“Dari tanggal ulang tahun aku. Jadi sekitar… tiga hari, ya? Kok rasanya lama banget, ya?” Potong Rangga. Jean menghela nafasnya. “Kalo gitu dua puluh tujuh hari lagi. Pas hari itu aku punya kejutan buat kamu.”
Jean mengaduk makanannya. “Itu masih lama, kak.”
“Pokoknya, setiap bulan ada kejutan buat kamu.” Jean menatap Rangga kosong.
“Ini kan hadiah ulang tahun buat aku.”
“Kenapa aku yang dapet kejutannya bukan kakak.” Jean menyuap makannya.
“Ah, tenang aja.”
>>>>><<<<<
Jean berlari menembus tirai hujan. Ia menggenggam erat tasnya agar tidak basah terkena hujan karena berisi buku-buku kuliahnya. Jean mempercepat larinya ketika ia melihat samar-samar sebuah halte bus yang berada beberapa meter di depannya.
Ketika Jean sampai di halte bus itu, ia segera memeriksa tubuhnya yang benar-benar basah kuyup oleh hujan lebat. Ia membuka tasnya untuk memastikan jika barang-barangnya tidak basah dan rusak.
Jean menghela nafasnya saat mengangkat salah satu bukunya yang basah pada bagian ujungnya.
Jean berlahan duduk dan menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. Ia menunggu hingga tubuhnya agak kering dan hujan mereda. Jean melipat tangannya dan menatap sekitarnya yang begitu sepi dari kendaraan yang biasanya berlalu lalang sibuk melewati kampusnya. Saat ia menatap ke arah kiri, terlihat sesosok pria juga sedang berlindung di bawah atap halte bus yang sama dengannya. Jean menegakkan punggungnya dan terus menatap pria itu.
“Permisi?” ujar Jean. Pria itu menatap ke arah Jean. “Ah, benerkan lo.”
Jean berpindah tempat duduk dan duduk agak dekat dengan pria itu. “Maaf tadi lo mau ngomong apa ke gue?”
Orang itu tersenyum kecil. “E… surat…”
“Gini aja deh. Gua kasih nomor gua ke lo. Jadi ngobrolnya lewat chat aja, oke?” potong Jean.
Orang itu tersenyum kecil sambil mengeluarkan ponselnya. Jean mengucapkan nomor ponselnya sambil mencoba melihat monitor ponsel pria itu agar ia tidak salah mengetikkan nomor.
“Oke. Lo coba deh,” Pria itu mengangguk kecil.
Ponsel Jean berdering dari dalam tas miliknya. Jean mengeluarkan ponselnya untuk memastikan jika pesan itu berasal dari pria itu.
‘Hai, Jean Andita.’
Jean melihat nomor pengirim pesan itu. dan benar nomor itu belum terdaftar dalam kontaknya. “Oke udah ada.”
Orang itu mengangguk. Jean memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas miliknya.
Diantara suara derasnya hujan terdengar samar-samar derungan sebuah mesin mobil yang menghampiri halte bus itu. Mereka menatap ke arah asal suara tersebut. Mobil hitam itu berhenti tepat di depan halte bus. Pria itu berdiri dari duduknya.
“Bokap?”
“Ibu,” Jawab orang itu.
“Oh, lo biasa ngomong ‘aku kamu’?” Jean menatap orang itu. Pria itu setengah mengangguk. “Oke, maaf. Bye,”
“Em… bareng?” Tawar pria itu.
“Gak usah. Nanti mobil kamu basah,” Tolak Jean. Pria itu menatap mobilnya dan tertawa kecil.
‘Ti…t…’ Suara klakson dari mobil pria itu.
“Bye,” Jean setengah melambai pada pria itu dan berdiri. Ia memeluk erat tas miliknya. Orang itu tersenyum dan berjalan menuju mobilnya.
Jean menatap tirai hujan yang belum reda-reda. Jean bersiap menembus hujan dan mengambil aba-aba.
“Jean,” Panggil orang itu saat Jean hendak masuk ke dalam hujan.
“Ada apa?” Orang itu menyodorkan sebuah jas hujan pada Jean.
“Pakailah,” Jean ragu-ragu mengambil jas
hujan itu. “Tidak apa-apa. Pakai saja.”
~
Oleh Luthfita