Loading...
Logo TinLit
Read Story - KNITTED
MENU
About Us  

Langit langit berwarna putih menjadi hal pertama yang di lihat Dara, setelah itu berganti wajah Raya yang cemas memandang tepat di depan wajahnya tak lama  dia membuka mata.

“ Dar, pusing ?” Tanya Raya khawatir,

“ rambut lo ah,” Dara menggeser kepala Raya menjauh, rambut raya yang sebahu dan tidak pernah mau diikat langsung menyebu wajahnya, rambut wangi strawberry Raya langsung menusuk hidungnya, Dara mengucek matanya yang terkena rambut Raya tadi. “gue dimana ?” tanyanya sambil terus mengucek mata.

“ UKS sekolah,” jawab raya sambil duduk di samping dara, tangannya cepat menghentikan tangan Dara yang sedang asik mengucek mata, “bisa ilang mata lo entar kalo lo kucek gak berhenti berhenti begitu,”

“ rambut lo tuh nusuk nusuk mata gue, kan gatel, lagian kenapa sampe sedeket itu sih Ra, liatin guenya, emang gue kenapa ?” tangan Dara langsung di hentikan Raya saat dia akan mengucek matanya lagi, Dara cemberut dan hanya mengedip-ngedipkan matanya untuk menghilangkan gatal.

“ lo tadi pingsan di kelas, gimana gue gak khawatir! Dari awal liat lo ngelamun tadi pagi, gue udah ngerasa ada yang gak beres, dan kekhawatiran gue itu terbukti kan?! lo gak muncul muncul di lapangan upacara, gak di sebelah gue maupun di sebelah guru, dan waktu kita balik ke kelas gue liat lo tergeletak mengenaskan di depan pintu masuk,” jelas Raya panjang lebar, kemampuan bicara Raya memang tak pernah di ragukan, Dara akan mendukung serratus persen jika Raya mengganti cita citanya yang baru Raya ucapkan minggu lalu – menjadi intel-, Raya terinspirasi suichi akai, tokoh dari komik detective conan yang sudah dibacanya selama ini, ditambah dengan film Kings Man yang ditontonnya,juga film film bergenre detective yang lainnya, Dara bersyukur akhirnya Raya memiliki cita-cita namun sayangnya Dara harus mati-matian membujuk niat mulia Raya yang ingin menjadi pelindung Negara ini berganti menjadi seorang reporter saja,dia bisa mempromosikan keindahan negara kita lewat media bukan ? bukan apa-apa, Dara tak ingin mendukung sahabatnya menjadi apa yang di cita-citakan karena intel sangat tidak cocok dengan Raya yang cerewet dan menceritakan semua yang dia tahu, lakukan dan rasakan. Menjadi seorang intel itu sangat keren, Dara kagum dengan cerita intel yang sering dia lihat di film dan Drama Korea kesukaannya tapi Raya sangat tidak cocok untuk itu. Sedikit yang Dara tahu tentang kriteria untuk seorang intel adalah harus seseorang yang sangat cerdas (Raya masih suka mencontek PRnya, bahkan tak lupa menaruh buku di kolong meja saat ulangan untuk berjaga jaga), harus punya kondisi fisik yang prima dan pandai beladiri untuk menghadapi hal hal yang diluar dugaan (Olah raga satu satunya yang Raya Suka adalah berenang karena Raya tak suka berkeringat),  seseorang dengan pembawaan tenang (jelas bukan Raya) , kalem (benar-benar bukan Raya), dapat menahan diri untuk menceritakan apa yang ingin diceritakan pada orang lain (oke!Raya tidak bisa seperti itu) jika dia jadi intel nanti bisa-bisa dia malah akan mengumumkan dirinya sendiri pada dunia kalau dia itu adalah intel, karena raya cukup aktif di media social, kriteria selanjutnya untuk menjadi intel adalah berani mati dimanapun (untuk yang ini Dara yang tak siap, Dara tak akan pernah siap untuk kehilangan siapapun yang dia sayangi) Ya! Itu kriterianya pintar, gesit, pembawaan tenang, kalem, dan bisa menjaga rahasia juga identitas dirinya! Raya tidak punya satupun kriteria seperti apa yang dibutuhkan untuk menjadi intel. Dara akan benar-benar menghentikan Raya menjadi intel, Dara takut masa depan bangsanya akan terancam jika Raya jadi intel.

“ jangan ngelamun,” tangan Raya melambai di depan wajah Dara yang sedang menatap serius langit-langit putih di atasnya. “lo kenapa bisa sampe pingsan begitu,” desak Raya lagi. Ya! Raya memang cocok jadi reporter yang jago mendesak narasumber, atau sebagai jaksa, atau sebagai polisi investigasi, atau debtcollector, atau apapun asal jangan intel!

“DARA!” sahut  Raya , Dara langsung menoleh pada Raya lalu menggenggam tangan Raya erat.

“ Jangan jadi intel Ra! Lupain soal keinginan lo tentang jadi intel! Gue gak bisa nanggung resiko Indonesia terancam kalo lo keceplosan bilang rahasia Negara kita! Please jangan Ra! Lo jadi reporter aja,atau jadi guru, atau jadi direktur atau apapun asal jangan jadi intel!” pinta Dara sepenuh hati, Raya menatapnya heran, ada apa dengan sahabatnya ini, kenapa tiba-tiba membahas tentang keinginannya menjadi intel, dan kenapa juga dia menentangnya, sahabat bukannya harus saling mendukung?

Raya membenarkan posisi duduknya di tempat tidur Dara, dan menatap sahabatnya yang sedang terbaring dan menatapnya serius.

“ kok lo nentang gue jadi intel ?!” protesnya

“ karena lo sama sekali gak cocok jadi intel,” jawab Dara santai, lalu menjelaskan kriteria seseorang untuk dapat menjadi intel, Dara tahu Raya baru mengumumkan saja cita-citanya belum sampai mencari informasi mendetail tentang apa yang dia inginkan itu, jadi akan lebih mudah untuk Dara membujuk Raya agar melupakan saja cita-citanya itu. Raya hanya dapat melongo hebat mendengarkan penjelasan dara serta ketidak cocokan Raya untuk menjadi seorang intel.  

“ kenapa jadi ngelantur bahas cita-cita mulia gue sih ? gue kan tadi nanya kenapa lo bisa pingsan tadi! lo beneran sakit ya Dar ? tadi kepalanya kebentur keras waktu lo pingsan ? apa mau ke rumah sakit aja ? di CT SCAN ya ? mau ya ?” Raya memegang kedua bahu Dara, sahabatnya langsung berhenti mengoceh dan menatap Raya bingung. Raya jadi tambah khawatir pada sahabatnya ini, Raya memperhatikan Dara yang sekarang sedang mengelus kepala belakangnya, “ Dar! Ke rumah sakit aja ya?!” desak Raya lagi, gadis itu kini sibuk sendiri membereskan tas milik Dara dan bersiap-siap ke rumah sakit. Dara bertambah heran kenapa ada tasnya dan tas Raya disini, apakah Raya punya niat terselubung untuk kabur jika ada situasi dan kondisi yang memungkinkan, seperti saat ini ? saat Raya mencari alasan agar pergi ke rumah sakit ?  

Dara menatap Raya lagi, rumah sakit ? kintan. “ Gak usah Ra, gue gak kenapa-napa.” Dara bangkit dan menghentikan Raya yang masih sibuk merapikan penampilannya untuk ke rumah sakit. “ lo ngapain pake lipgloss ? mau kemana ?” Dara tak habis pikir dengan kelakuan gadis yang memberikan cengiran malu di hadapannya ini.

Dara langsung teringat pertemuannya dengan Kintan yang kilat tadi pagi, setelah Kintan berkata ‘tolong’ dia sudah tak ingat apapun lagi. “ Lo kenapa,Dar ? apa yang bikin lo mikir keras tadi pagi ? lo serius gak perlu cek ke rumah sakit ?” Tanya raya lagi sambil memasukan lipgloss nya kedalam tas,Dara sudah kembali berbaring.

“ gue…kurang tidur soalnya kemaren nonton drama korea nonstop dari pagi, dan gue kepikiran karena endingnya gak sesuai dengan apa yang gue harapkan, jadi gue kepikiran,” bohongnya, dara tak bisa membaginya pada raya untuk yang satu ini.

“ Ya Tuhan, Daraa! Jadi karena itu lo bahas cita-cita gue jadi intel ? sahabat itu harusnya ngedukung lho Dar! Kok lo malah nentang?! Berapa kali gue bilang kalo nonton film atau drama korea itu gak usah di bawa ke hati banget, biasa aja, orang fiktif kok, bo’ongan.” Omel raya gemas. “ udah tau kadang kondisi lo suka gak bisa normal kalo lo banyak pikiran, ini ending cerita aja lo pikirin sampe jauh, artisnya juga gak akan kenapa-napa. ” lanjutnya lagi. Dara mengangkat bahu, dia berusaha bangkit lagi dari tempat tidur namun kepalanya kembali pusing,akhirnya dia berbaring lagi.

“ lo istirahat aja disini, jangan di paksain kalo masih pusing,” Raya membetulkan letak selimut Dara, “gue temenin,” sahutnya riang.

“ kok lo seneng ?” mata Dara menyipit melihat Raya terlihat sumeringah karena menemaninya di UKS. Sahabat macam apa Raya ini, saat dirinya sakit dia terlihat sangat gembira.

“ soalnya gue belum ngerjain PR Akutansi, gue lupa, belum sempet nyontek juga, penuh banget tadi yang ngumpul di mejanya Ratna.” Raya terkikik. “ada untungnya juga lo pingsan,” katanya sambil mencubit pipi Dara. Ooh, jadi karena ingin mangkir dari hukuman berdiri di depan kelas dengan name tag besar yang bertuliskan ‘SAYA TIDAK MENGERJAKAN PR’ yang di kalungkan di depan dan belakang selama satu jam pelajaran, Dara menggeleng, dasar Raya. Raya memang bukan contoh anak kepala sekolah yang baik. PR aja masih males dia kerjain.

“ makanya gue bilang lo gak cocok jadi intel, Ra,” sindir  Dara, Raya tak peduli dia masih tersenyum senang karena selamat dari hukuman bu Widuri yang memalukan itu yang sekaligus akan mengahancurkan reputasi ayahnya.

“ itu makanya lo ambil tas gue sama tas lo kesini ?” tanya Raya lagi, ingin memastikan apakah benar Raya akan kabur jika ada kesempatan, mengantar Dara kerumah sakit misalnya.

“ mau nyalin PR punya lo, gue tadi ribet kalo nyari-nyari buku tugas lo, jadi gue bawa sama tasnya aja,” jawabnya sambiil membuka tas dara dan mencari buku yang diinginkannya.

Pintu UKS terbuka, Pak Darman masuk dengan dokter Pandu yang tadi keluar karena menerima telfon.

“ lho, Raya ? lagi ngapain disini ?” Pak Darman menatap Raya tajam

“ nemenin Dara, pak, tadi Dara sendirian, dokter Pandu kan keluar,” jawabnya cepat, melebihi batas normal untuk yang mendengarnya, sebenarnya Raya berusaha biasa saja, namun dia tak bisa menyembunyikan getaran suaranya di jawaban ekstra cepat tadi.

Pak Darman kaget mendengar jawaban ekspres Raya, keningnya berkerut, matanya memandang Raya curiga, namun sepertinya pak darman tak mau berurusan lebih lama dengan Raya, mengingat tadi pagi dia sudah berurusan dengan anak atasannya ini. “ nah, sekarang kan dokter sudah disini, kamu boleh ke kelas sekarang.” Titahnya, Raya melongo, tidaak, dia belum mengerjakan PR akuntansi.

“ tapi nanti kalau Dara sendirian lagi gimana ? dokter Pandu juga kan mungkin nanti akan ada keperluan,” Raya harus berusaha untuk tetap di UKS , harus tetap di UKS agar dapat menghindari hukuman bu Widuri.

“  saya sekarang akan antar Dara pulang, karena untuk kondisi seperti ini Dara lebih baik istirahat dirumah dari pada di UKS,” dan jawaban dari pak Darman mengantam hati Raya, dia melihat Dara tersenyum kecil, Raya yakin senyuman itu meledeknya, Raya menatap dara dan memohon pertolongan.

“ ehm..begini pak, tadi saya dapat telfon dari mertua saya kalau istri saya akan melahirkan, saya mau ijin pulang sekarang,” potong dokter pandu, dokter muda itu tersenyum lebar, rona bahagia terpancar dari wajahnya, menghipnotis orang untuk ikut tersenyum juga saat melihatnya seperti yang tiga orang yang ada di dalam uks ini.

“ ooh begitu, baiklah. selamat ya dokter, semoga lahirannya lancar, ibu dan bayinya juga sehat.” Pak Darman menjabat tangan dokter muda itu sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan bangga bagai ayah pada anaknya yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.

“ selamat dokter,” kata Raya dan Dara  berbarengan, Dokter pandu yang sedang siap-siap pulang menoleh dan tersenyum.

“ terimakasih,” jawabnya bahagia.

“ baiklah, Dara tunggu dulu disini sebentar, saya akan menghubungi orang tua kamu.” Kata pak darman lagi. Kepala dua gadis itu berputar cepat ke arah pak darman, saking cepatnya menoleh karena serangan tak terduga dari pak  darman kepala Raya sampai mengeluarkan bunyi -krekk-.

“ biar Raya disini saja nemenin saya pak, nanti jam pelajaran ketiga saya masuk, istirahat sampai mata pelajaran pertama selesai udah cukup kok, saya kuat untuk belajar lagi,” Dara meyakinkan, tapi melihat dahi pak Darman berkerut seperti itu dara harus memutar otak lebih lagi, “saya takut sendirian pak,kalau ada Raya saya ngerasa aman, orang tua saya lagi keluar kota, kakek saya di operasi hari ini, kakak saya …” Dara berhenti sejenak dia harus mencari satu alasan lagi untuk meyakinkan pak Darman, “ kakak saya kuliah pak, lagipula dia mah orangnya cuek, saya gak percaya kalo saya bakal di rawat sama dia. Saya kuat kok pak buat belajar, Cuma sekarang saya masih pusing, gak apa-apa ya pak disini dulu sebentar.”  kata dara lagi, Pak Darman menghembuskan nafasnya pelan, lalu mengangguk.

Pak darman keluar UKS dengan dokter pandu karena ada rapat mingguan pada jam itu dan meninggalkan raya dan dara di ruangan. Raya menghela napas lega.

“ thankyou berat daaaarrr,” sahutnya lega dan memeluk dara dengan semangat.

“ rambut lo, rambut lo!!” dara meronta dan sekuat tenaga melepaskan dirinya dari pelukan raya.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
JURANG
1010      499     5     
Short Story
Adikku memang orang yang aneh. Adikku selalu beri pertanda aneh untuk kehidupanku. Hidupku untuk siapa? Untuk adikku atau calon suamiku tercinta?
A promise
563      362     1     
Short Story
Sara dan Lindu bersahabat. Sara sayang Raka. Lindu juga sayang Raka. Lindu pergi selamanya. Hati Sara porak poranda.
Kare To Kanojo
6419      1731     1     
Romance
Moza tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah menginjak Negara Matahari ini. Bertemu dengan banyak orang, membuatnya mulai mau berpikir lebih dewasa dan menerima keadaan. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi Moza. Apalagi dia harus dihadapkan dengan perselisihan antara teman sebangsa, dan juga cinta yang tiba-tiba bersemayam di hatinya. DI tengah-tengah perjua...
Menjadi Aku
461      365     1     
Inspirational
Masa SMA tak pernah benar-benar ramah bagi mereka yang berbeda. Ejekan adalah makanan harian. Pandangan merendahkan jadi teman akrab. Tapi dunia tak pernah tahu, di balik tawa yang dipaksakan dan diam yang panjang, ada luka yang belum sembuh. Tiga sahabat ini tak sedang mencari pujian. Mereka hanya ingin satu halmenjadi aku, tanpa takut, tanpa malu. Namun untuk berdiri sebagai diri sendi...
Lagu Ruth
434      311     0     
Short Story
wujud cintaku lebih dari sekedar berdansa bersamamu
Niscala
351      236     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
Tumpuan Tanpa Tepi
11139      3062     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Melting Point
5807      1261     3     
Romance
Archer Aldebaran, contoh pacar ideal di sekolahnya walaupun sebenarnya Archer tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Sikapnya yang ramah membuat hampir seluruh siswi di sekolahnya pernah disapa atau mendapat godaan iseng Archer. Sementara Melody Queenie yang baru memasuki jenjang pendidikan SMA termasuk sebagian kecil yang tidak suka dengan Archer. Hal itu disebabkan oleh hal ...
Delilah
9343      2014     4     
Romance
Delilah Sharma Zabine, gadis cantik berkerudung yang begitu menyukai bermain alat musik gitar dan memiliki suara yang indah nan merdu. Delilah memiliki teman sehidup tak semati Fabian Putra Geovan, laki-laki berkulit hitam manis yang humoris dan begitu menyayangi Delilah layaknya Kakak dan Adik kecilnya. Delilah mempunyai masa lalu yang menyakitkan dan pada akhirnya membuat Ia trauma akan ses...
Kekasih Sima
335      217     1     
Short Story
Sebenarnya siapa kekasih Sima? Mengapa bisa selama lima tahun dicampakkan membuat Sima tetap kasmaran, sementara orang-orang lain memilih menggila?