Yizreel berjalan di koridor sekolah dengan ransel berwarna hitam yang tersampir di bahu kanannya. Pandangan Yizreel menelisik diantara sekian banyak siswa atau siswi yang berada di koridor sampai pandangan Yizreel terhenti di satu titik. Yizreel melihat Aileen yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Dengan pandangan yang menunduk, Aileen tidak menyadari bahwa dia sekarang sedang berada tepat dihadapan Yizreel. Yizreel heran. Tidak biasanya raut wajah Aileen seperti itu. Aileen mengangkat wajahnya melihat Yizreel yang sudah menatapnya heran.
“Kenapa?” tanya Aileen.
Yizreel hanya diam tetapi mengamati setiap inchi wajah Aileen, “Mata lo kenapa?”
Aileen terkejut kemudian berkata dengan terbata, “Ah it-itu ma-mata gue gak kenapa napa kok.”
Yizreel mengangkat sebelah alisnya, “Yakin?” tanya Yizreel seolah meyakinkan.
“Iyalah! Emang mata gue kenapa coba?”
“Sembab. Kayak habis nangis gitu,”
“Gue gak habis nangis kok. Yaudah gue ke kelas dulu ya.” Tanpa mendengar jawaban Yizreel, Aileen tergesa-gesa menuju kelasnya.
Yizreel yang merasa ada sesuatu yang tidak beres hanya mengedikkan bahunya.
‘Mungkin bisa nanya nanti.’ Batin Yizreel.
Yizreel lalu melanjutkan perjalanannya menuju kelas.
***
“HALOHA EPRIBADEEH. AMEL YANG CANTIK JELITA TIADA TARA DATANGG!!” dengan suara yang amat sangat luar biasa kerasnya, Amel memasuki kelas dan disambut dengan tatapan sinis semua penghuni kelas. Sedangkan Amel yang dipandangi seperti itu hanya cuek.
Amel menghempaskan badannya di kursi depan Aileen kemudian menghadapkan badannya ke belakang. Tempat Aileen dan Rara duduk.
“Please deh Mel lo baru dateng tapi udah bikin keributan,” Rara memandang Amel dengan datar.
“Hehe biar suasana ceria gitu loh.” Cengir Amel.
Aileen hanya diam melihat kedua sahabatnya ini tanpa ada niatan untuk menimpali.
“Leen, napa sih diam mulu kayak kambing conge tau gak.” Ucap Amel.
“Sembarangan lo ngatain sahabat lo sendiri.” Rara mengetuk kepala Amel dengan buku yang sedang dipegangnya.
“Adududuh sakit kampret.” Ringis Amel.
***
Yizreel, Nando dan juga Adlan berjalan di koridor sekolah menuju kantin. Yizreel dengan tangan yang berada di dalam saku celananya berjalan dengan sangat cool membuat siswi-siswi yang berada di sekelilingnya menjerit tertahan. Lain halnya dengan Nando dan juga Adlan. Kedua cowok ini berjalan sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah siswi-siswi yang memandangi mereka. Bersiul-siul menggoda sehingga siswi-siswi tersenyum bahkan tertawa.
“Cewek godain abang dong,” Nando menggoda salah satu siswi yang melintas di hadapan mereka. Siswi tersebut hanya mampu tersenyum kemudian lari menjauhi Nando.
Adlan yang melihat respon siswi tersebut tertawa terbahak bahak, “Hahahahaha tu cewek takut sama lo Nan makanya ngibrit. Lo yang sabar ya.” Adlan menepuk pundak Nando merasa prihatin.
Nando hanya mendengus dan mengempaskan tangan Adlan yang berada di bahunya, “Diem lo. Dia kabur karna gak tahan sama senyuman maut gue aja.” Ucap Nando dengan pedenya.
“Percaya-percaya,” Adlan hanya menganggukkan kepala nya.
Ketiga cowok ganteng ini berhenti di depan kantin dan mengedarkan pandangannya. Melihat apakah masih ada meja kosong atau tidak. Sampai pandangan Yizreel berhenti di meja yang ditempati Aileen dan sahabat-sahabat gadis itu. Sejenak pandangan Yizreel terpaku pada Aileen yang hanya diam tanpa mau ikut serta dalam pembicaraan Rara dan Amel. Yizreel mengeluarkan tangannya dari saku celana lalu berjalan menuju meja Aileen. Nando dan Adlan yang sedari tadi berdebat tentang siapakah yang paling ganteng di antara mereka berdua tidak menyadari bahwa Yizreel sudah tidak berada di samping mereka.
“Elaahh kan dah gue bilang kalau gue itu yang paling ganteng dari pada lo jadi terima aja.” Nando berucap dengan pedenya.
Adlan memutar bola matanya malas dan baru menyadari jika Yizreel sudah berada di depan meja Aileen, “WOY REEL TUNGGUIN GUE?!” tanpa perduli pada Nando, Adlan berlari menyusul Yizreel.
“ADLAN BANGKE JANGAN LARI LO!!”
Dengan sekuat tenaga, Nando berlari secepat kilat menyusul Yizreel dan juga Adlan.
“Astagfir Nando lo bisa woles gak sih?!” gerutu Amel kepada Nando yang tiba-tiba duduk disebelahnya.
“Hehe gue udah woles kali,” cengir Nando menatap Amel. “Pesenin gue makanan dong Dlan.” Lanjut Nando menatap Adlan yang berada di hadapannya.
“Punya kaki kan lo?” tanya Adlan.
“Punya”
“Punya tangan?”
“Punya”
“Punya mata?”
“Punya”
“Kalau punya ya pesen sendiri lah!” telak Adlan dengan nada sinis. Sontak saja semua yang berada di meja tersebut tertawa terbahak-bahak, sedangkan Nando hanya menggerutu di dalam hati.
“Pulang bareng gue ya Leen.” Ajak Yizreel menatap Aileen.
“Uhuk uhuk gue keselek nih.” Ucap Rara.
“Ehem ehem bau baunya ada yang lagi PDKT nih.” Lanjut Amel.
“Siapa yang lagi PDKT?” tanya Aileen polos.
Adlan, Nando, Rara dan Amel hanya bisa menepuk kening mendengar pertanyaan polos Aileen.
“Ck gak usah diladenin Leen yang penting nanti gue anterin lo pulang.” Putus Yizreel dan Aileen hanya mengangguk tanda mengiyakan.
“Yaelah Reel bilang aja kali lo mau PDKT alias pendekatan sama Aileen kan?” Nando menaik turunkan alisnya.
“Apaansih.”
***
Setelah sampai di depan pagar rumahnya, Aileen turun dari motor Yizreel dengan memegang bahu cowok itu.
“Thanks.” Ucap Aileen dengan senyum tipis.
“Lo kenapa? Dari tadi gue liat lo kebanyakan diam.” Tatapan Yizreel lurus menatap Aileen.
“Gue gak papa kok.”
“Tap-“
PRANGGG
Ucapan Yizreel terpotong oleh suara pecahan yang berasal dari rumah Aileen. Tanpa ba bi bu lagi Aileen meninggalkan Yizreel di depan pagar begitu saja dan berlari secepat mungkin memasuki rumahnya. Yizreel yang penasaran pun berlari menyusul Aileen ke rumah gadis itu. Sesampainya di rumah Aileen, Yizreel memasuki rumah itu untuk mencari tahu apakah yang sedang terjadi. Mata Yizreel membulat melihat keadaan rumah Aileen yang sudah berantakan. Pecahan guci dimana mana dan beberapa bunga hias berserakan di lantai.
“KAMU HARUSNYA SADAR MAS. AKU INI ISTRI KAMU TAPI KAMU MALAH SELINGKUH! DIMANA HATI KAMU MAS?!”
“KEPUTUSAN AKU SUDAH BULAT KALAU KITA HARUS BERCERAI!! KAMU TIDAK BISA MENGUBAHNYA LAGI”
“STOOOOOPPPPPP!!!! MAMA SAMA PAPA APA APAAN SIH?! INI RUMAH BUKAN HUTAN KENAPA KALIAN TERIAK-TERIAK?! AI GAK HABIS PIKIR SAMA KALIAN HARUSNYA KALIAN ITU SELESAIN MASALAH DENGAN BAIK-BAIK BUKAN DENGAN CARA YANG KAYAK GINII!!!” Aileen berucap dengan teriakan yang tidak kalah keras dari kedua orang tuanya.
“Mama sama Papa gak malu apa tetangga denger suara teriakan kalian?” lanjut Aileen dengan nada lirih. Aileen terduduk di lantai dan terlihat sekali bahwa Aileen sekarang sedang menangis melihat pertengkaran kedua orang tuanya.
Yizreel yang tak tega melihat Aileen yang sedang menangis tersedu-sedu pun mendekati gadis itu dan membawanya kedalam pelukan Yizreel, “Sstt udah Leen jangan nangis.”
Aileen yang berada didalam pelukan Yizreel mulai memukuli dada bidang cowok itu, “Lo gak tau gimana rasanya jadi gue. Orang tua gue Reel hiks. Orang tua gue mau hiks cerai.”
Kedua orang tua Aileen terdiam melihat anak gadisnya menangis. Ada perasaan tidak tega di hati mereka, tapi apa boleh buat. Keputusan ini sudah diambil oleh Papa Aileen dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Ario a.k.a Papa Aileen perlahan pergi keluar rumah meninggalkan Istrinya, meninggalkan anak gadisnya dan meninggalkan kenangan yang sudah mereka bangun di dalam rumah itu.
Aku suka ceritanya. Lanjutan kan dong min
Comment on chapter Aileen 8