Dulu saat sekolah pulang cepat, aku tidak sengaja bertemu dengan Nadya di depan sekolah saat akan pulang ke rumah. Aku melihat Nadya pulang naik angkot. Aku juga pulang sekolah selalu naik angkot. Tapi beda arah sama dia.
Tapi aku tidak tahu kalau pulang dia naik angkot apa aja.
Aku sampai membuka google map buat nyari jalan alternatif biar bisa seangkot pulangnya.
Ciawitali tuh dimana.
Aku jalan-jalan di google map. Menelusuri jalan dari depan SMA sampai Ciawitali.
Aku sudah mendapat gambaran arah menuju Ciawitali tapi belum tau harus menaiki angkot apa.
Kemudian aku bertanya kepada pedagang di sekitar sekolahan.
“Waduh duka abdi ge teu terang.” (Waduh saya juga gak tahu).
Namun kebanyakan dari mereka adalah orang Ciroyom dan Pagarsih. Tidak ada yang tahu soal Cimahi.
*****
Kebetulan kalau sudah sore. Dari depan sekolah sampai tempat naik angkot harus jalan dulu.
Sekolah kami berada di komplek tentara AU. Sebenarnya ada angkot dari depan sekolah, tapi entah mengapa tiap sore, jalur angkutan umumnya diportal.
Setiap hari aku selalu mencaritahu kapan Nadya pulang ke rumahnya.
Aku sudah kelas dua belas. Aku pulang lebih akhir dibandingkan kelas sepuluh.
Saat aku bubaran kelas, Nadya sudah tidak ada di kelasnya. Mungkin dia sudah pulang.
Aku melakukannya setiap hari. Mencari tahu jam berapa dia pulang. Hingga akhirnya aku mengetahui jika setiap hari Rabu dia ikut les Fisika di sekolah.
*****
Rabu sore, pulang sekolah, aku lihat Nadya baru keluar dari sekolah. Sedang mengobrol dengan teman-temannya.
Dia baru saja selesai les Fisika.
Sebenernya aku udah sengaja nunggu dia dari tadi. Pulang sekolah langsung nungguin dia di warung depan sekolah. Sambil minum es kelapa yang kupesan.
Dari kejauhan, aku memandangnya. Berfikir apa sebenarnya yang membuatku tertarik setengah mati kepadanya.
Ingin rasanya ku foto dia. Tapi aku jauh di seberang jalan, tidak mungkin wajahnya akan tampak jelas di layar ponselku.
Ohiya! Akukan sudah tahu nama lengkapnya. Ide brilian muncul dalam benakku. Aku mancari namanya di Fesbuk agar lebih mudah berkenalan.
Aku mengetik nama lengkapnya.
Nadya Sekar Rahayu.
“Error: Internet connection not found.”
Paket internetku sudah habis saat mencari jalan Ciawitali.
Sial!
Tidak lama kemudian, salah satu temannya dijemput oleh pacarnya menggunakan motor. Saat motornya datang mereka “cie-ciee”-an. Saat motornya pergi, mereka dadah-dadahan.
Setelah temannya dijemput. Nadya jalan kaki ke tempat naik angkot.
Aku ngikutin dia dari belakang, kayak stalker mau nyulik anak orang. Aku berencana akan naik angkot yang sama dengan dia. Biar keliatan kebetulan bisa seangkot.
Aku tidak berani deket-deket terus kenalan. Disamping aku gak berani kenalan, dia jalan bergerombol bareng temennya.
Walau begitu aku tetep nyoba buat kenalan dengan dia.
Aku mempercepat langkah kaki agar dapat mendekatinya dan menyapanya. Tapi saat aku hampir mendekatinya, karena rasa takutku, aku mengurungkan niat dan memperlambat langkah kakiku. Hal ini terus terjadi berulang-ulang. Sampai di tempat naik angkot.
Aku bingung sendiri, jika kita tidak berkenalan, untuk apa aku melakukan ini semua?
Di tempat naik angkot. Aku berdiri menunggu. Beberapa meter di sebelahku ada Nadya dan gengnya.
Aku tidak tahu harus naik angkot apa. Aku menunggu angkot yang diberentiin Nadya.
Sambil menunggu aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku cuma pasang kuda-kuda cowo ganteng kalo lagi berdiri, yang sering aku lihat di iklan TV. Sedikit-sedikit lihat jam tangan. Mencet-mencet tombol ponsel padahal tidak ada notifikasi apa-apa. Menggulung seperempat lengan jaket dan memasukan tangan kedalam kantong. Tas diselempangin sebelah. Sesekali lihat kanan-kiri dengan perlahan lalu membetulkan kacamata dengan jari telunjuk menyentuh bagian tengahnya.
Serius. NGAPAIN SIH!
Akhirnya Nadya naik angkot. Aku juga.
Dari gerombolan tadi yang naik cuma tiga orang. Wah dalam hati aku seneng banget. Yes! Yes! Yes!
Di angkot aku duduk di kursi paling belakang. Biar bisa nyender sambil liat ke depan. Ini merupakan posisi paling nyaman di angkot buat mandang dia.
Aku mendengar obrolan mereka. Tentang cowo itulah, tentang cowok inilah. Benar-benar obrolan para gadis.
Namun obrolan itu menjadi pusat perhatianku. Ini adalah harta karun bagiku. Aku berharap ada salah satu dari mereka yang membicarakan tentang status hubungan Nadya.
“Itu kamu tau gak, kemarin si Rizky nembak si Dila looh”
“Haa!!?? Seriuss? Terus-terus gimana?”
Haduuh siapa sih Rizky. Gak jelas.
“Kamu tahu gaak? Kemarin yah kucing aku ngelahirin anak kembar.”
“Waah selamat yaa udah jadi ibu deeh kamu.”
Kucing lahiran anak kembar? Eh? Ibu? WHAT???
“Aku lagi bete. Tadi bebeb aku lamaaa banget bales SMS aku.”
“Ihhh. Pasti lagi sibuk kok, jangan mikir aneh-aneh dulu. Masih mending dari pada aku diputusin gara-gara pacar aku lebih milih ngegame.”
“Ihh kita samaan. Dulu aku punya pacar juga putusnya gara-gara itu.”
Ini kenapa udah ngasih semangat malah ngajak galau. Hey!
Aku bener-bener greget denger obrolan mereka.
Aku melihat Nadya. Dia tidak banyak bicara. Hanya senyum-senyum saja saat mendengar obrolan teman-temannya.
Senyumnya membuat mataku jadi tertuju padanya.
Bentar-bentar Nadya lirik-lirik ke aku. Tapi bukan gara-gara suka melainkan insecure. Otomatis aku buang muka. Takut dikira aneh-aneh.
Satu per satu temennya turun dari angkot. Saat hanya sisa Nadya. Kepala ku cuman berisi kalimat-kalimat yang mungkin bisa dipake buat buka obrolan atau kenalan.
Sangking banyaknya, aku bingung milih pake yang mana. Tapi secara umum, mungkin terbagi menjadi beberapa skenario.
So-sokan akrab.
"Eh kamu Nadya dari kelas X5 kan? Kenal sama si Deni gak?" (Siapa Deni? Aku juga gak tau.)
So-sokan pinter.
"Eh kamu yang les fisika Bu Lala kan? Aku juga les loh. Mau aku bantu ajarin gak? Kalau kamu gak ngerti?"
So-sokan ganteng
"Hai, kita satu SMA. Aku kemarin liat kamu. Kamu cantik deh. Boleh tau nama kamu?"
Sisanya sok iye, sok humoris, sok-sok yang ngaco dan gak lazim di praktekin deh pokoknya. Soalnya lebih malu-maluin.
Aku dan hati sepakat milih nomor satu.
Aku benar-benar gugup harus mulainya gimana. Langkah pertama yang ku tau adalah aku harus nyapa dia biar dia ngeliat aku, noleh pun gak apa.
Tapi tiap aku mau ngomong, suara ku berasa enggan keluar.
Akhirnya aku mutusin untuk nunggu dia noleh. Saat dia noleh, aku berencana untuk memberikan isyarat menyapa dan mulai mengbrol dengan Nadya.
Aku nunggu dia noleh biar bisa mulai obrolan.
Nadya sempet noleh sekali. Aku deg-degan setengah mati. Pengen banget nyapa dia. Tapi aku malah memalingkan muka. Seengganya harusnya tadi aku senyum!
Akhirnya aku sama sekali gak berani buat manggil ataupun nyapa dia.
Sampai Nadya turun dari angkot, aku gak ngomong apa-apa. Aku takut nanti dia illfeel karena kesannya aku caper. Apalagi di angkot yang hanya berduaan saja.
Akhirnya rencana ku cuma jadi teori doang dan sekarang aku nyasar dibawa angkot sampai Padalarang. Kemudian pulang menggunakan ojek pangkalan. Gak bisa jajan chiken katsu tiga hari. T_T
*****