Pria itu berjalan gontai , seharusnya ia tidak melakukan tindakan bodoh ini. Lagipula ia ingin sekali menemani gadis itu , kenapa malah bersikap seperti ini dan menjauh ? Pasti yang dirasakan gadis itu adalah perasaan bersalah. Terlihat sekali dari raut wajah dan nada bicaranya. Ia yang bodoh. Apa ia harus kembali lagi ? Mengatakan jika apa yang dikatakannya tadi tidak benar ? Apa gadis itu akan mau menerima permintaan maafnya ? Bagaimana sekarang ? Terlalu sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk , pria itu tanpa sengaja menabrak pejalan kaki yang berjalan berlawanan arah. Seorang wanita. Wanita itu jatuh hingga menimbulkan suara gedebuk yang cukup keras , cangkir kopi panasnya jatuh. Mengundang perhatian orang – orang yang melintas.
“ Ah , maafkan saya , apa kau tidak apa – apa ?” Ucap pria itu sambil menjulurkan tangannya , agar wanita itu bisa berdiri.
“ Terima kasih “ Ucap wanita itu , saat wanita itu sudah berdiri dengan benar sambil merapikan mantel merah tuanya.
“ Sekali lagi maafkan aku “ Ucap pria itu
“ Sudahlah , aku juga tidak memperhatikan jalanan dengan benar tadi. Aku Ellen. Siapa namamu ? “ Ucap wanita itu.
Ellen ? Kenapa namanya seperti tidak asing saat ia mendengarnya ? Apa mungkin ia mengenal wanita ini ? Tapi kenapa ia tidak bisa ingat apapun tentang wanita ini ?
“ Apa kau bisa mendengarku ? Hallo ? ” Ucap Ellen sambil mengibaskan tangannya diudara , dihadapan wajah pria itu.
“ Aku …. sepertinya mengenalmu “ Ucap pria itu
“ Benarkah ? “ Ucap Ellen. Pria itu mengangguk samar. Pikirannya masih menerawang.
Handphone Ellen bergetar , sepertinya seseorang menelpon. Ellen menjauh dengan memberikan isyarat ‘ tunggu sebentar ‘ pada pria itu. Pria itu lagi – lagi hanya mengangguk samar. Lima menit kemudian , Ellen kembali dan mengatakan jika ia harus segera pergi.
“ Kuharap kita bisa bertemu lagi. Kalau begitu , sampai nanti “ Ucap Ellen.
Pria itu mengangguk dan memperhatikan punggung Ellen hilang dibalik kelokan jalan. Aneh sekali. Pikirnya. Pria itu kembali melanjutkan perjalanannya dan hampir lupa atas apa yang ia pikirkan tadi. Ia harus menemui gadis itu. Pria itu membalikkan badannya dan berlari menuju ketempat dimana ia dan gadis itu bicara. Kosong. Tidak ada siapapun disana. Kemana gadis itu ? Apa mungkin gadis itu memutuskan untuk pulang ? Benar juga. Pria itu kembali membalikkan badannya dan berlari menuju apartemen gadis itu yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Pria itu mengatur nafasnya saat sudah sampai di depan pintu apartemen gadis itu. Ia harus memecet tombol bel ini. Tapi kenapa rasanya berat sekali ? Barusaja jarinya sampai ditombol bel dan bahkan belum sempat menekannya. Gadis itu tiba – tiba saja membuka pintu dan berdiri mematung melihat pria itu berada tepat dihadapannya.
“ Apa yang …. kau lakukan ?” Ucap gadis itu. Bertamu ? Tentu saja.
Segera pria itu menurunkan tangannya sebelum dilihat aneh oleh gadis dihadapannya.
“ Apa aku boleh masuk ? “ Ucap pria itu. Gadis itu mengangguk dan memberikan jalan kepada pria itu.
Pria itu masuk dan duduk disofa ruang tengah tanpa melepas mantelnya , membuat gadis itu berfikir jika mungkin saja pria ini hanya mampir sebentar untuk kemudian pulang. Apa karena kejadian tadi ? Bukankah pria ini bilang ia akan menjauh dari hidupnya ? Walaupun sempat kaget , ia lega jika memang benar begitu.
Mereka berdua diam. Gadis itu sibuk dengan novelnya beberapa menit yang lalu , dan pria itu sibuk dengan ponselnya. Satu jam berlalu dengan keheningan. Pria itu meletakkan ponsel tersebut kedalam sakunya dan menatap gadis dihadapannya.
“ Apa kau mau mengatakan sesuatu ?” Ucap gadis itu.
“ Aku hanya …. ingin minta maaf karena tindakanku tadi “ Ucap pria itu dengan menatap gadis dihadapannya. Tatapan pria itu membuat gadis itu otomatis mengalihkan pandangan. Gadis itu hanya diam. Menerka – nerka dalam hati , jawaban apa yang pas untuk hal ini.
“ Apa itu tujuanmu datang kesini ?” Ucap gadis itu.
“ Iya , dan aku akan pulang jika aku dapatkan jawabannya darimu. Kau tidak ingin aku disini kan ? “
“ Aku memaafkanmu “ Ucap gadis itu. Ia juga tidak tahu kenapa jawaban itu bisa langsung keluar. Walaupun ia tidak ingin mengatakannya. Pria itu berdiri dan bersiap – siap untuk pulang.
“ Tapi …. “ Langkah pria itu terhenti. Menunggu gadis itu melanjutkan perkataannya.
“ Apa hanya itu yang ingin kau katakan ? Tidak ada hal lain yang ingin kau beritahukan kepadaku ? ” Ucap gadis itu.
Deg! Pria itu menggeleng “ Tidak , hanya itu yang ingin kukatakan “ Ucap pria itu.
Bahu gadis itu lemas. Sampai kapan pria itu menyembunyikan perasaanya ? Bukankah sikapnya selama ini terlalu kentara ?
“ Tunggu … “ Ucap gadis itu. Lagi – lagi , langkah pria itu terhenti sebelum ia sempat memasang sepatunya.
Gadis itu memberikan sebuah gelang hitam ber inisial ‘A’ .
“ Ini untukmu , anggap saja sebagai hadiah pertemanan , aku juga punya gelang yang sama.” Ucap gadis itu sambil menunjukkan gelang yang sama persis terpasang ditangan kanannya. Pria itu menerima gelang tersebut. Seperti tidak asing saat menerima gelang tersebut , walaupun baru pertama kali ia menerima sesuatu yang seperti ini.
“ Jaga baik – baik “ Ucap gadis itu. Pria itu mengangguk dan tersenyum kepada gadis itu.
Gadis itu tersenyum melihat senyuman pria itu lagi. Seharusnya pria itu harus sering – sering tersenyum kepadanya. Lagipula ini pertama kalinya ia memberikan sebuah gelang kepada seorang pria. Untung saja ia tidak terlihat gugup saat memberikannya.
Gadis itu masih berdiri didepan pintu , walaupun pria itu sudah keluar. Tetapi gadis itu masih tidak beranjak. Berfikir dalam hati. Apa ia pernah sebaik ini ?