Akhirnya aku dan Risma ikut Faishal dan temannya. Aku tak mengerti kalau sebenarnya Faishal ini ramah juga orangnya dan dia tidak canggung saat berbicara denganku ataupun Risma. Kami berjalan menyusuri jalan setapak khusus pejalan kaki. Dari Universitas Brawijaya menuju Matos memang cukup membuat kaki pegal. Namun kini aku menikmatinya. sekedar berbincang renyah dan guyonan receh menghiasi perjalanan kami. Sampai akhirnya sampailah kami di Matos.
"O iya sebenarnya kamu mau cari apa ke mall?" aku memulai pembicaraan.
"Hahaha aku tak tahu aku hanya ingin lihat-lihat saja." Faishal tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya.
Baiklah sangat cukup berhasil membuatku membisu dan tak mau mengucap kata apapun.
"Velo, kau kenapa tiba-tiba diam?" Faishal membuyarkan lamunanku.
"Ah tidak, o iya Risma katanya kau mau menunjukkan sesuatu kepadaku?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Ah.. iya ayo!!" Risma seolah paham dan langsung menarik tanganku. Kami berdua berjalan terlebih dahulu didepan sementara dua cowok itu berjalan dibelakang kami.
"Untung kau peka." bisikku lirih.
"Ya bukan Risma kalau tak peka denganmu Velo." Risma tersenyum sangat manis kepadaku.
Tiba-tiba perhatianku tersita pada sebuah boneka teddy bear yang besar dan sangat lucu itu.
"Risma kau lihat ini? aku sangat ingin memiliki yang seperti ini," aku mengambil satu dan memeluknya erat.
Tiba-tiba saja Faishal mendekat.
"Beruntung ya boneka itu." celetuknya.
"Beruntung kenapa?" Risma menjawab.
"Ya dia ada yang mengharapkan." Faishal hanya tersenyum kemudian pergi berlalu bersama temannya menuju toko elektronik.
Sementara aku dan Risma hanya saling berpandangan satu sama lainnya.
Kami menyul Faishal dan temannya. Namun Faishal terlihat sedang mengangkat telefon dan mukanya seketika berubah.
"Guys maaf aku harus balik ada urusan mendadak." Faishal berpamitan.
"Gue ikut lu balik!" temannya menyahut.
"Oke deh kita balik bareng." kataku.
"Gapapa?" Faishal meyakinkan.
"Gapapa kita berangkat bareng ya harus pulang bareng."
"Okelah ayo!" Akhirnya kita pulang bersama-sama.
Malampun tiba seperti biasa aku hanya menggabut didepan layar laptopku seperti biasanya. Tiba-tiba Ibuku berteriak-teriak memanggilku karena ada paket untukku. Aku mulai berpikir padahal aku sedang tidak membeli apapun bagaimana bisa ada paket dan tak ada pemberitahuan sebelumnya. Akupun menerima paket itu dari ibuku.
"Dari siapa Bu?"
"Ibu tak tahu tadi dia datang bersama Pak Pos."
"Owh baiklah terimakasih."
Akupun membawa buku itu kedalam kamarku dan membukanya. Ternyata isinya sebuah buku tanpa tanda pengirim dan tidak ada alamat yang sebenarnya. Pengirim rahasia.
Keren kak
Comment on chapter Aku Mencintaimu dalam Diam