Teruntuk kamu, yang entah ada dimana.
Masihkah kenangan itu tersimpan rapi dalam benakmu? Terkubur disela-sela serpihan rasa yang harus kalah sebelum kita sampai diujung perjuangan. Kini, rasa sakit hari itu terlewati. Sekarang aku telah bahagia, seperti inginmu di saat kamu memutuskan menyerah malam itu.
Teruntuk kamu, yang entah ada dimana.
Bersama tulisan ini, aku ingin menanyakan satu hal pada semesta. Jika bahagia tidak pernah menjadi milik kita, masihkah kita mempunyai kesempatan untuk kembali bersua? Meski sekadar bertukar kata sapa, atau menyampaikan rindu melalui tatap mata.
Teruntuk kamu yang entah ada dimana. Bisaka kita memutar jarum jam, sekadar untuk saling mengucap selamat tinggal sekali lagi?