PROLOG
“Hidup itu hanya ada masalah, bukan ?" – Gevancia Rosiebell
"Ayah,” lirihku.
Duduk di lantai dingin, mencoba mengabaikan bau menyengat yang berasal dari botol-botol minuman keras yang telah kosong dan tergeletak begitu saja di atas meja. Menumpukan sebelah lengan di pinggiran sofa, aku melihat wajah lelah Ayah yang tertidur setelah menghabiskan minuman keras murahan yang entah didapatnya dari mana. Memperhatikan wajahnya yang dulu tampan perlahan berubah menjadi nampak lebih tua dari yang seharusnya akibat dari luka hati dan rasa kesepian yang dipendamnya selama beberapa tahun ini.
Aku merapikan anak rambutnya yang terjuntai dengan perasaan kebas. Napasnya tersenggal naik turun diiringi gumaman samar dari mulutnya. Semua kekacauan ini terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Aku ingin sekali membasuh kesedihan itu agar Ayah bisa kembali seperti superheroku yang dulu.
Tapi masalahnya, Ayah membenciku. Sama seperti Ayah yang membenci Ibu.
“Aku membencimu Gevancia Rosiebell!!” rancau Ayah tiba-tiba.
Aku duduk tegak karena kaget ketika mendengar kalimat itu. Tidak menyangka akan mendengar langsung kalimat kebenciannya. Air mataku perlahan turun membasahi wajah meski aku berusaha mati-matian untuk menahan suara tangisanku tetap di dalam. Membuat dadaku semakin bertambah sesak.
“Pergi kamu Gevancia!!! Aku membencimu!!!” katanya kemudian.
Aku sudah tidak tahan lagi mendengarnya. Kuselimuti tubuh Ayah dengan gerakan cepat lalu berdiri dan berbalik pergi menuju kamarku di lantai dua. Setelah menutupnya, aku meluruh jatuh dan terisak di sana. Kubenamkan wajahku pada lekukan lututku dan memeluknya erat seakan takut terjatuh.
Walaupun selama ini Ayah sudah tidak pernah lagi tersenyum untukku tapi aku tidak pernah menyangka akan mendengar sendiri ungkapan kebenciannya.
“Ayah,” lirihku seraya terisak ,”aku menyayangimu.”
Bagiku yang beranjak mendekati usia 17 tahun yang berusaha keras untuk tetap tegar menjalani keseharianku sendirian, aku hanya ingin sekali lagi merasakan kehidupan seperti dulu. Saat-saat masih ada aku, Ayah dan Ibu dalam satu frame kebahagiaan.
Masa SMAku akan segera di mulai. Aku berharap menemukan setidaknya seseorang yang melihat kehadiranku. Aku benci terus bergulat dengan perasaan tidak diinginkan. Aku ingin mencari warna pelangi di antara warna gelap di hidupku.
Malam ini, aku memutuskan tidur di lantai dingin kamarku seraya memandangi ribuan bintang berpendar indah di luar sana yang seakan balik memandangiku. Aku tersenyum, perlahan menutup mata diiringi dengan untaian harapan dalam doa yang aku lantunkan dalam hati.
Aku, Gevancia Rosiebell. Hanya ingin bisa kembali bahagia. Itu saja.
====