“Aram!” pekik Aretha sambil berlari dan melompat ke atas tempat tidurnya.
“Jangan bilang lo takut sama anjing?” tanya Aram sambil mengangkat seekor anjing kecil yang barusan menghampiri Aretha. Anjing tersebut sedang menggigit boneka berbentuk bola yang terjatuh saat Aram mengangkatnya, menyisakan ekspresi bingung anjing tersebut.
“Gue gak takut, gue cuman gak suka!” seru Aretha kesal.
“Gara-gara lo kita jadi telat!” ujar Rachel sambil menyikut pelan Alvaro yang berdiri di sebelahnya. “Lo ngapain berdiri di atas situ?” tanya Rachel saat melihat Aretha berdiri di atas tempat tidur.
“Happy birthday, beb. Kita gak lupa, tapi Aram ngerencanain kejutan ini yang gagal gara-gara Alvaro telat,” sahut Tris.
“Happy birthday! Jangan galak-galak, makin pendek, makin gendut, makin males ya,” seru Sharla sambil tertawa renyah.
“Happy birthday! Jaangan nonton terus, nanti mata lo tambah jelek,” ucap Rachel.
Raka, Rion dan Theo bergantian mengucapkan selamat ulang tahun pada Aretha yang membuat Aretha batal menjawab pertanyaan Rachel dan malah mengucapkan terima kasih.
“Ngapain lo di sini?” tanya Aretha melayangkan tatapan sinisnya Alvaro.
“Happy birthday!” seru Alvaro sambil melompat naik ke tempat tidur Aretha dan memiting kepala adiknya itu.
“Kenapa lo di sini? Terus siapa yang ngawasin adik tercinta lo yang abis ngiris-ngiris tangannya itu?” pekik Aretha sambil berusaha melepaskan diri. “Fyi, bukan cuman gue yang ulang tahun hari ini, Aletha juga,” tambah Aretha.
Alvaro melepaskan Aretha dan melompat turun dari tempat tidur adiknya. “Gue tau lo marah gara-gara gue nyuruh Aram buat bawa lo ke rumah sakit. Tapi coba mikir deh, kan aneh kalo misalnya gue nganter lo ke rumah sakit dan Aram yang ngawasin Aletha.”
“Betewe, hadiah dari gue, Sharla dan Tris, ada di leher anjing itu,” sela Rachel menengahi perdebatan antara Aretha dan Alvaro.
“Kalung yang lo mau,” seru Sharla heboh.
Aretha menatap anjing yang berada di tangan Aram. Di leher anjing itu ada kalung berbentuk kertas yang dilipat menjadi bentuk pesawat. Kalung itu terlihat kebesaran di leher anjing itu karena memang sebenarnya kalung itu untuk Aretha.
“Gue udah bilang ke Aram kalo ngasih lo anjing itu ide buruk,” sahut Alvaro.
“Kita juga udah bilang kalo lo gak suka anjing, gak suka bukan takut,” tambah Tris yang diangguki Rachel dan Sharla.
“Dia gak bakal ngegigit lo kalo lo takut dia bakal gigit.” Aram maju beberapa langkah membuat Aretha mundur beberapa langkah. “Kalo lo gak mau, biar gue yang pelihara,” tambah Aram.
“Sabar,” ucap Aretha saat Aram baru saja berbalik dan berniat membawa keluar anjing tersebut.
Aretha melompat turun dari tempat tidurnya dan berjalan mendekat ke Aram. Sementara keenam temannya ditambah kakaknya sudah membuat ruang tamu apartemen tersebut berantakan dan meninggalkan pintu kamar Aretha terbuka.
Aram menyerahkan anjing tersebut dan Aretha memejamkan matanya saat dia sudah mengangkat anjing tersebut dengan kedua tangannya.
“Buka mata lo,” perintah Aram yang langsung Aretha jalankan.
Aretha membuka matanya sedikit demi sedikit. Saat matanya terbuka sepenuhnya dia mendekatkan anjing tersebut ke wajahnya sambil menyipitkan matanya, menatap anjing tersebut lekat-lekat.
Aram tertawa saat melihat anjing tersebut menjilat hidung Aretha yang langsung membuat Aretha menjauhkannya dari wajahnya.
“Lo berniat ngasih anjing ini ke gue kan? Gue aja yang pelihara,” ucap Aretha yang membuat Aram tersenyum. “Dengan bantuan lo, pastinya. Gue gak pernah melihara anjing,” tambah Aretha lagi.
t h e b e t
“Aram nunggu lo di luar, lo mau ke mana?” tanya Alvaro saat masuk ke dalam kamar Aretha.
“Gue ada janji sama Rachel, Sharla, Tris, Aram dan temen-temennya,” jawab Aretha sambil berjalan ke arah Alvaro yang berdiri di ambang pintu.
“Lo tau hari ini satu keluarga besar ngadain acara buat ngerayain ulang tahun lo sama Aletha kan?” tanya Alvaro menatap Aretha yang sudah berdiri di depannya dengan sorot menyelidik.
“Gue tau, tapi gue udah janji sama yang lain.”
“Ada Rachel, gue ikut.”
“Nope! Adik lo yang satunya juga lagi ngerayain ulang tahunnya, sister before girlfriend?” larang Aretha membuat Alvaro mendengus.
“Grandma baru nyampe, dia lagi istirahat di kamar tamu. Lo gak mau ketemu dulu?” tanya Alvaro.
“Meet her later,” jawab Aretha.
“Beresin masalah lo sama Aletha.”
“Itu niat gue sekarang. Bilangin mama gue pergi dulu,” ujar Aretha sambil berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar kembarannya.
Aretha membuka pintu kamar kembarannya dan hal yang pertama kali dia lihat adalah kembarannya yang sedang duduk di meja belajar ditemani dengan buku-buku tebal. Aletha sempat menghentikan aktivitasnya dan melirik ke arah pintu kamar lalu kembali menatap buku tebalnya saat mendapati Aretha yang berada di dalam kamarnya dan sedang menutup pintu kamarnya.
“Gue mau minta maaf,” ucap Aretha membuat Aletha kembali menghentikan tangannya yang sedang menulis. “Gue gak tau lo juga menderita. But trust me, I’ve been through this. Self injuries? Ngiris-ngiris tangan? Gue pernah ngelakuin itu pas di London. Percaya sama gue, gak ada gunanya, lo cuman bikin bekas luka di tangan lo doang. Gue bisa berhenti, jadi harusnya lo juga bisa berhenti,” jelas Aretha sebelum berbalik, membuka pintu dan keluar dari kamar kembarannya.
Aretha berjalan keluar dari rumah dan mendapati Aram yang sedang menunggu di dalam mobilnya. Aretha berjalan mendekati mobil Aram dan masuk ke dalam membuat Aram yang sedang memainkan handphone-nya menoleh ke kiri dan mendapati Aretha yang sedang duduk di dsana.
“Hai,” sapa Aretha sambil tersenyum ceria.
“Hai,” balas Aram sambil terkekeh. “Lo masih inget kalo gue ganti permintaan kan?”
“Udah tau apa yang lo mau sebagai gantinya?” Aretha bertanya balik.
“I want you. Jadi pacar gue? Tanpa embel-embel taruhan, pastinya,” jawab Aram membuat Aretha terdiam.
Aretha tersenyum.
T A M A T
Aretha senyum doang, kira kira dijawab iya ato ngga? pikir aja sendiri ya!