Beberapa hari paman berada di rumah , dengan hati yang di penuhi gejolak amarah pada Kakekku yang terus menerus menyindir kepulangannya yang tidak sesuai dengan yang dia janjikan .
" kamu masih sakit ? " tanya Kakek pada paman Wanto
" masih pak , masih mengigil " Kata paman ku Wanto
" makanya jangan so soan pengen merantau ke kota , kota itu hanya di peruntukan bagi mereka yang kuat mental dan fisik nya , lah kamu ini apa ? Mental tahu aja so nekat pergi ke kota ! Ya ini balasan nya masih muda udah sakit sakitan " kata Kakek membuat hati paman ku Wanto sakit
" Wanto berjuang mengadu nasib di kota buat Ema sama Bapak juga ! Wanto kerja pak disana , jadi apapun ! Demi siapa ? Demi bapak juga ema , supaya kalian tuh gak terus menerus jadi bahan gosipan tetangga ! " kata Paman ku dengan nada gemetar
" lalu apa yang sudah kamu berikan untuk itu semua ? Untuk membeli mulut mulut mereka yang mencaci kita ? Apa Wanto ? " kata Kakek dengan pacul di pundaknya
Pamanku saat itu hanya diam saja , air mata seketika berjatuhan seperti hujan yang membasahi kedua pipinya . Paman ku memang merasa apa yang dia lakukan belum dapat merubah keadaan keluarga kecilnya .
" sini kamu lihat " Kakek menarik tangan paman Wanto menuju luar rumah
Keduanya berdiri menghadap ke bagian depan rumah kayu yang sudah usang itu
" kamu lihat ? Rumah ini pasti akan rubuh ! Cepat atau lambat kita harus pindah dari rumah ini " kata Kakek
Rumah kayu yang di topang beberapa pilar kayu ini bentuknya sudah tidak lagi tegak , terpaan angin sudah membuat rumah ini miring ke kiri tepatnya di bagian kamar yang biasa di tempati paman ku Wanto dan juga adik nya yaitu Paman Wisno .
" bapak sudah menambah lagi beberapa kayu untuk menopang bagian yang miring supaya tidak jatuh , tidak roboh . Kayu kayu yang jadi penopang ini pun akan rubuh juga karena ini bukan kayu baru melainkan kayu lama yang sengaja bapak simpan , karena bapak tahu bapak tidak akan sanggup untuk memperbaiki rumah ini dan hanya sanggup untuk menopang rumah ini dengan kayu kayu yang bapak siapkan " kata Kakek
" maafkan Wanto pak ! Wanto tidak bisa seperti kakak kakak Wanto yang lain yang bisa sukses di kota ! " kata Paman ku Wanto
" bapak tidak mau kamu seperti kakak kakak mu ! Sekarang kamu lihat apa kakak kakak mu yang sukses itu pulang untuk menemui bapak ? Tidak Wanto ! Bapak keras pada mu itu supaya kamu berfikir untuk bisa hidup dan berdiri di kaki mu sendiri ! Kamu akan punya keluarga ! Punya istri punya anak , kalau sikap mu masih saja lemah seperti ini bagaimana kamu bisa menjaga mereka nanti ? " Kata Kakek
" maaf pak Wanto sudah berfikir bapak tidak suka Wanto ! Wanto janji pada bapak, wanto akan sukses dengan cara apapun ! " Kata Pamanku
" bapak tidak butuh janji janji mu To! Buktikan !! Beli semua mulut orang orang yang mencaci mu selama ini dengan ke suksesan mu ! " kata Kakek berlalu meninggalkan paman yang masih terpaku pada istana kayu nya yang sudah tidak tegak lagi itu .
1 minggu kemudian paman Wanto kembali ke kota untuk melanjutkan pekerjaannya demi kehidupan keluarga yang lebih baik . Bus yang ditumpangi paman Wanto melaju menyibak jalanan , suasana tahun 96 yang masih asri membuat paman Wanto tertidur pulas didalam bus . Tidurnya yang lelap sekitar 40 menit terhenti saat seseorang menyenggol bahunya .
" astagfirullah " Kata Paman Wanto terkejut
" aduh maaf mas saya tidak sengaja " Kata seseorang berpakaian rapi dengan tas slendang yang nampak gagah
" tidak apa apa mas , saya hanya terkejut saja " Kata Paman ku Wanto
Tiba tiba laju bus yang paman Wanto tumpangi terhenti pada sebuah jalan yang nampak sepi dari lalu lalang lalu lintas .
" kenapa pir ? " tanya seorang penumpang pada sopir yang nampak kebingungan
" bensinnya habis " kata sopir itu
" bagaimana sih pir , masa sampai tidak terkontrol begitu " sahut yang lain
" maklum pak , bu , mobil ini kan sudah tidak bagus lagi jadi sudah ada beberapa bagian mobil yang rusak " Kata Sopir itu
Semuanya diam , keheningan menyeruak ke sekeliling bus . Tidak ada yang bisa berbuat banyak , sopir menelpon kawan nya untuk segera membelikan bensin untuk bus yang dia kendarai .
" gimana pir ? Sudah ada ? " tanya laki laki yang menyenggol paman ku
" sekitar 3 jam lagi Pak " jawab sopir itu
" 3 jam lagi ? Lama sekali ?! " kata Paman ku
" ya mau bagaimana lagi mas ! Jalan ini kan di tengah tengah hutan ! " kata sopir itu
" mas ada keperluan yang mendesak ? " tanya laki laki yang menyenggol paman ku
" saya harus cepat cepat sampai di kota , supaya saya bisa langsung bekerja ! " kata Paman ku
" mas pekerja kantor kah ? Di kantor apa ? Kalau saya , saya bekerja di kantor berita lokal ! " tanya laki laki itu lagi
" bukan mas ! Saya hanya buruh panggul di pasar ! Ya maklum lah ijazah saya kan hanya SMP , keluarga saya kekurangan mas terlebih saudara saudara saya juga banyak ! " kata paman ku
" saya juga hanya lulusan SMP ! " kata dia
" oh ya ? Mas hebat ya lulusan SMP bisa bekerja di kantoran !" kata Paman ku
" kalo kita mau sukses harus nekat mas ! Segala resiko apapun harus berani kita ambil ! " kata Dia
" saya gak berani mas ! Karena saya harus bilang dulu tentang pekerjaan itu pada keluarga saya ! " kata Paman ku
" kalo mas berdiskusi dulu dengan keluarga , kesempatan untuk mas kaya mungkin bisa saja hilang keburu di ambil orang mas ! Kalo saya sih apapun saya hajar mas ! Dan uang nya semua saya berikan untuk orang tua saya di kampung , kalo kita setiap pulang bawa uang , keluarga keburu bangga dan gak ada wantu buat nanya yang macam macam tentang pekerjaan kita ! " Kata dia
Paman Wanto hanya diam dan berusaha mencerna setiap yang di katakan laki laki itu . Selama ini mungkin ke suksesan paman Wanto terhalang karena paman terlalu banyak berdiskusi tanpa berani meng iya kan setiap kesempatan yang datang padanya , begitu fikir paman ku saat itu . Paman Wanto seperti mulai tersadarkan akan apa yang menghalangi kesuksesan nya di kota .
" iya mas mungkin saya .... Mas ? Loh mas ? " paman ku kebingungan karena laki laki yang menjadi lawan bicaranya tiba tiba menghilang
" nyari siapa mas ? " tanya laki laki yang duduk di belakang kursi paman ku
" orang yang tadi disini ? Mas lihat ? " paman ku balik bertanya
" dia pergi naik mobil tadi , tuh mobilnya " laki laki itu menunjukan sebuah mobil merah yang melaju menuju arah kota
Paman ku hanya diam , rasa ingin lepas dari saran keluarga tiba tiba muncul di benak nya .
Tidak ada salah nya aku berani nekat demi uang , halal atau haram pun akan dijalani selama itu bisa membuat perut seluruh keluarganya kenyang .
Fikir paman ku saat itu .