

Usai liburan sekolah, dimulai dengan classmeeting sebelum pembelajaran dimulai seminggu kemudian untuk penyesuaian. Sekarang kami kelas XII dan waktu memang berlalu begitu cepat. Untuk urusan kelas, tidak ada yang berubah kita semua dari jurusan dan kelas yang sama tetap begitu di kelas XII ini. Aku tetap sekelas dengan sang pacar, Dafa. Hari pertama dimulai dengan Upacara Bendera seluruh kelas, dan aku hampir lupa termasuk dengan kelas Diandra yang juga adalah kelasnya. Aku berpapasan dengannya, oh hari ini dia jadi pendamping pembina upacara. Untuk kali pertama setelah cukup lama tidak bertegur sapa, dia tersenyum padaku, Gilang. Entah apa yang membuat dia menjadi ramah begitu, ah sudahlah karena kita teman aku pun membalas senyumnya dengan lambaian tangan “Hai” dan dibalas lagi oleh senyumnya yang kali ini dengan gigi yang tersusun rapi seperti rapinya seragam yang dia kenakan hari ini.

“Nay... kangen!!!” tepuk Diandra dari belakang. Aku juga merindukan teman aku yang satu ini, karena meski satu komplek Diandra juga menghabiskan waktu liburannya di luar kota.

“Kangen juga Di” pelukku padanya.

“Nay kamu kenapa nyapa dia? Entar di liat pacarmu loh, Dafa kan suka cemburu” perkataan Diandra membuat aku terdiam. Aku juga hampir lupa tentang itu entah apa yang terjadi.

“Enggak lah Di, aku sama Gilang teman dan begitupun Gilang dengan Dafa, dan kamu tentunya” jawabku sambil tersenyum, aku yakin Dafa percaya padaku dan apa yang ku lakukan tadi pun tidak di luar batas.

Ini pagi yang indah dan semua akan baik-baik saja ucapku dalam hati. Sudah pukul 06.50 WIB, sebentar lagi upacara di mulai dan aku tidak melihat Dafa, yang terlihat hanya dua sejoli Rosa dan Samy yang saling berpegang tangan di barisan kelas ku, ah membuatku iri saja. Mereka semakin romantis semakin hari sehingga membuat aku ikut bahagia dengan melihat senyuman yang merekah dari wajah Rosa.

“Hai!!” sapa seseorang pelan dari belakang barisanku dengan suara yang selalu berhasil membuat jantungku tak beraturan detaknya, Dafa. Upacara pun usai dengan lantunan indah penuh semangat dari ruang kesenian yang menandakan pertandingan antar kelas X, XI, dan XII akan segera di mulai. Hari ini aku akan jadi tim supporter Dafa. Dari setiap kelas akan dikirim pemain-pemain terbaik untuk perlombaan voli dan basket serta lomba lainnya. Dafa menjadi salah satu perwakilan kelas untuk lomba voli dan basket karena dia salah satu atlet pemain bola dari kelasku yang mewakili sekolah tahun lalu. Selain Dafa ada juga Samy, jadi hari ini aku dan Rosa jadi penyemangat mereka yang sudah siap duduk di tepi lapangan. Hari ini kelasku dapat urutan untuk pertandingan basket dan voli putra.

“Ayooo Dafa!!! Semangat!!!! Go Go Go” teriak teman-teman sekelasku yang perempuan, ternyata pacarku populer juga. Di tambah adik kelas perempuan yang ikut serius menonton Dafa, huh. Aku dan Rosa pun saling sahut-menyahut menyemangati pemain favorit kami dengan loncat-loncat seperti cheerleader. Akhirnya permainan usai dan kelasku maju untuk babak selanjutnya, kelas kami menang.

“Nayla, pacar kamu keren ya” ejek Rosa padaku.

“Ah Samy juga keren Sa, semoga pertandingan lain kelas kita juga menang ya Sa. Aamiin”

“Iya Nay, ayo Nay kita susulin pacar kita entar keburu di salip sama yang lain”

Aku dan Rosa menuju ke Dafa dan Samy. Ternyata hanya ada Samy yang sedang dapat ucapan selamat dari para fans nya dan berhasil membuat Rosa cemburu, mereka benar-benar pasangan yang lucu, dan dari setiap sisi aku tidak melihat Dafa. Entah pergi kemana Dafa.

“Hay Sam, selamat ya tadi kamu mainnya keren” ucapku pada Samy sambil melihat ke kanan, dan ke kiri mencari Dafa.

“Sam, Dafa kemana?” Tanya Rosa pada pacarnya mewakili aku yang malu untuk bertanya.

“ya ampun Nay, kalau mau tahu tanya aja lagi, tuh pacar kamu langsung ke kelas kecapekan karena tadi kan habis main voli juga” jawab Samy sambil mengejek. Kelasku hari ini mendapat urutan yang kacau hingga melakukan dua perlombaan dengan urutan waktu yang dekat. Untung saja tidak bentrok.

“yaudah Nay sana ke kelas, aku mau pergi makan dulu ke kantin dengan Samy. Entar kalau mau nyusul kita ke kantin samping lab seni ya” Rosa menyuruhku pergi mencari Dafa.

“yaa yang lagi mau berduaan, aku di usir donk sedih banget sih” ejekku pada mereka.

“ih kamu ya Nay, kalau iri sana ke pacar mu” Rosa membalas ejekkan ku dan aku pun berlalu menuju kelas. Tiba dikelas aku hanya berani sampai didepan pintu, karena dikelas ternyata sepi tidak sampai 10 orang, aku meneliti dengan mataku dimana Dafa duduk. Aku benar ternyata benar Dafa yang duduk di samping Nadin. Gadis itu adalah teman sekelasku yang dulunya juga menyukai Dafa, kabar dan isu yang aku dengar tapi aku tidak percaya. Apa yang harus aku lakukan, datang ke Dafa atau diam saja di luar kelas. Entah mengapa aku jadi bingung, apa aku cemburu? dengan Nadin? atau aku kecewa karena Nadin harusnya tahu kalau aku dan Dafa pacaran.

Satu kelas sudah mengetahui aku dan Dafa pacaran, bahkan guru-guru beberapa sudah tahu dan memintaku dan Dafa untuk pacaran yang saling memotivasi termasuk wali kelasku saat di kelas XI yang menjadi salah satu tempat aku bercerita tentang aku dan Dafa. Karena wali kelas ku pernah bilang sifat Dafa itu sepertinya suka berubah-ubah jadi aku harus menyesuaikan diri dan menerimanya. Mereka semua tahu dan Nadin juga berhubungan baik denganku jadi apa yang dia lakukan dengan senyum-senyum sambil berbicara dengan Dafa di ruangan kelas yang isinya hanya terdiri dari enam orang laki-laki, dan dua orang perempuan. Dia memilih duduk di bangku sebelah Dafa, atau Dafa yang memilih duduk di sampingnya. Sungguh pikiran-pikiran buruk berputar di kepalaku.

Begini kalau sudah cemburu semua pikiran buruk berlari-lari di kepalaku dan aku mengurungkan niatku masuk ke kelas. Apa alasan yang tepat aku juga tidak tahu yang jelas aku hanya tidak ingin membuat semua terlihat aneh karena Nadin terlihat sangat bahagia duduk di sampingnya. Aku pun diam di depan kelas dan menunggu yang lain masuk ke kelas. Aku percaya pada Dafa, ucapku menekankan dalam hati. Sebelumnya Dafa juga pernah di kagumi beberapa orang adik kelas, dan teman-teman perempuan yang lain tapi semua baik-baik saja Nayla jadi kamu tidak perlu meragukan Dafa, aku menenangkan diri sampai melihat Dika dan teman-teman yang lain masuk, aku pun memutuskan untuk masuk ke kelas. Aku pun masuk dan Dafa masih tetap di mejanya hanya saja Nadin sudah pindah ke mejanya sendiri. Aku menghela nafas lega sambil menuju Dafa dan duduk di sebelahnya. Dia menutup kepalanya dengan baju olahraganya, tidak menyadari aku duduk di sampingnya atau dia tertidur. Aku hanya terdiam melihatnya dengan meyakinkan diri kalau semua baik-baik saja cukup aku percaya dengannya.

“Hey.. kamu tidur?” sapa ku pada Dafa.

“Emm, nggak Cuma capek sama ngantuk aja, Nayla kemana aja sih?” dengan wajah lelah dia menatapku seakan tahu apa yang sedang berputar di kepalaku. Dia setia dan aku sangat tahu itu, sudahlah Nayla kamu tidak perlu bertanya padanya ku tegaskan kembali dalam hati.

“tadi dari kantin bareng Samy dan Rosa. Dafa udah makan siang?”

“Belum, perut Dafa lagi gak enak soalnya jadi nanti aja deh baru makan”

“oh yaudah Nay balik ke kantin lagi ya, soalnya tadi cuma mau ngajakin Dafa ke kantin. Rosa sama Samy ntar nungguin Nayla” Aku pun hampir beranjak dari duduk ku dan terhenti karena dia menahanku dengan menarik tanganku lembut. Ada apa dengannya, tidak seperti biasanya. Dafa memang baik dan lembut serta romantis, tapi kalau cuma kita berdua dia jarang seperti ini.

“Nayla jangan keman-mana, duduk disini ya temenin Dafa” dengan tatapan manjanya aku tidak bisa berbuat apapun selain kembali duduk dan membiarkan dia menggenggam tanganku. Seakan tahu bahwa aku sedang kesal dan cemburu dia meluluhkan hatiku lagi. Apa memang begini perempuan, selalu mudah luluh dengan hal-hal kecil sehingga selalu mudah memaafkan dan menerima.

“Dafa, besok berarti kamu harus ada di lapangannya waktu kami tanding” Nadin bicara dengan nada sedikit tinggi dari mejanya sambil menuju pintu keluar.

“Haa, oke!” jawab Dafa dengan anggukan yang membuat aku bingung.

“dia tadi nanyain soal basket sama Dafa, kenapa wajah Nay? Cemburu? Ngomong gitu aja udah cemburu?” Dafa tertawa sambil mengacak rambutku.

“eng..enggak lah siapa yang cemburu, wee GR Dafa nih” jawab ku ketus namun bersorak dalam hati, tuh kan pacarku memang yang terbaik.

“iyadeh memang Cuma Dafa yang selalu cemburuan di banding Nayla. Heran kok Nayla nggak pernah cemburu sih Nay, Nayla kita pacaran kan?” pertanyaan yang menimbulkan kebingungan hingga aku menjawab sekena ku.

“Cemburu? Ya pernah donk Fa, tapi Nayla diam-diam aja. Nanti kalau Nay bilang cemburu sama si A, eh Dafa jauhin orangnya padahal kan teman kita juga jadi kesannya nanti Nayla yang jahat. Kecuali sama adik kelas yaa, itu nggak boleh dideketin sedikitpun jangan nakal” tegas ku sambil menghela nafas lega di dalam hati.

“Hahaha yesss, berarti Nayla sayang sama Dafa, soalnya Dafa capek karena selalu Dafa yang nggak suka Nay di deketin laki-laki lain” sambil mencubit hidungku dia tersenyum lega.

“Apa sih Fa, cemburu-cemburu itu nggak baik, kita harus saling percaya. Makanya Nayla lebih milih diam daripada harus bilang ke Dafa”

“halah, lebih milih diam terus cemberut, jutek, dan nggak bales kalau di sms gitu?” dia mengejekku sambil tertawa. Dasar Dafa. “Oya Nayla tadi yang loncat-loncat udah kayak pemandu sorak kan di tepi lapangan. Makasih ya sayang” ucapannya membuatku tidak jadi marah dengan ejekan nya.

“Iyaa, tuu kurang apa coba Nayla, dari pertandingan voli sampe basket udah teriak-teriak tapi nggak di traktir, heem tim penyemangat lelah dan kecewa” jawab ku ketus padanya.

“yok ke kantin makan, nanti magh nya Nayla kambuh terus ntar Dafa yang disalahkan” dengan senyum lebar di pipi aku membiarkan dia menarik tangan ku, dan aku melupakan apa yang terlintas tadi dan semua hal buruk yang aku pikirkan terbakar dengan sendirinya.

Dia tidak seburuk apa yang mereka katakan. Dia menjaga ku dengan baik. Aku teringat nasehat Diandra dan Ria tentang Dafa. Mereka takut Dafa hanya main-main dengan ku dan mereka takut Dafa hanya akan membuatku terluka. Tapi aku menghargai bagaimana khawatirnya mereka karena ini kali pertama nya untukku. Biarlah aku nikmati dulu hari ini, tidak ada yang akan tahu apa yang terjadi besok, lusa, dan seterusnya.

***

Aku menikmati setiap hari yang ku lalui bersama Dafa. Kita saling jadi penyemangat masing-masing dan aku berharap seterusnya aku tetap bisa jadi penyemangatnya. Pangeran batu ku yang lucu kalau sudah cemburu, dan selalu membuat aku terharu dengan perhatiannya. Kepercayaan yang aku berikan padanya semoga juga sebaliknya dia padaku. Hubungan dijalani dari kedua belah pihak yang saling percaya dan memahami karena sejatinya begitulah jika sudah menyangkut urusan hati.

Tags: kisah twm18

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • hafizanana

    terimakasih ^^

    Comment on chapter Si Biru yang Menjadi Abu
  • rezataufik_h

    Nice story.. Semangat buat authornya..

    Comment on chapter Pacar, Mana Pacar?
  • hafizanana

    semoga pembaca menikmati. terimakasih ^^

    Comment on chapter Si Biru yang Menjadi Abu
Similar Tags
Hujan [COMPLETED]
463      327     5     
Short Story
Jariku mengetuk-ngetuk meja sambil berpikir. Apa yang sekarang terjadi pada gadis itu? Hidupnya dulu merana, tak tega melihatnya. Gadis itu menghadapi orang-orang yang tak bersahabat. Jika aku menjadinya, lebih baik mati saja. Manusia di dunia ini begitu jahat.
My Reason
701      463     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
Forestee
482      340     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Azzash
309      254     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
Haruskah Ku Mati
52742      5849     65     
Romance
Ini adalah kisah nyata perjalanan cintaku. Sejak kecil aku mengenal lelaki itu. Nama lelaki itu Aim. Tubuhnya tinggi, kurus, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Dia sudah menjadi temanku sejak kecil. Diam-diam ternyata dia menyukaiku. Berawal dari cinta masa kecil yang terbawa sampai kami dewasa. Lelaki yang awalnya terlihat pendiam, kaku, gak punya banyak teman, dan cuek. Ternyata seiring berjal...
Cinta Aja Nggak Cukup!
5029      1642     8     
Romance
Pernah denger soal 'Triangular theory of love' milik Robert Sternberg? The one that mentions consummate love are built upon three aspects: intimacy, passion, and commitment? No? Biar gue sederhanakan: Ini cerita tentang gue--Earlene--dan Gian dalam berusaha mewujudkan sebuah 'consummate love' (padahal waktu jalaninnya aja nggak tau ada istilah semacam itu!). Apa sih 'consummate love'? Penting...
When Home Become You
431      324     1     
Romance
"When home become a person not place." Her. "Pada akhirnya, tempatmu berpulang hanyalah aku." Him.
Help Me
6019      1807     6     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...
Midnight Sky
1635      809     2     
Mystery
Semuanya berubah semenjak kelompok itu muncul. Midnight Sky, sebenarnya siapa dirimu?
Bullying
571      351     4     
Inspirational
Bullying ... kata ini bukan lagi sesuatu yang asing di telinga kita. Setiap orang berusaha menghindari kata-kata ini. Tapi tahukah kalian, hampir seluruh anak pernah mengalami bullying, bahkan lebih miris itu dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Aurel Ferdiansyah, adalah seorang gadis yang cantik dan pintar. Itu yang tampak diluaran. Namun, di dalamnya ia adalah gadis rapuh yang terhempas angi...