Read More >>"> Sekotor itukah Aku (Pupus (dua) ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sekotor itukah Aku
MENU
About Us  


"Umi.."

"Ya.."

"Emang kak razi mau kemana?"
Umi terlihat berpikir sebelum menjawab pertanyaan ku.

"Razi sama abi mau ke pondok pesantren,ada urusan."jawab umi sebelum akhirnya memberi salam dan menutup pintu kamar ku.

Ke pondok pesantren?

Kak razi?

Abi?

Apa yang sedang mereka lakukan di sana?

Apakah mungkin...ah,shit!
Ini benar benar gila.

Apa ini zahra? Bahkan kau mempercayai razi menyayangi mu hanya karena ia menangis di depan mu? Ini omong kosong zahra! Ini benar benar gila!!! 

Author pov

"Apa ini zahra? Bahkan kau mempercayai razi menyayangi mu hanya karena ia menangis di depan mu? Ini omong kosong zahra! Ini benar benar gila!!! " batin zahra memaki. 

Zahra merasakan dadanya menjadi sesak, ia pun memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya karena nyeri di perutnya sudah mulai menghilang. 

Zahra berjalan mondar mandir di dalam kamarnya dengan perasaan gusar dan gelisah. 

Tak jarang juga sesekali zahra mengacak ngacak rambutnya dengan kasar. 

"Baiklah zahra, ini belum terlambat untuk menghentikan semua ini.
Tidak mengapa... "Ucap zahra berbicara kepada dirinya sendiri. 

Ia pun berbalik menghadap jendela kamarnya, dan mendapati pemandangan di halaman rumah.

Umi memeluk erat tubuh razi dengan penuh sayang, seakan ia tak rela melepaskan kepergian razi walaupun hanya sekedar berkunjung untuk beberapa hari. 

"Jika ini yang kalian inginkan, maka baiklah.. Akan ku ikuti semua permainan kalian.."gumam zahra bertekad sambil tersenyum licik. 

Zahra sudah tak tahan lagi dengan ketidak adilan yang ia dapatkan di rumah ini. Dan hari ini zahra sudah putuskan untuk melawan, mengikuti semua permainan yang mereka mainkan kepada zahra. 

"Kita lihat saja, siapa yang akan mengahiri permainan bangsat ini. Aku, Zahra Affianisha atau kalian yang akan mengahiri nya. " batin zahra licik. 

Untuk memulai misi, zahra memutuskan beranjak dari tidurnya dan bersiap mandi. 

30 menit kemudian... 

Zahra telah siap dengan baju lengan panjang serta dengan celana stocking panjang hitam nya. 
Tak lupa juga ia menggunakan bedak wajah dan merapikan rambut panjangnya yang terurai lepas. 

"Ah, siap deh"gumam zahra bersemangat sambil menyunggingkan senyuman kepuasannya. 

Sebelum beraksi, zahra meraba perut bawah bagian tengahnya.mengelus elusnya dengan lembut sambil bergumam sendiri. 

"Jamu yang umi berikan benar benar hebat, sakit yang aku rasakan setiap halangan langsung hilang dan tidak meninggalkan bekas. " gumam zahra senang dan langsung beraksi menuju tujuannya. 

"Maafkan.. Aku umi.. Maafkan aku.. "

***

Zahra menuruni anak tangga dengan semangat dan ceria, berharap hari ini misi pertamanya bisa berhasil.

"Kak..Annisa.. 
Kak.. Annisa.." teriak zahra bergemuruh di ruang tamu.

Zahra belum menemukan annisa di setiap ruangan, hingga ia putuskan untuk mencari annisa ke haman depan karena biasanya annisa akan memeriksa tumbuhan yang ia tanam selama ia di rumah ini.
Sangat menyukai alam, itulah dia. 

"Kak.. "Ucapan zahra terhenti ketika zahra melihat umi sedang mengolesi salep ke tangan annisa yang terlihat terluka mengeluarkan darah dengan ekspresi khawatir.

Melihat pemandangan itu, zahra hanya bisa menahan rasa cemburunya dengan sekuat tenaga. 

"Kuatkan aku tuhan.ini sakit." doa zahra pasrah. 

Karena tak ingin terlalu lama bergelut dengan pikirannya, zahra pun memilih meneruskan misinya yang sempat tetunda.

"Kak.. Kak annisa"panggil zahra seraya mendekati annisa dan umi. 

Annisa dan umi terlihat shock dengan sikap zahra hari ini, bukan karena zahra masih sakit akan tetapi sikap zahra yang tiba tiba menjadi lunak dan ramah kepada mereka berdua adalah hal yang tidak biasa bagi mereka, terutama kepada annisa. 
Annisa sedikit merasa ganjal dengan sikap zahra yang tiba tiba memanggilnya dengan ceria dan sopan. 

"Zahra? "

"Salam atuh, sayang.. "Tegur umi halus. 

Zahra cengengesan mendapat teguran dari uminya, dan langsung mematuhi uminya. 

"Hehe..maaf atuh, umi. Zahra lupa, assalamualaikum.. Umi.. Assalamualaikum.. Kak annisa. "Salam zahra sopan.

Umi tersenyum dengan salam yang di ucapkan zahra, umi berpikir jika zahra sudah mulai berubah dan memperbaiki sikap. 

Sementara umi bahagia dengan perubahan sikap zahra, annisa justru merasa jika zahra sedang merencanakan sesuatu yang sudah pasti hanya zahra dan Allah yang tahu. 

"Bagaimana secepat itu kamu berubah dek? Permainan apalagi yang kamu mainkan dek? Apalagi yang kamu lakukan.. "Batin annisa khawatir dan curiga. 

"Annisa.. 
Jawab atuh salam adek kamu.." tegur umi yang berhasil mengembalikan kesadarannya seperti semula. 

"Ah.. Iiiyyaa.. Umi..ada apa? " Jawab annisa gelagapan. 

Umi menggelengkan kepalanya, tanda gemas dengan salah satu putrinya. Annisa. 

"Umi, bilang jawab atuh salam adek kamu. "Perjelas umi mengulangi perkataannya. 

Annisa mengernyitkan dahinya tanda tak percaya sambil menatap umi meminta kebenaran. Menanggapi tatapan konyol annisa, umi hanya mengangguk antusias bahagia. Annisa mengangguk anggukan kepalanya seraya mengalihkan pandangannya menghadap zahra. Mendapati zahra yang tersenyum manis dengan rambut tergerai bebas tertiup angin. Sangat cantik. 

"Waalaikum salam.. "Ucap annisa akhirnya menjawab salam zahra. 

Zahra menyambut jawaban salam dari annisa dengan tersenyum lebar,berusaha membuat umi dan annisa tidak berpikiran yang aneh aneh tentangnya. Sehingga ia bisa menjalankan rencananya dengan mulus dan lancar. 

"Astagafirullah.. Apa yang telah kamu pikirkan tentang zahra, annisa? Bukankah dia adik mu? Dan apakah salah jika ia ingin berubah? Sungguh, aku sudah sangat berdosa memikirkan hal ini. "Batin annisa menyesal. 

Annisa memutuskan untuk mempercayai zahra daripada pikiran buruknya.
Sungguh, annisa merasa menyesal karena telah berpikiran yang tidak tidak kepada zahra yang tidak lain dan tidak bukan adalah adiknya sendiri. 

"Ehem.. "Ucap umi berdehem untuk memulai pembicaraan.

"Jadi, ada perlu apa zahra manggil anak umi yang cantik ini dengan keras keras? "Tanya umi berniat bergurau. 

Gurauan umi bukan nya membuat zahra tertawa tapi malah membuat ia merasakan perih di bagian dadanya.

"Anak umi? Annisa memang anak umi. Lalu, bagaimana dengan ku? Apakah aku bukan anak mu? Apakah aku sungguh tak berati bagimu? Ah, shit!!! Lupakan zahra!! Kamu harus fokus dengan tujuan awal mu! Jangan goyah!"

"Zahra? Ada apa? Kok kamu ngelamun sih, dek. "Tegur annisa lembut sambil tangannya mengelus lembut punggung zahra dengan pelan. 

Zahra hanya menatap dalam wajah kakaknya, hingga akhirnya ia menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.

"Aku hanya.. "
"Hanya..? "Ulangi umi. 

Zahra mengambil nafas dalam dalam dan memejamkan matanya karena takut mendapatkan reaksi yang tidak di inginkan. 

"Ayolah, zahra. Sudah saatnya.. "

"Zahra.. "Panggil annisa. 

"Aku hanya ingin kak annisa ngajarin aku sholat sama ngaji. " Ucap zahra tanpa keraguan dan dengan ekspresi yang mendukung, yah walaupun ia memejamkan mata. 

Lama zahra tak mendapati respon atau komentar komentar dari umi dan annisa. Zahra pun memutuskan untuk membuka matanya. Saat ia benar benar membuka matanya, umi dan annisa langsung memeluk zahra erat.

Mereka sangat bahagia mendengar permintaan zahra yang sangat umi dan annisa tunggu tunggu. Ralat, bukan hanya umi dan annisa tapi semua orang yang menyayanginya dengan tulus juga selalu berdoa agar zahra berubah seperti dulu lagi.

"Alhamdulillah.. Ya Allah.. 
Terimakasih telah memberikan zahra hidayahmu.. "Ucap umi penuh syukur. 

Sementara umi mengucapkan syukur, annisa hanya bisa menangis bahagia dan tidak bisa berkata apa apa selain memeluk erat zahra. 

"Makasih.. Sayang.. "Ucap umi bahagia. 

Zahra hanya mengangguk mantap, bukan karena tekadbya untuk berubah. Tapi, karena permainannya yang sudah dimulai pada saat ini. 

"Ya, udah.. 
Langsung aja hari ini kita mulai" ajak umi tak sabaran sambil menuntun zahra masuk ke dalam rumah. 

"Maafkan.. Aku umi.. 
Besok atau lusa.. Apapun yang terjadi kepada annisa, ku mohon.. Maafkanlah aku.. Aku hanya ingin membuat ia merasakan bagaimana rasanya menjadi orang asing.. Hanya itu saja. " batin zahra memohon.

***

"Sekarang kamu hapalin surat annas dan al falak, yah. Besok malam kakak akan tes hapalan kamu, jadi jangan lupa di hapalin. Hapalin nya juga gampang lho dek, kan surat pendek. "Nasihat annisa cerewet terhadap zahra. 

Zahra hanya mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti. 

Malam ini adalah malam paling bersejarah bagi zahra. Karena setelah bertahun tahun tidak membaca al - qur'an, akhirnya malam ini ia kembali membacanya. 

Annisa akan bertindak sebagai guru untuk zahra selama ia belajar mempelajari al-qur'an dan sholat. 

Saat annisa mulai mengajarinya mengaji, zahra terkadang menatap wajah kakak keduanya ini dengan tatapan yang dalam. Saat menatap annisa, zahra tak pernah tersenyum atau memperlihat kan ekspresi kebahagiaannya setelah kembali belajar agama. Malahan zahra hanya menatap kosong wajah annisa.entah apa sebenarnya yang di pikirkan zahra setiap kali menatap cantik wajah kakaknya itu akan tetapi setelah sekian lama menatap wajah annisa, wajah zahra pasti kembali murung. Seperti biasa. 

"Aku akan terus terluka dan akan selalu merasa terasingkan di tempat ini walaupun rencana kecil ku berhasil. Namun, setidaknya setelah rencana itu berhasil aku tak akan sendiri lagi. Karena kak annisa lambat laun akan merasakan bagaimana rasanya di asingkan. " batin zahra dalam. 

"Zahra? Kok kamu ngelamun?" tegur annisa yang langsung mengembalikan kesadaran zahra. 

"Ah, iiiiya kkak ada apa?" tanya zahra gelagapan.

Annisa menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum lebar dan bergerak mendekati zahra lalu memeluknya. 

Sementara itu, zahra sangat terkejut dengan pergerakan annisa yang cepat dan tiba tiba memeluknya. Bagi zahra,ini adalah pelukan pertamanya setelah sekian lama zahra menungngu dan menunggu semua ini akan terjadi. Hangat dan nyaman, itulah kesan pertama yang zahra rasakan saat ini. Entah, perasaan apa yang merasukinya bahwa zahra mengakui jika ini nyaman dan menenangkan. Bahkan, ia lupa apa tujuan awalnya di sini. 

"Hangat.. Aku rasa aku nyaman. " batin zahra senang sekaligus jujur. 

"Kak.. "Panggil zahra. 

Annisa sama sekali tak bergeming dengan panggilan zahra dan tetap memeluk tubuh zahra sambil memejamkan matanya.mencoba merasakan kesedihan dan kepedihan hati adiknya selama ini.hingga beberapa waktu lamanya mereka berdiam diri sambil berpelukan, annisa akhirnya bersuara. 

"Jangan pergi lagi zahra, kakak mohon Jangan pergi lagi dan tetaplah menjadi zahra yang sekarang. "Mohon annisa. 

Annisa merasakan jika unek unek hatinya sedang menguap sekarang. Meminta sang majikan untuk segera melepas dan membebaskannya. Sesak. Itulah yang sedang di rasakan annisa. 
Perasaan sakit dan luka yang di torehkan adiknya zahra sedang menyelimuti dirinya saat ini. 
Berbeda dengan annisa, zahra merasa jika tenggorokannya tercekat mendengar permohonan annisa.
Luka lama itu, luka lama yang sudah lama terkubur akhirnya hidup kembali menghiasi hati kelam zahra. 

Flash back on

"Abi.. Abi.. Zahra ikut.. "Teriak seorang gadis berumur 8 tahunan yang bernama zahra kepada seorang lelaki paruh baya yang di panggil abi nya. 

"Maaf, sayang.. Zahra gak bisa ikut sekarang.. Soalnya abi ada pekerjaan di luar kota. " ucap abi menolak halus permintaan zahra sambil melepas pelan pelukan zahra dari pinggannya.

"Zahra tinggal sama bik imah dulu.. Yah.. Ya sayang. "Ucap abi seraya menarik koper yang sedari tadi telah berdiri kokoh di sampingnya. 

Wajah zahra berubah menjadi merah padam dan matanya mulai memanas. Menahan jatuhnya air sumber kelemahan. 
Karena tak bisa bersama abi, zahra akhirnya berlari masuk ke dalam rumah untuk mencari uminya. 

Zahra menemukan uminya di dalan kamar sedang berkemas dan bersiap untuk pergi. 

"Umi.. Umi.. Mau kemana.. 
Zahra boleh ikut yah umi.. "Rengek zahra sambil memeluk boneka kesayangannya.

Umi masih tak menghiraukan permintaan zahra dan lebih fokus pada barang barang yang akan di bawa pergi. 

"Umi.. Zahra.. Boleh ikut.. "Cegah zahra saat uminya akan beranjak keluar dari kamar sambil membawa barang barang. 

Umi menoleh dan mengelus pelan rambut zahra. 

"Maafin umi, sayang. Zahra gak bisa ikut karena umi pergi bukan untuk liburan.. Tapi kakak kamu annisa sedang sakit sayang. Jadi, selama beberapa hari ke depan umi akan di pondok pesantren untuk merawat kakak kamu.. " Ucap umi menolak permintaan zahra dengan halus. 

Zahra menggelengkan kepalanya dan terus merengek rengek tanpa henti. Umi kewalahan menghadapi zahra kecil hingga tiba tiba abi datang untuk melepas paksa pelukan zahra kecil akibatnya, boneka kesayangan zahra terjatuh dan terinjak oleh kaki umi. Umi dan abi pergi ke pondok pesantren untuk merawat annisa dan tanpa melihat ke belakang. Melihat zahra yang terduduk tak berdaya dengan boneka yang sudah kotor terinjak injak. Zahra kecil hanya bisa menumpahkan kesedihannya dengan menangis. Kesepian dan hampa. 

"Umi.. Umi.. Umi zahra takut.. Abi zahra mau ikut.. Zahra takut di sini.. " teriak zahra ketakutan, berharap umi dan abi mendengar ketakutannya dan mau berbaik hati membawanya pergi. Namun, bukannya berbalik abi dan umi justru terus mela melangkah menjauh dan hilang dari pandangan zahra. 

"Umi.. Abi.. Zahra takut.. "

Flash back off

Zahra merasakan pipinya menghangat, menangis. Zahra menangis tanpa sengaja karena teringat akan Masa kecilnya yang lebih mirip ke masa kelam. 

"Kakak.. Mohon.. Tetaplah menjadi zahra kecil kakak yang sempat hilang dan hari ini kembali lagi. Kakak mohon, jangan pergi lagi.. Karena kakak sangat merindukan mu, dek"mohon annisa jujur. 

Hati zahra semakin hancur dan tercabik cabik ketika annisa mengatakan 'zahra kecil'. 
Zahra menghapus air matanya dengan kasar dan melepaskan pelukan annisa.
Zahra berpikir jika tak begini zahra pasti akan terjebak oleh permainan annisa. 

"Zah.. "

"Zahra, ke kamar dulu kak.. "
Pamit zahra sambil berdiri dan langsung pergi ke kamarnya tanpa menunggu persetujuan dari annisa.

setelah punggung zahra menghilang dari pintu kamar annisa, annisa membuang nafasnya dengan pelan.

Menghilangkan beban hatinya. 

"Benar,kamu memang butuh waktu untuk itu."gumam annisa berbicara dengan dirinya sendiri. 

***

Dertt.. 
Bunyi notifikasi pesan masuk. 
Razi langsung memeriksa pesan yang masuk tersebut. 

"Umi.??ucap razi bertanya tanya karena mendapati pengirim pesan adalah umi. 

To:Razi

Assalamualaikum, nak. 
Umi minta tolong dong, tolong aktifin WA kamu. Dan setelah itu, telpon umi yah.. 
Assalamualaikum.. 

Umi?

Zahra mengkerutkan dahinya, heran dengan kemauan umi.

"Kenapa, zi? Ada masalah.? " tegur seorang laki laki yang sebaya dengan razi. 

"Gus fansyah, gak ada masalah kok.. "Jawab razi yakin kepada laki laki yang di panggil 'gus fansyah'. 

"Terus kenapa wajah kamu seperti orang kebingungan gitu? " Tanya gus fansyah bingung.

"Oh, itu gus. Tadi umi saya sms katanya suruh buka WA. "jawab razi sambil mengaktifkan data dan membuka akun WA nya. 

Gus fansyah hanya menganggukan kepalanya mengerti. 

Setelah membuka WA,jari lentik razi langsung bergerak lincah mencari akun uminya dan setelah menemukannya razi langsung membuka pesan yang dikirimkan umi. 

"Coba tebak ini siapa..???"

"Foto? Ini foto siapa? Kok mirip annisa sama zah.. " 

"Zahra"sergap fansyah cepat dan memotong ucapan razi. 
Razi dan fansyah langsung saling pandang. Tak percaya dengan apa yang mereka lihat, seorang Zahra Affianisha berbalutkan muknah cantik dan sempurnya berpelukan erat dengan annisa, adiknya. 

Tak mau di landa penasaran, razi langsung menghubungi uminya. Sang pelaku biang dari pembuat penasaran. 

"Hallo.. Umi..umi Serius itu zahra sama annisa.. " samber razi to the point. 

Tak ada respon dari seberang sana hingga razi mengulangi pertanyaannya. 

"Hallo.. Umi..umi Serius itu zahra sama annisa.. "Ulangi razi yang masih penasaran. Bukan hanya razi yang penasaran, akan tetapi fansyah yang sedari tadi bersamanya juga sangat penasaran. 

"Umi? "Panggil razi karena masih belum mendapatkan respon dari uminya. 

"Umi, gak bakal jawab kalo kamu belum salam sama umi.. "
Akhirnya ada respon suara dari seberang sana. 

Razi dan fansyah langsung memukul jidat mereka karena telah melupakan sesuatu yang sangat penting. 

"Astagafirullah.. Maaf umi, razi lupa. " 

"Assalamualaikum.. Umi ku cantik.. "Salam razi. 

Fansyah hanya cengengesan melihat kelakuan sahabatnya ini yang terkesan berbeda dari yang biasa terlihat. 

"Waalaikumsalam.. Iya, itu memang zahra sama annisa.. "

"Kok mereka bisa.. "

Jangan di potong dulu.. "

"Hehehe.. Maaf umi.. "

"Tadi siang zahra datang ke umi dan annisa,dia bilang mau belajar agama, berhijrah. "
Sambung umi memperjelas. 

Mendengar penjelasan umi, razi langsung meloncat kegirangan. Ibarat anak kecil yang baru saja mendapat hadiah mainan baru, seperti itulah kegembiraan razi. Bukan hanya razi yang bahagia, tapi fansyah yang sedari tadi ikut mendengarkan penjelasan umi juga langsung loncat loncat kegirangan, hingga sambungan telpon dari umi terputus karena tak sengaja di matikan oleh razi. 

"Fansyah.. Kita sudah berhasil.. Kita berhasil.. "Teriak razi sambil berlari memeluk fansyah. Fansyah menyambut hangat pelukan razi dengan membalas pelukannya. 

"Kita berhasil.. Zi.. Kita berhasil " Teriak fansyah tak mau ketinggalan. 

Moment itu bukan hanya di nikmati oleh mereka berdua, namun para santri(laki-laki) juga menatap aneh perbuatan mereka. 

Namun, mereka tak mau ambil pusing dengan tatapan para santri dan tetap asyik dengan kegembiraan mereka. 

Setelah sekian lama mereka menumpahkan rasa bahagia mereka, razi akhirnya kembali fokus ke pada umi .

"Hallo.. Umi.. Umi.. "Panggil razi karena tak mendapat tespon dari umi. 

"Sambungan kamu terputus, razi. " tegur fansyah yang sudah menyadari jika telpon dari umi terputus. 

Razi langsung memeriksa hand phone nya dan tersenyum kikuk. Malu. 

Fansyah hanya menggelengkan kepalanya. 

"Hhmm.. Lebih baik aku kirim sms aja ke umi. "Saran razi kepada dirinya sendiri. 

To:Umi?

Wa'alaikumsalam.. Umi.. 
Alhamdulillah, umi akhirnya Allah memberikan zahra hidayah yang semua kita sangat tunggu tunggu. Untuk itu, Razi juga gak mau ketinggalan. Razi harus bantu umi sama annisa untuk mengajarkan zahra tentang islam lebih dalam lagi. Apalagi urusan Razi sama Gus Fansyah alhamdulillah sudah selesai, jadi insyaallah besok siang razi sudah ada di rumah. Sedangkan abi gak bisa pulang dulu karena masih ada urusan, kata abi nanti pulangya menyusul. 
Ya, udah.. Razi ke abi dulu yah umi.. Mau ngasih tau kabar gembira ini.. 

Assalamualaikum.. 

Razi

Setelah menyusun kalimat pesannya, jari lentik razi langsung bergerak dan mengklik 'send' dan langsung terkirim. 

***
Zahra Pov

Aku benar benat tidak sedang baik baik saja karena kejadian tadi. Awalnya, aku merasa aku nyaman dan bahagia dengan pelukan yang annisa berikan. Namun, saat annisa mulai mengatakan sesuatu aku pun mulai teringat dengan masa lalu ku yang kelam. Dimana saat itu aku baru saja menginjak umur yang ke 8 tahun, namun sudah bisa merasakan pahitnya kehidupan. Kejadian itu, ku berjanji tak akan mengingatnya lagi. Karena sungguh hati ini akan sangat sakit dan perih jika mengingatnya lagi. Namun, kejadian tadi membuat ku telah menyesal membuat permainan ini. Entah, tapi ini terlalu sakit untuk ku hadapi. Terlalu perih untuk ku lalui. 
Namun, karena sudah terlanjur kepalang jadi aku harus menyelesaikan misi ini.
Harus, walaupun pada akhirnya aku akan terluka dengan kenyataan yang akan ku hadapi. Tapi, aku harus menyelesaikannya. 

Tttrrrddd... 

Tttrrrddd... 

Tttrrrddd.. 

Dering hand phone ku melengking nyaring di dalam kamar ku. Memutus dunia luarku dan membuatku langsung di tarik kedunia nyataku. 

"Ann? "Gumam ku ketika ku lihat jika yang menelpon ku adalah andrini. 

Karena tak ingin menunggu lama, langsung saja ku angkat telpon dari andrini. 

"Hallo.. Ann?"

"Hallo.. Zahra, ini gue andrini. "

"Iyalah, gue tau ini loe..ada apa?"

"Gak ada apa apa sih.. "

"Terus kalo gak ada apa apa ngapain loe nelpon, gue? "

"Zahra.. Zahra.. Loe tu gak pernah berubah ya.. Setiap kali orang mau bercanda selalu saja loe anggap serius. Zahra.. Zahra"

"Terus?"

"Gue bawa kabar gembira buat loe, dan hanya buat loe seorang."

"Kabat gembira? Apa? "

"Zahra, besok loe masuk gak? "

"Hhmm... Kayaknya enggak sih, emang kenapa? "

"Tapi, lusanya masuk gak? "

"Kayaknya iya, kenapa? "

"Bagus, berati loe bisa ikut pengajian.. "

"Shit, loe! 
Kabar bahagia darimana kalo ke pengajian.. "

"Shat! Shit! Shat! Shit! 
Dengerin gue dulu! Jadi, besok lusa itu ada pengajian dan loe harus masuk karena loe harus nembak pak alif.. "

"Maksud loe.. "

"Ihhh... Waktu pengajian lusa itu, alif yang mimpin jadi loe bisa leluasa liat dia. Nah, pas pengajian selesai loe bisa deketin dia. Dia kan gak punya pacar, jadi ini kesempatan loe untuk nembak dia.. "

"Tapi, ann.. Alif itu gak mau pacaran.. "

"Itu kan cuma omongannya, nah siapa tau kalo loe yang nembak dia langsung terima. Dan lagi ni yah, ini kan cinta pertama loe.. Masa sih loe mau ngelepasin dia begitu aja.. Loe harus buktiin kalo pesona loe bisa menaklukan siapa saja, termasuk alif. "

"Hhmmm.. Serius.. "

"Serius! "

"Ok, deh akan gue coba. Toh, alif kan cinta pertama gue. Jadi, gak ada salahnya kalo gue nembak dia. "

"Good, loe emang pinter. Eh, btw gue ke dapur dulu yah.. Di panggil sama mama.. Dah.. "

"Dah.. "Dan klik, sambungan pun terputus. 

Aku menghela nafasku dengan berat, memikirkan rencana yang di sarankan andrini kepada ku. 
Dia, benar. Alif adalah cinta pertama ku, bukankah tak ada salahnya aku mencoba untuk memilikinya?. 

Yah, ini adalah pengalaman. Apa lagi besok malam adalah malam terindah untuk ku, karena misi ku akan berlangsung. Mungkin sakit, tapi setidaknya aku merasa puas dengan apa yang ku lakukan. 

"Egoiskah, diriku? Jika aku menginginkan orang lain berada di posisiku. Bukankah itu adil? Apa yang aku rasakan juga di rasakan olehnya. "

Zahra Affianisha

                          ****

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • HernawatiL1l1

    Tetap lanjut kok, ditunggu aja yah

    Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam
  • Kailalutfia

    Kok gak di sambung ?

    Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam
Similar Tags
TRAUMA
85      77     0     
Romance
"Menurut arti namaku, aku adalah seorang pemenang..akan ku dapatkan hatimu meskipun harus menunggu bertahun lamanya" -Bardy "Pergilah! Jangan buang waktumu pada tanaman Yang sudah layu" -Bellova
déessertarian
5502      1582     3     
Romance
Tidak semua kue itu rasanya manis. Ada beberapa yang memiliki rasa masam. Sama seperti kehidupan remaja. Tidak selamanya menjadi masa paling indah seperti yang disenandungkan banyak orang. Di mana masalah terbesar hanya berkisar antara ujian matematika atau jerawat besar yang muncul di dahi. Sama seperti kebanyakan orang dewasa, remaja juga mengalami dilema. Ada galau di antara air mata. Di sa...
Princess Harzel
14884      2182     12     
Romance
Revandira Papinka, lelaki sarkastis campuran Indonesia-Inggris memutuskan untuk pergi dari rumah karena terlampau membenci Ibunya, yang baginya adalah biang masalah. Di kehidupan barunya, ia menemukan Princess Harzel, gadis manis dan periang, yang telah membuat hatinya berdebar untuk pertama kali. Teror demi teror murahan yang menimpa gadis itu membuat intensitas kedekatan mereka semakin bertamba...
Dibawah Langit Senja
1361      814     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
Redup.
426      257     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.
When You're Here
1984      921     3     
Romance
Mose cinta Allona. Allona cinta Gamaliel yang kini menjadi kekasih Vanya. Ini kisah tentang Allona yang hanya bisa mengagumi dan berharap Gamaliel menyadari kehadirannya. Hingga suatu saat, Allona diberi kesempatan untuk kenal Gamaliel lebih lama dan saat itu juga Gamaliel memintanya untuk menjadi kekasihnya, walau statusnya baru saja putus dari Vanya. Apa yang membuat Gamaliel tiba-tiba mengin...
Adelia's Memory
466      295     1     
Short Story
mengingat sesuatu tentunya ada yang buruk dan ada yang indah, sama, keduanya sulit untuk dilupakan tentunya mudah untuk diingat, jangankan diingat, terkadang ingatan-ingatan itu datang sendiri, bermain di kepala, di sela-sela pikirian. itulah yang Adel rasakan... apa yang ada di ingatan Adel?
Potongan kertas
694      332     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
The Bet
14723      2252     0     
Romance
Di cerita ini kalian akan bertemu dengan Aldrian Aram Calton, laki-laki yang biasa dipanggil Aram. Seperti cerita klise pada umumnya, Aram adalah laki-laki yang diidamkan satu sekolah. Tampan? Tidak perlu ditanya. Lalu kalau biasanya laki-laki yang tampan tidak pintar, berbeda dengan Aram, dia pintar. Kaya? Klise, Aram terlahir di keluarga yang kaya, bahkan tempatnya bersekolah saat ini adalah mi...
About us
28822      2515     3     
Romance
Krystal hanya bisa terbengong tak percaya. Ia sungguh tidak dirinya hari ini. CUP~ Benda kenyal nan basah yang mendarat di pipi kanan Krystal itulah yang membuyarkan lamunannya. "kita winner hon" kata Gilang pelan di telinga Krystal. Sedangkan Krystal yang mendengar itu langsung tersenyum senang ke arah Gilang. "gue tau" "aaahh~ senengnya..." kata Gila...