Read More >>"> Raha & Sia (8 | TR) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Raha & Sia
MENU
About Us  

 

Jamkos. 

Suatu moment langka yang sangat dielu-elukan oleh sebagian besar manusia berseragam yang disebut siswa. Termasuk Sia, tentunya.

"Dih, Helen kenapa sih?  Dari tadi manyun aja kerjanya. Helen sakit?"

Helen terlihat tidak bersemangat hari ini. Entahlah apa yang menimpa gadis ber-gen kaukasoid itu. Yang pasti ia tidak seperti yang sudah-sudah, hari ini bibirnya rata. 

"Ini baksonya kenapa nggak dimakan?" Sia mengaduk-aduk mangkuk berkuah milik Helen yang sejak tadi menganggur tak dijamah. "Kalo nggak mau ya bilang, ntar Sia yang habiskan."

"Kalo makan aja lo nomor satu." Akhirnya Helen bersuara. Sia berdecih setelahnya. 

"Makan, deh. Ya? Lagian Heken ada masalah apa sih sebenarnya? Ayo cerita ke Sia Tadirana."

"Masa' curhat di kantin."

"Ya nggak papa."

"Ntar ada yang denger."

Sia menghela pendek. "Yaudah, di kelas. Tapi ini habisin dulu."

"Lo aja deh yang makan." 

"Beneran?" Tentu saja Sia tak keberatan. Ia pun menggeser mangkuk milik Helen hingga ada dua porsi sekaligus di depannya kini. Namun, air muka Helen masih tak berubah. Bahkan gadis itu semakin terlihat keruh.

"Si, gue tunggu di kelas, ya." Ucap Helen sebelum bangkit dari duduknya.

"Oke oke." Jawab Sia singkat. "Makasih ya Helen, makanannya. You are the best deh!"

"Sama-sama." Balas Helen. "Oh ya, itu belum gue bayar. Lo bayar lah sekalian. Kan, elo yang makan."

Sia tersedak.

 

- - 

 

"Oh haha jadi karena itu Helen mogok seharian ini?"

Helen baru saja menceritakan alasan kenapa wajahnya tertekuk kepada Sia. Sekarang, mereka berdua sudah di kelas. 

"Iya. Jadi udah 2 hari Clamora sakit." Imbuh Helen dengan sorot mata mengandai. Mengandai bahwa Clamora--kucing Persia miliknya itu ada di sini.

"GWS deh buat Clamora." Balas Sia, jujur saja lega karena ia pikir ada masalah serius yang menimpa Helen. Meskipun urusan Clamora adalah hal serius bagi Helen, sih. 

"Oh ya, Si. Kemarin, lo yakin Raha beneran bilang gitu?" Helen membuka topik baru.

"Hm. Kayaknya iya. Andai Sia nggak bilang stop, udah pasti deh dia bilang gitu. Haha."

Helen menyeka surai rambutnya ke belakang. "Kayaknya, Raha beneran suka sama lo."

"Gak peduli, sih." Sia mengendikkan bahu. 

Helen menghela napas pendek, ia menatap Sia lurus-lurus. "Si," panggilnya lalu.

"Hm?"

"Lo beneran nggak tertarik, sama dia?"

"Dia siapa?"

Helen menahan diri untuk tidak menggetok kepala sahabatnya itu. Lalu Helen berdecak. "Ya Raha. Masa' pak Ojan." 

"Dih, Helen jangan kualat. Ntar pak Ojan denger, Helen nggak dijemput lagi, lho."

"Si, apaan sih receh banget tauk. Mendingan lo jawab pertanyaan gue. Lo kenapa nggak tertarik sama Raha?"

"Hm. Kenapa ya?" Sia memicing, telunjuknya bergerak naik mengetuk-ngetuk dagunya yang lancip. "He isn't my type?"

"RIP that type, then." Helen memutar bola mata malas. "Raha tuh ganteng, Si. Blasteran, pula. Udah gitu mapan, baik, berwibawa, manly juga."

"Really? Kenapa Sia nggak mandang dia kek gitu, ya?"

"Ntar gue temenin lo periksa mata." Sela Helen yang mulai BT. "Kalo gitu tipe lo kek gimana, gue mau denger."

"Ya Sia mah nggak muluk-muluk. Yang penting bisa nyaman sama dia."

"Kek gimana dah baru bisa nyaman?"

"Ya harus  baik, rajin menabung, disiplin, jujur, mandiri, good looking, top attitude, nggak posesif, nggak pelit, sayang orangtua, selalu ngajakin makan, romantis, mau mengalah, bisa diperca-"

"Katanya nggak muluk-muluk. Bangke." Helen menyetop kalimat-kalimat Sia dengan helaan napasnya. 

Sore harinya, mereka singgah di perpustakaan daerah. Sebenarnya Sia ogah, mana mau ia membaca. Tapi Helen yang minta, jadi sebagai sahabat yang baik tentu saja Sia terima. Tapi dengan satu syarat.

"Helen lama banget ih nyari bukunya."

"Bawel lo ah."

"Lapar, nih. Helen jangan lupa ya, tadi katanya mau traktir Sia makan?"

Nah. Itulah syaratnya. 

Helen tak menggubris kemudian kembali memilah buku saduran yang tersusun rapih di atas rak. Beberapa menit kemudian, mereka keluar dari tempat itu dengan Helen yang sudah menemukan novel yang dicarinya tadi.

"Yaudah. Makan dimana nih?" Helen memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Starbuck deh. Oh, bukan, bukan. Kfc Rumah Kopi? Di resto ma-"

"Si, jangan aneh-aneh." Helen melihat isi dompetnya sebentar, lalu meringis melihat hanya ada dua lembar uang di sana. "Ini tuh lagi tanggal tua." 

Dan ujung-ujungnya, Helen hanya membawa Sia ke rumahnya, memakan masakan bibi.

Di depan meja makan, sebenarnya Sia tak kerasan. Kalau begini, apa bedanya makan di rumah sendiri? Pupus sudah harapannya ditraktir makan di tempat ternama.  "Dasar bule kere,"

"Makan aja Si. Nggak usah nyerocos." 

Sia melihat ada seekor kucing yang melintas. "Itu Clamora, kan?"

"Mana?" Helen mengikuti arah pandang Sia. "Oh, iya."

"Katanya sakit?"

"Kayaknya udah sembuh. Hehe."

Sia mengernyit. Ia pun mengendik berusaha tak peduli dan kembali menyuap makanan ke dalam mulutnya.  

Sementara Helen terlihat temaram lagi, wajahnya kembali keruh. Entahlah ada apa dengan gadis itu. Yang pasti Sia mulai ragu kalau Clamora adalah penyebabnya.

Ponsel Sia berdering. 

Namun di-reject.

"Angkat aja, Si." Suruh Helen melihat Sia menolak panggilan itu tanpa melihat dulu siapa pemanggilnya. "Kali aja penting."

"Nggak deh. Kan, Sia-nya lagi makan." Sia tetap pada makanannya.

Dan, ponselnya berdering kembali. Namun masih sama, Sia enggan diganggu. Di dering kelima, akhirnya dengan setengah malas Sia pun merogoh saku seragamnya, mengeluarkan ponsel dan membaca dulu itu panggilan dari siapa.

Kemudian matanya membulat, "ASTAGA PANGGILAN DARI BUNDA!"

"Mampus lo udah nge-reject." Helen terkekeh.

"Ha-halo, bunda?"

"KURANG AJAR KAMU, YA? PANGGILAN BUNDA DITOLAK! MAU BUNDA NGGAK KASIH JAJAN KAMU?"

"A-ampun bun. Tadi Sia lagi-"

"JANGAN ALASAN! BUNDA TAHU KAMU SUDAH PULANG SEKOLAH! KELUYURAN DIMANA KAMU, ANAK?"

Sia mengusap-usap daun telinganya, suara bundanya di seberang sana benar-benar memekakkan telinga. "INI KASIAN TEMEN KAMU UDAH DI SINI DARI TADI."

"T-Temen?" Sia mengerjap. "Teman siapa, bun?"

"Namanya Raha."

"APA BUND?!" Sia terkesiap. Mulutnya nyaris terbuka sempurna. 

"Iya buruan pulang. Awas kalo kelamaan!"

"I-iya bunda."

Panggilan terputus. 

Sia tak tahu lagi apa yang harus keluar dari bibinya setelah ini. Seluruh isi kepalanya beralih pada seorang pria yang katanya sudah menunggu sedari tadi.

"Kenapa, Si?" Tanya Helen.

"Ng? It-itu.." 

Persetan! Sia tidak punya waktu bertele-tele. Ia harus segera pulang, menemui si Raha-Raha itu lalu mengusirnya pergi! Buru-buru Sia meneguk habis air di gelasnya lalu berpamitan pada Helen. "Hel, Sia duluan ya?"

"Tapi makanannya belum habis, loh?"

"Emergency!"

"Hah? Ok-oke deh." Jawab Helen setengah heran menyaksikan Sia berlari keluar dari rumahnya.

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dominion
20      18     1     
Action
Zayne Arkana—atau yang kerap dipanggil Babi oleh para penyiksanya—telah lama hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Perundungan, hinaan, dan pukulan adalah makanan sehari-hari, mengikis perlahan sisa harapannya. Ia ingin melawan, tapi dunia seolah menertawakan kelemahannya. Hingga malam itu tiba. Seorang preman menghadangnya di jalan pulang, dan dalam kepanikan, Zay merenggut nyawa untuk p...
Hunch
35809      5146     121     
Romance
🍑Sedang Revisi Total....🍑 Sierra Li Xing Fu Gadis muda berusia 18 tahun yang sedang melanjutkan studinya di Peking University. Ia sudah lama bercita-cita menjadi penulis, dan mimpinya itu barulah terwujud pada masa ini. Kesuksesannya dalam penulisan novel Colorful Day itu mengantarkannya pada banyak hal-hal baru. Dylan Zhang Xiao Seorang aktor muda berusia 20 tahun yang sudah hampi...
Secangkir Kopi dan Seteguk Kepahitan
527      291     4     
Romance
Tugas, satu kata yang membuatku dekat dengan kopi. Mau tak mau aku harus bergadang semalaman demi menyelesaikan tugas yang bejibun itu. Demi hasil yang maksimal tak tanggung-tanggung Pak Suharjo memberikan ratusan soal dengan puluhan point yang membuatku keriting. Tapi tugas ini tak selamanya buatku bosan, karenanya aku bisa bertemu si dia di perpustakaan. Namanya Raihan, yang membuatku selalu...
Shymphony Of Secret
368      273     1     
Romance
Niken Graviola Bramasta “Aku tidak pernah menginginkan akan dapat merasakan cinta.Bagiku hidupku hanyalah untuk membalaskan dendam kematian seluruh keluargaku.Hingga akhirnya seseorang itu, seseorang yang pernah teramat dicintai adikku.Seseorang yang awalnya ku benci karena penghinaan yang diberikannya bertubi-tubi.Namun kemudian dia datang dengan cinta yang murni padaku.Lantas haruskah aku m...
Semanis Rindu
15821      2992     10     
Romance
Aku katakan padamu. Jika ada pemandangan lain yang lebih indah dari dunia ini maka pemandangan itu adalah kamu. (Jaka,1997) Sekali lagi aku katakan padamu. Jika ada tempat lain ternyaman selain bumi ini. Maka kenyamanan itu ada saat bersamamu. (Jaka, 1997) Jaka. nama pemuda jantan yang memiliki jargon Aku penguasa kota Malang. Jaka anak remaja yang hanyut dalam dunia gengster semasa SM...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
7376      1874     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Help Me to Run Away
2436      1061     12     
Romance
Tisya lelah dengan kehidupan ini. Dia merasa sangat tertekan. Usianya masih muda, tapi dia sudah dihadapi dengan caci maki yang menggelitik psikologisnya. Bila saat ini ditanya, siapakah orang yang sangat dibencinya? Tisya pasti akan menjawab dengan lantang, Mama. Kalau ditanya lagi, profesi apa yang paling tidak ingin dilakukannya? Tisya akan berteriak dengan keras, Jadi artis. Dan bila diberi k...
Namaste Cinta
9784      1901     5     
Romance
Cinta... Satu kata yang tak pernah habisnya menghadirkan sebuah kisah...
Between Clouds and Tears
1111      680     6     
Short Story
a collection of poetry made by yours truly. sappy, melancholic, and at times, nonsensical Whatever you may interpret from the words strung together in this book, i hope they impact you (positively, i hope), one way or another.
Shane's Story
2134      832     1     
Romance
Shane memulai kehidupan barunya dengan mengubur masalalunya dalam-dalam dan berusaha menyembunyikannya dari semua orang, termasuk Sea. Dan ketika masalalunya mulai datang menghadangnya ditengah jalan, apa yang akan dilakukannya? apakah dia akan lari lagi?