Read More >>"> KNITTED (One) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KNITTED
MENU
About Us  

Dara berlari sekuat tenaga menuju gerbang sekolah yang hampir tertutup. Senin pagi nya di awali dengan sebuah mimpi aneh yang menyebabkan gadis ini telat membuka mata.

“ Tunggu bentar Pak Maaaaan!” teriak Dara yang sudah sedikit lagi sampai gerbang, Pak Manto -sang satpam-  hanya geleng-geleng melihat murid-murid yang berlarian, kenapa susah sekali mereka bangun pagi, pikirnya.

Dara berhasil masuk di menit-menit terakhir sebelum bel masuk sekolah berbunyi, Dara tersenym berterimakasih pada Pak Man yang dibalas lirikan judes lelaki paruh baya itu, kalau Dara bukan temannya, Manto tak akan mau menahan pintu, Manto adalah satpam paling disiplin di sekolah itu, berhubung Dara adalah temannya, Manto melunak.

“ bangun pagi tho Dar,” teriak pak Manto yang dibalas cengiran dan lambaian tangan sambil dara berlari, lalu dia  mengunci pagar sekolah, anak-anak lain yang terlambat tertahan diluar mengiba-ngiba pada pak Manto agar dibukakan pintu, Manto memperlihatkan jam tangannya yang menunjukan pukul tujuh tepat.

Dengan langkah lemas Dara berjalan menuju kelas, mimpi aneh, rutuknya dalam hati. Bisa-bisanya dia bermimpi bertemu dengan Kintan, teman sekelasnya yang sedang koma saat ini, kintan koma karena meningitis awal masuk semester satu, ini berarti sudah satu bulan setelah kenaikan ke kelas duabelas, dara mengingat-ingat kapan kintan mulai dikabarkan masuk rumah sakit sambil tetap berlajan pelan dan menunduk, dalam mimpi itu Kintan terus menerus meminta tolong pada dara, namun kintan tak menyebutkan hal yang dia inginkan, bagaimana Dara bisa bantu jika dara tak tahu apa yang dimaksud oleh Kintan.

 Dara mengetuk-ngetukan jari ke dagunya sambil terus berpikir. Apakah sebenarnya kintan koma karena tertarik makhluk halus ? karena itu dia datang ke mimpi Dara untuk meminta tolong mengeluarkannya dari dimensi lain seperti Elise Rainer menyelamatkan Dalton Lambert dan yang lainnya?  Tapi dara tak punya kemampuan untuk mellihat makhluk halus, bahkan untuk sekedar merasakan kehadiran mereka saja dia tak bisa, karena itulah Dara menjadi penolong siapapun yang tak ingin menonton film horror sendirian, ajak saja Dara, dia pasti mau, selain memang horror adalah genre film favoritenya, siapa yang menolak nonton film kesukaan dengan gratis dan dengan popcorn dan soda sebagai bonus tambahannya. Dara menggeleng keras, ah apa mimpi tadi malam adalah akibat dia menonton film insidious secara marathon ?  awas aja nanti Garuda ya! Dara mengepalkan tangannya kesal, gara-gara Garuda – kakak dara- mengajaknya menonton film insidious secara marathon tadi malam -Garuda mendapat pinjaman DVD seri lengkap insidious dari insidious sampai insidious : the last key- Dara jadi bermimpi aneh seperti ini, Kintan dan Dara bahkan tidak dekat, kenapa bisa dia memimpikanya. Tiba-tiba Dara mendongak karena ingat sesuatu, bukannya dulu Raya pernah,..

“ DUARRRR” seseorang mengagetkan dara dari arah depan. Dara reflex meloncat karena kaget dan menabrak anak yang sedang berjalan di belakangnya yang akan menuju lapangan sekolah untuk upacara. Dara menoleh dan meminta maaf, lelaki yang ditabrak Dara menatap gadis yang di hadapannya dengan wajah datar lalu dia berjalan ke sisi yang lain dimana tak ada apapun yang menghalanginya.

Kali ini dia langsung menoleh pada sang pembawa masalah, Raya, nama lengkapnya Rayana Wijaya, Sahabat sekaligus teman sekelasnya dari kelas satu sampai kelas tiga ini, kalau kata murid yang lain, mereka dapat terus sama-sama karena Raya pasti yang meminta itu pada ayahnya, mengingat ayahnya raya –Hendra Wijaya- adalah kepala sekolah SMA NUSA BANGSA tempatnya bersekolah ini. Tapi kenyataanya Raya tidak pernah meminta pada ayahnya untuk terus membuatnya sekelas dengan Dara, menurut Raya dan Dara, kebetulan itu terjadi karena Tuhan telah merestui persahabatan mereka, atau ayahnya memang sangat sangat menyayanginya sehingga tau Raya pasti akan bahagia bila dia sekelas dengan sahabatnya itu.

“ Eloooo!” omel Dara sembari menjewer telinga Raya keras dan membawanya ke pinggir agar tak menghalangi anak-anak lain yang sedang berjalan menuju lapangan.

Raya yang di jewer hanya terkikik, tak ada raut wajah sakit, bersalah apalagi penyesalan telah mengagetkan sahabatnya. “ Lepasin ah, geli.” Kata Raya sambil melepaskan  tangan dara dari telinganya dan masih tersenyum jail.

“ Ngapain sih lo!” omel Dara lagi, Raya yang di semprot sahabatnya itu nyengir lagi,

“ Bikin lo kembali ke dunia nyata lah! abis gue panggilin dari tadi lu kagak denger gue. Gue yakin lu pasti lagi ngelamun, sebagai sahabat yang baik, daripada lu kagak balik-balik ke dunia ini mending gue sadarkan elu. Lo seharusnya berterimakasih sama gue, traktir gorengannya Mbak Mun kek di kantin nanti pas abis upacara,” Jelasnya, Dara menjitak dahi Raya pelan, gemas sekali pada sahabatnya yang satu ini, Rayana wijaya ini berasal keluarga yang berkecukupan, namun sikap sederhananya selalu membuat Dara salut, makanan kesukaan sahabatnya yang chubby ini hanya gorengan, tak ada hari yang dia lewatkan tanpa gorengan.

“ Kolesterol nanti lo, makan gorengan mulu.” Kata dara sambil mengaitkan lengannya ke lengan raya, lalu mereka berdua berjalan beiringan menuju kelas, Dara belum menyimpan tasnya.

“ Tapi kan gue rajin olah raga,” Raya mematahkan argument Dara,

“ Lari-lari biar keburu masuk gerbang maksud lo ? anak kepala sekolah kok hobi nya kesiangan mulu tiap hari.” Cibir Dara, Raya yang di sindir mendelik tak terima.

“ enak aja, gak tiap hari ya, Cuma hari jumat doang. Buktinya hari ini gue gak kesiangan, malah yang ada elo niih yang kesiangan,” balas Raya,Dara menggelengkan kepalanya.

“ hampir kesiangan. Bukan kesiangan.” Ralatnya menegaskan. Raya baru akan membalasnya lagi ketika dari arah belakang terdengar teriakan.

“ hei kelian!!” sebuah suara menghentikan langkah mereka saat Dara dan Raya hendak berbelok ke kelas mereka. Raya dan Dara menoleh wajah mereka pucat “mati.” Desis mereka.

Pak Darman –guru matematika merangkap kesiswaan- yang terkenal killer di kalangan murid-murid tergopoh-gopoh menghampiri kedua gadis itu.

“ Kalian tau ini jam berapa!” itu bukan pertanyaan. Tapi pernyataan yang menegaskan   

Dengan polosnya Dara melihat jam yang melingkar di tangan kanannya, “ jam 7 pak, lebih lima menit,” jawabnya, Pak Darman semakin melotot ada murid yang menjawabnya, sang guru killer mendekat, kontan dua sahabat itu gemetar.

“ mau diapain kita Dar?” Tanya  Raya takut,

“ tenang, paling parah kita dijadiin serep buat pembaca undang-undang dasar.” Dara menepuk – nepuk tangan raya, berbagi ketakutan. Pak darman semakin mendekat.

“ kalo kalian sudah tau ini jam tujuh lebih lima menit, kenapa kalian masih berjalan dengan santai kayak di pantai ke arah kelas! Kalian tau bahwa upacara kan dimulai 10 menit lagi?! Kalian lupa dimana letak lapangan upacara sekolah kita?!” marah Pak Darman dengan logat jawanya yang khas.

“ a..anu pak, tas saya, tas saya belum saya simpan, saya mau ke kelas dulu untuk menyimpan tas saya pak, kan gak lucu kalo saya upacara bawa-bawa tas pak, nanti kalau ada yang hilang, gimana? Bapak mau tanggung jawab?”  Dara menunjuk tas di gembloknya, ada sedikit kalimat mengancam di akhirnya. Pelototan pak Darman berkurang tidak seseram yang tadi, guru yang rupanya mirip hitler ini melirik tas yang ada di belakang punggung Dara. Tak ingin menanggung resiko kehilangan barang nantinya, akhirnya pak Darman mengijinkan Dara untuk menyimpan tasnya di kelas. Dara dan Raya tersenyum lega, lalu pamit menuju kelas.

“ eitss, kamu mau kemana?” tahan Pak Darman

Eeet dah pake ditanya lagi, batin Dara kesal. Dara dan Raya menoleh ke arah pak darman dengan muka malas “ mau ke kelas tho pak, simpen tas,mau kemana lagi?” jawab dara kesal, dia akan benar-benar di jadikan serep sebagai pembaca undang-undang kalau hitler versi jawa ini mengulur waktu.

“ bukan kamu maksud bapak, lha itu Raya. Kamu mau apa ikut ke kelas juga? Ada yang mau kamu simpan?” Tanya pak darman, Raya hanya terseyum kikuk.

“ mau nganter Dara pak, tadi saya liat dia ngelamun waktu jalan, itu artinya dia lagi banyak pikiran, kalo dia banyak pikiran biasanya dia suka jadi amnesia pak, bahkan bisa lupa dimana letak kelas.”  Raya menjelaskan panjang lebar, berharap guru di hadapannya ini mengerti, Pak darman mengangguk anggukan kepalanya, Raya tersenyum, ternyata guru ini baik juga, duh dulu Raya salah mengira Pak Darman adalah guru yang sama sekali tidak pengertian, kenyataannya Pak Darman sangat amat pengertian, tak salah papanya memilih pak Darman untuk jadi kesiswaan.

“ kayak mau berangkat haji saja pake di anter-anter segala, gak ada alasan, ayo Raya! Ke lapangan upacara sekarang. Bapak bakal awasi kamu biar gak belok – belok lagi, ayo cepat!” perintahnya galak, tak peduli Raya anak kepala sekolah atau komisaris sekalipun, disiplin harus di tegakan tanpa pandang bulu.

Senyum Raya hilang, berganti dengan cemberut yang menghiasi wajahnya, berarti pikiran pertamanya yang memang benar, pak Darman adalah guru kesiswaan yang sangat TIDAK pengertian dengan siswanya! Raya menepuk nepuk pundak sahabatnya dengan sedih.

sorry  gue gak bisa nganter, kelas kita ada di ujung lorong ini, lu jalan lurus aja, abaikan Mbok Sum yang nawarin nasik uduk ya, kelas kita di 3 IPS 4 yang ada poster bung karno di depan pintunya. Baek-baek jalannya jangan ngelamun lagi.” Arahan Raya membuat Dara heran bercampur geli, serasa murid baru saja dia, lalu Dara mengangguk dan melempar pandangan –gue bakal baik-baik aja- pada Raya, Raya menghela nafas berat, masih khawatir dengan kondisi sahabatnya ini. Dara menepuk tangan Raya dan tersenyum. Bukan tanpa alasan Raya khawatir, pertama kali Raya bertemu Dara adalah saat Raya menemukan Dara sedang menangis didalam toilet pada saat orientasi hari pertama.

“ Lo kenapa?” Tanya Raya pada gadis yang ada di hadapannya, Raya menghampiri gadis yang sedang jongkok di samping washtafel lalu ia ikut berjongkok. Gadis itu mengangkat muka dan melihat Raya yang ada di depannya,

“ Gue lupa jalan balik ke kelas, tas gue masih di dalem kelas itu, gue gak bisa pulang soalnya semua barang berharga gue ada di tas, bisa di omelin sebulan kalo gue teledornya parah kayak gini.” katanya sedih,

“ Kok bisa lupa, lo emang dari mana ?” Tanya Raya bingung, mana ada sih orang  yang bisa lupa letak kelas, kan ada pentunjuknya,

“ Gue tadi sebelum waktu pulang ke toilet dulu, terus ke kantin mau beli minum, pas gue mau bayar gue lupa gak bawa dompet, soalnya dompet gue di tas, gue panik, mana banyak kakak kelas disitu pada ngeliatin gue, dari situ gue langsung ngeblank, gue lupa letak kelas gue dimana, gue muter muter disini tiga kali gak ketemu, makanya gue ke toilet, nenangin diri siapa tau gue bisa inget lagi.” Jelasnya. Ooh jadi anak ini bisa lupa ingatan karena panic, raya mengerutkan keningnya, ada ya penyakit kayak gitu ?  Lalu dia melihat papan nama yang tergantung di leher gadis itu. Dia bahkan lupa kalau dia punya name tag berisi informasi nama,asal sekolah dan berada di kelas mana selama masa orientasi ini.

“ Lupa lo bener bener parah, Dara,” Raya menggeleng gelengkan kepalanya, gadis di hadapannya mendonggak dengan mata melotot ngeri.

“ Darimana lo tau nama gue ? lo nguntit ya ? mau ngerampok gue ya dengan memanfaatkan penyakit lupa gue!!” tuduhnya, Dara semakin merapat ke tembok. Dituduh seperti itu membuat Raya naik darah sebentar, lalu dia menenangkan dirinya sendiri. Sabar orang lagi panic jangan di bikin tambah panic. Imajinasi cewek ini terlalu ekstrim.

Raya lalu menarik nametag karton yang tergantung di leher Dara dengan sedikit kesal, kepala Dara sampai tertarik juga kedepan.

“ Lo beneran lupa kalo disini ada data diri lo sendiri yang bisa bikin lo balik ke kelas tanpa harus muter muter sampe tiga kali dan berakhir jongkok di toilet sendirian !” kata Raya tegas dengan satu kali nafas, muka Dara melongo hebat. Benar benar parah ingatannya, dia sampai lupa kalo dia memakai  nametag. Perlahan wajahnya yang putih memerah karena malu, malu karena ketahuan pelupa akut dan malu karena menuduh gadis chubby di hadapannya ini sebagai penguntit.

sorry,,gue..” kata kata Dara terhenti,

 “ Panic ?” potong Raya, Dara mengangguk dan menatapnya lalu raya tersenyum. Dara membalas dengan tersenyum canggung, “gue Raya, gue tau kelas lo, kelompok Imam Bonjol ya, ini mah kelasnya gak jauh dari kelas gue, gue kelompok Cut Nyak Dien, yuk gue anterin,” ajaknya ramah, Dara menyambut tangan Raya dan tangan itulah yang tak akan di lepaskan dara sampai kapanpun, tangan sahabat pertama di SMA.

“ oalaaaaah, kalian nanti waktu upacara ketemu lagi kok yaa, pake ada acara nunjukin jalan segala. Ayo Raya, cepat! Atau kamu saya suruh  untuk upacara di samping para guru?!” ancam Pak Darman kesal dengan kelakuan ajaib anak kepala sekolah ini. Kontan raya langsung berlari menuju lapangan meninggalkan dara yang akan menuju kelasnya, posisi upacara di samping guru adalah posisi sangat menyebalkan,tak bisa mengobrol atau bercanda dengan teman  dan biasanya itu tempat anak-anak yang terlambat lima menit setelah upacara berlangsung.  Dara ingat dengan ancaman tempat yang akan di huninya bila dia sampai telat ke lapangan upacara langsung berlari sebelum Pak Darman memperingatkan “cepat simpan tas kamu dan cepat masuk lapangan.” Tapi sayang, baru Pak Darman menoleh ke arah Dara dan membuka mulut untuk memperingatkannya, gadis itu sudah jauh dari pandangannya. Pak Darman menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu dia berjalan lagi menuju lapangan upacara sambil mengontrol kelas yang sudah bersih dari siswa dan itu artinya semua siswa sudah berada di lapangan untuk mengikuti upacara, - salah satu kegiatan yang kita lakukan untuk menghormati para pahlawan bangsa dan sudah bersusah payah bahkan mengorbankan nyawanya untuk memerdekakan Negara tercinta ini, namun sepertinya belum semua murid dapat melaksanakan upacara dengan kesungguhan hati, arwah pahlawan di atas sana pasti sedih, untuk mengibarkan bendera saja dulu mereka diawasi dan ditodong dengan senapan, sekarang saat semua sudah dapat terlaksana dengan bebas tanpa adanya gangguan dari siapapun, anak-anak muda penerus bangsa ini sangat malas menjalankannya hanya berdiri tegap dan diam selama kurang dari satu jam saja susaaah sekali- Pak Darman terus memonitor setiap kelas yang dilewatinya lalu  pandangannya tertuju ke kantin, masih ada beberapa siswa yang masih asik memakan gorengan mereka.

“ HEY KALIAN! CEPAT MASUK LAPANGAN UPACARA!” teriaknya dari kejauhan, para siswa langsung kabur melihat Pak Darman berjalan cepat mendekat ke arah kantin, makanan yang masih ada di tangan jatuh seketika karena kaget mendengar teriakan peringatan dari Pak Darman.

“ weyy, hitler dateng!! Buru ke lapangan!!” sahut mereka kepada teman-teman yang masih menikmati makanannya di kantin. Para siswa pun lari terbirit-birit.

***

Gue sebel kenapa papa milih Pak Darman sebagai kesiswaan. Kudu di demo ini mah! protes Raya yang sudah ada di lapangan upacara dan bergabung di barisan kelasnya. Mana lagi Dara?! Bener kan amnesianya sesaatnya kambuh, dia pasti muter-muter nyariin letak kelas batinnya lagi.

“ mana Dara , Ya?” Fitra yang berada di samping Raya celingak celinguk mencari Dara, biasanya dimana ada Raya disitu ada Dara, begitu juga sebaliknya.

“ tadi sih masih jalan ke kelas buat naro tas, tau nih belum dateng juga, lupa kali dia dimana kelasnya.” Jawab Raya gusar.

“  khawatir amat Ya, mana mungkin Dara lupa letak kelas, orang kelas kita paling beda dari yang lainnya,” Fitra menenangkan

“ tadi waktu masuk dia jalan sambil ngelamun, gue tau banget tuh kalo dia lagi banyak pikiran kayak gitu, dia suka jadi pelupa, jangankan kelas, ditanya mana tangan kanan sama kiri aja dia gak bisa jawab.” Jawab Raya semakin khawatir. “ gue susul aja apa ya?” katanya bimbang,

“ upacara akan segera di mulai, harap pemimpin barisan merapikan barisannya masing-masing,” suara pembawa acara itu  tak menghentikan niat Raya untuk mencari sahabatnya. Saat dia akan keluar barisan, terlihat Pak Darman sedang berdiri di belakang barisan mereka. Mati gue. kenapa tuh Hitler di belakang barisan gue sih?! Keluhnya.

“ kenapa? Kok gak jadi?” Tanya Fitra, melihat Raya hanya menunduk lesu

“ ada Hitler di belakang barisan. Heran gue, ngejagain banget gue sih dia. Harusnya gak usah jadi guru, jadi bodyguard aja!” Omelnya. Fitra terkikik geli.

“ SIAAP GRAK.” Ardi sang ketua kelas menyiapkan pasukannya

“ apa lagi itu siap-siap, emang kita mau tamasya disuruh siap-siap!” sewotnya lagi, bila sedang kesal Raya bisa emosi dengan hal kecil sekalipun, Fitra menahan tawannya agar tak kena semprot. Raya masih mengomel tentang segala hal, ya cuaca panas lah, ya suara pembawa acara upacara cempreng banget lah, semuanya. Akhirnya suara deham yang lumayan kencang dari belakang menghentikan ocehannya.

“ batuk tuh dia, suruh diem aja di UKS !” omelnya lagi sebelum akhirnya diam.

***

 dara dengan tergesa  berjalan menuju kelasnya, ditengah kondisinya yang sedang kebingungan dengan mimpi anehnya dan terburu-buru agar tidak upacara di samping guru, penyakit pelupanya kambuh lagi.

“ aduuh, kelas gue dimana sih?” gerutunya, “ tadi Raya bilang apa ya, kelas gue dimana siih?!” Dara kesal kenapa penyakit lupa nya ini harus kambuh disaat-saat genting seperti ini. Sambil menyusuri kelas demi kelas di sepanjang lorong yang dia lewati saat ini Dara berusaha mengingat kelasnya, kelas gue gak ada cirinya apa ya? Gue kelas apa sih?! Semakin panic, Dara akan semakin buruk ingatannya, Dara menghela nafas panjang, berusaha menenangkan diri.

Huuuff…

Oke,,tenang…gue itu kelas 3 IPS 4, yang disini IPS 2, terus yang ini IPS 3, oohhh itu dia kelas gue, paling ujung ternyata.

Dara berjalan pelan menuju kelasnya, dia melirik jam tangan biru yang melingkar di tangan kanan, jam 7.10, sudahlah, memang nasib dara untuk upacara di samping guru-guru hari ini, mungkin ini lebih baik, agar dia tidak di recoki dulu oleh Raya –seperti yang selalu di lakukan mereka jika Dara berada di barisan kelasnya-, mimpi aneh tadi malam sudah merengut separuh semangatnya dan dia butuh waktu untuk tenang tanpa pertanyaan berentet dari sahabat tersayang. Dara mengangguk anggukan kepalanya, sudut bibirnya dipaksakan naik sedikit, ya, upacara di samping guru tak akan seburuk itu, pikirnya. Langkah Dara mulai ringan menuju kelas, oh itu dia, waah benar benar beda dari yang lain kelasnya ini, Dara tersenyum geli melihat pintu kelasnya di tutup tirai yang terbuat dari sedotan yang sudah di bentuk bunga.  Di baliknya – di depan pintu kelas- tertempel poster president dan wakit presiden pertama Indonesia , Soekarno dan Hatta,  Gadis itu menatap kelasnya dan tersenyum geli, karena sekarang dia tak ingat kapan dan siapa yang memasang tirai sedotan itu di kelasnya, kelasnya menjadi lebih seperti ruangan TK dari pada ruangan belajar anak kelas 3 SMA, jangan – jangan di dalam kelasnya ada balok-balok, kertas warna, dan permainan anak TK yang lain, tunggu, apa karena saking lupa dimana letak kelas, sekarang Dara sudah nyasar ke TK yang memang satu lingkungan dengan SMA ini ? Dara mengetuk ngetuk kepalanya dengan frustasi, kenapa penyakitnya ini selalu membuatnya susah dan membawa kesialan yang bertubi tubi!

Dara besandar ke dinding di samping pintu kelas itu, menenangkan hatinya lagi, apapun akan terselesaikan jika kita tenang bukan ? Dara menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, masih belum cukup tenang Dara melakukan pernafasan  lagi dengan mata terpejam.  “oke,” katanya. Dara berbalik dan mundur tiga langkah lalu melihat ke atas pintu kelas di depannya ini, tapi dia tak menemukan apapun tulisan disitu, di buang kemana tanda kelas itu ? karena semakin ragu, Dara melihat ke samping kelas itu untuk memastikan, kalau dia melihat tulisan 0 BESAR atau TK A/TK B di atas pintu kelas yang berada di samping kelas ini, sudah dapat di pastikan bahwa Dara memang tersesat karena melamun terlalu serius, sambil berharap-harap cemas gadis itu melihat kelas sebelah dan ya, dia melihat kelas tulisan 3 IPS 3 di atas pintu yang berada samping kelas bertirai sedotan bunga itu, Dara mengembuskan nafas lega, Dara tidak tersesat, terbanyang sudah olehnya jika memang dia benar benar tersesat, dia akan semakin kebingunan untuk mencari jalan keluar dan berakhir di toilet seperti dulu, lalu mungkin dia akan di laporkan hilang oleh Raya dan di cari orang satu sekolah, oh tidak!! itu sangat memalukan, Dara bergidik sambil menghilangkan pikiran memalukan itu.

Positif itu kelasnya – 3 IPS 4 – dara membuka pintu kelas dan perlahan masuk, kelasnya kosong, temen temannya sudah di lapangan semua, anak anak penurut, Dara tersenyum bangga, tak ada satu orang pun yang sembunyi di bawah meja guru untuk mengelabui Pak Darman, Dara  melihat kertas warna warni yang terpasang di dinding sebelah kanannya yang berisikan jadwal piket harian teman teman sekelasnya, lalu struktur organisasi yang terpasang di tembok belakang kelas, bersebelahn dengan jadwal perlajaran, lalu tempelan gambar-gambar Naruto, one piece , conan dan teman-temannya di sebelah kiri jadwal pelajaran, Dara juga melihat kerajinan burung bangau dari origami memenuhi bagian atas loker yang ada di sebelah kanan struktur organisasi. Dara sedikit ragu, apakah ini benar benar kelasnya atau kelas prakarya, mengingat ruangan ini sangat berwarna, namun Dara melihat namanya yang menjadi seksi pendidikan di struktur organisasi, Dara langsung mendapat keyakinan penuh bahwa dara memang bagian dari kelas ini. Dara melirik jam lagi, sudah jam 7.30, Dara berpikir membolos upacara saja, sudah terlambat dua puluh menit, tapi Dara menggeleng, dia tak mau di kelas sendirian, dia akan ke UKS saja dan tidur sebentar disana, setelah meletakan tasnya sembarangan di bangku depan karena dara tak ingat dimana tempat duduknya, Dara melangkah menuju pintu kelasnya, niatnya sudah bulat akan ke UKS, dia akan mengingat letak UKS sekolahnya sambil jalan saja.

“ Dara,” suara seorang perempuan menghentikan langkah dara, dara masih mematung di depan pintu kelasnya, tinggal dua langkah lagi dia keluar. Ingatannya memang parah saat panic, tapi saat menemukan kelas ini, kepanikan dara menguap begitu saja, ingatan dara sudah lebih normal, sekarang dia tahu siapa yang membuat tirai sedotan dan segala hal yang menghiasi kelas ini, yang membuatnya adalah Dara dan Raya. Dara tertawa malu saat tadi kembali mengingat dan merasa bersalah kepada teman-teman sekelas atas perbuatannya. Seingat Dara, tadi saat masuk kelas ini Dara tak menemukan satu orangpun  selain dirinya, tapi kenapa sekarang dia merasa ada yang memanggilnya, mungkin Cuma halusinasi karena terlalu panic tadi, tepisnya, Dara menghiraukan panggilan itu dan berlajalan lagi.

“ Dara, tunggu.” Suara lemah itu terdengar sangat jelas di telinga dara mambuat langkah dara melayang di udara, tangannya menjadi dingin, apalagi ini, pikirnya, dia terlalu takut untuk menoleh ke belakang, tapi dia sudah tak sanggup melangkah keluar, bahkan untuk menurunkan kakinya ke tempat semula saja Dara merasa sangat berat.  Apa sebenarnya Dara mempunyai indra keenam, hanya saja karena penyakit paniknya dia lupa kalau bisa melihat makhluk lain ? tidak tidak tidak, Rudi sepupunya adalah anak indigo, Rudi bisa melihat sosok di atas pohon beringin alun-alun dekat rumah dara saat dia berkunjung kesana sore hari, sedangkan dara tidak bisa melihatnya, atau bisa ? tapi dara lupa? Aaah kemungkinan kemungkinan ini semakkin menambah kepanikan Dara. Dara pemberani karena dia tak bisa melihat ataupun merasakan kehadiran mahkluk lain itu, tapi kenapa sekarang Dara takut sekali.

“ Dara,” panggil suara itu lagi,lembut, lemah, dan Dara tak ingin pikirannya terbang kemana mana, tapi bulu kuduknya meremang, Dara sebenarnya  tak punya keberanian yang tersisa, tapi dia paksakan saja untuk menoleh ke belakang, jika memang itu temannya, Dara akan merasa lega dan pasti akan mengacak-ngacak rambut temannya itu karena berani menakut nakutinya setelah dia terserang kepanikan tingkat tinggi dan membuatnya lupa sesaat, oh tak hanya mengacak-ngacak rambut, kalau perlu Dara akan gunduli sekalian.

Dengan pelan Dara menoleh ke asal suara tadi, mata Dara membesar melihat siapa yang ada di bangku kedua dari belakang, dia melihat Kintan. Ya. Kintan, temannya yang sedang koma di rumah sakit, namun kenapa sekarang dia melihat Kintan dengan balutan seragam lengkap dan rambut yang di kucir kuda seperti biasa, apa saking tidak focusnya dia tidak melihat Kintan disitu, apa kintan sebenarnya sudah masuk sekolah ? Dara tak dapat bergerak, tak dapat berbicara bahkan berkedip, teringat mimpi semalam tentang Kintan dan Kintan yang sekarang sedang menghampirinya pelan membuatnya lemas, Kintan semakin dekat, dan Dara dapat melihat bahwa wajah Kintan sangat kurus dan pucat, matanya yang sayu menatap Dara penuh harap, Dara dapat merasakan tangan dingin Kintan menyentuh tangannya.

“ Tolong,” kata Kintan lirih.

Dan setelah itu pandangan dara menjadi gelap.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 1 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My LIttle Hangga
747      479     3     
Short Story
Ini tentang Hangga, si pendek yang gak terlalu tampan dan berbeda dengan cowok SMA pada umunya. ini tentang Kencana, si jerapah yang berbadan bongsor dengan tinggi yang gak seperti cewek normal seusianya. namun, siapa sangka, mereka yang BEDA bisa terjerat dalam satu kisah cinta. penasaran?, baca!.
Mapel di Musim Gugur
417      293     0     
Short Story
Tidak ada yang berbeda dari musim gugur tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali senyuman terindah. Sebuah senyuman yang tidak mampu lagi kuraih.
Katamu
2746      1020     40     
Romance
Cerita bermula dari seorang cewek Jakarta bernama Fulangi Janya yang begitu ceroboh sehingga sering kali melukai dirinya sendiri tanpa sengaja, sering menumpahkan minuman, sering terjatuh, sering terluka karena kecerobohannya sendiri. Saat itu, tahun 2016 Fulangi Janya secara tidak sengaja menubruk seorang cowok jangkung ketika berada di sebuah restoran di Jakarta sebelum dirinya mengambil beasis...
Annyeong Jimin
27048      3415     27     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin
Tyaz Gamma
967      676     1     
Fantasy
"Sekadar informasi untukmu. Kau ... tidak berada di duniamu," gadis itu berkata datar. Lelaki itu termenung sejenak, merasa kalimat itu familier di telinganya. Dia mengangkat kepala, tampak antusias setelah beberapa ide melesat di kepalanya. "Bagaimana caraku untuk kembali ke duniaku? Aku akan melakukan apa saja," ujarnya bersungguh-sungguh, tidak ada keraguan yang nampak di manik kelabunya...
Senja Belum Berlalu
3657      1305     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Apakah kehidupan SMA-ku akan hancur hanya karena RomCom? [Volume 2]
1397      633     0     
Romance
Di jilid dua kali ini, Kisaragi Yuuichi kembali dibuat repot oleh Sakuraba Aika, yaitu ia disuruh untuk bergabung dengan klub relawan yang selama ini ia anggap, bahwa melakukan hal seperti itu tidak ada untungnya. Karena godaan dan paksaan dari Sakuraba Aika terus menghantui pikirannya. Akhirnya ia pun terpaksa bergabung. Seiring ia menjadi anggota klub relawan. Masalah-masalah merepotkan pun d...
RANIA
2122      732     1     
Romance
"Aku hanya membiarkan hati ini jatuh, tapi kenapa semua terasa salah?" Rania Laila jatuh cinta kepada William Herodes. Sebanarnya hal yang lumrah seorang wanita menjatuhkan hati kepada seorang pria. Namun perihal perasaan itu menjadi rumit karena kenyataan Liam adalah kekasih kakaknya, Kana. Saat Rania mati-matian membunuh perasaan cinta telarangnya, tiba-tiba Liam seakan membukak...
Snazzy Girl O Mine
507      315     1     
Romance
Seorang gadis tampak berseri-seri tetapi seperti siput, merangkak perlahan, bertemu dengan seorang pria yang cekatan, seperti singa. Di dunia ini, ada cinta yang indah dimana dua orang saling memahami, ketika dipertemukan kembali setelah beberapa tahun. Hari itu, mereka berdiam diri di alun-alun kota. Vino berkata, Aku mempunyai harapan saat kita melihat pesta kembang api bersama di kota. ...
Of Girls and Glory
3001      1358     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...