Jean memandang air hujan yang berjatuhan di luar kafe. Tangannya memegang dagunya. Ia melamun menunggu hujan segera reda. Hujan terus turun dengan lebat. Jalanan hanya di lewati satu-dua kendaraan yang nekad menembus derasnya hujan.
“Kayaknya hujan bakalan lama, nih. Kamu mau sesuatu, Jean? ”Ucap Rangga memecah keheningan.
Jean tersenyum kecil. "Biar aku aja yang mesen."
"Aku pengen, kak," Sahut Nisa semangat.
"Kalian kan udah ngabisin minuman kita."
"Yah, kak," Keluh Nisa. Jean beranjak memesan.
“Sabar ya, kak. Gak ditawarin sama Jean, ”Gina memandang Jean yang sedang memesan. Rangga juga menatap ke arah Jean. Ia kemudian menghampiri Jean.
"Kamu pesen apa?" Rangga berdiri di sebelah Jean.
"Kepo banget," Jawab Jean tanpa melihat Rangga. Rangga tersenyum kecil.
“Mbak aku pesen..,” Jean melirik lelaki yang sedang berdiri di sampingnya. Lelaki yang pernah ada dalam kisah masa lalunya dan sekarang kembali kepadanya lagi. Orang yang pernah membuatnya bahagia dan sangat kecewa pada saat itu.
“Ayo,” Ajak Rangga sambil berjalan lebih dulu. Jean mengangguk kecil dan mengikutinya di belakang.
“Ahem,” Nisa menggoda Jean. “Dor…dor dor…dor.”
“Lo kenapa, sih?” tanya Jean heran.
“Kak,” Nisa menatap kakaknya. Rangga hanya menatap poselnya dan menghiraukan ucapan Nisa.
“Hai, peka,” Gian mendorong pelan tubuh Jean.
“Apa?” Jean semakin tidak mengerti.
Rangga membenarkan jaketnya. Ia mengeluarkan sisa uangnya. “Mana duit kalian?”
Nisa mengeluarkan sejumlah uang, begitu juga dengan Gina. “Ini mah gak cukup. Mana uang kamu, Jean?”
“Pake uang kakak aja.” Tolak Jean.
“Uang aku tinggal buat ongkos pulang Jean.”
“Lo kan baru gajian. Pinjem dulu ngapa?” Jean menghela napasnya dan mengeluarkan uangnya. “Uh, duit lo banyak juga.”
“Janji, ya. Ganti!”
“Tenang ada kak Rangga yang baik hati ini,” Nisa menepuk bahu Rangga.
“Ah, lo mah suka gitu,” Rangga menurunkan tangan Nisa. Nisa tertawa kecil. Seorang pelayan kafe datang menghampiri mereka dan meletakkan pesan.
>>>>><<<<<
Gina memain-mainkan makanannya. Jean melirik temannya itu. Ia menelan makanannya. Jean menginjak pelan kaki Gina. Gina menatap Jean. Jean berisarat pada Gina untuk memakan makanannya. Gina mengangguk kecil.
“Eh, Jean. Besok aku jemput ya pagi-pagi…” Ucap Rangga.
Gina menghela nafasnya. Ia menyendok makanannya dengan malas.
“Gina, Gina!” Nisa menggoyang-goyangkan tangan Gina. “Liat, ah… ganteng, ya?” Nisa memperlihatkan foto di poselnya kepada Gina.
“Hah? Mau muntah gue ngeliatnya,” Jawab Gina dingin.
“Gue tahu si Gina lagi mikirin siapa,” Ujar Jean sambil menyendok makanannya. Gina menyandarkan punggungnya dan meletakkan sendok makannya. “Mantan?”
“Kayaknya gue gak tahan duduk sama kalian lama-lama di sini.” Gina mengambil tasnya.
“Karena makanannya tinggal sedikit?” Jean menatap makanan Gina yang tersisa sedikit lagi. Gina berdiri dan pergi meninggalkan mereka.
Jean segera meletakkan sendok makannya dan menyusul Gina yang sudah pergi keluar dari kafe.
Nisa menatap kedua temannya lalu melihat sekitarnya. Ia menggeser sedikit kursinya mendekati Rangga.
“Kak ada apa sih sama Jean? Main rahasia-rahasiaan segala,” Bisik Nisa pada Rangga.
“Biasa perasaan,” Jawab Rangga sambil mengunyah makanan dimulutnya.
“Dianya gak peka, ya?”
“Kita punya masalah masa lalu. Udah deh jangan mancing-mancing gue kayak gitu, ”Rangga menyuap makanan.
“Hehehe ketauan. Tapi, kayaknya kakak seneng banget, ”Nisa menyendok makanannya.
"Ya, iyalah. Gue sudah sepakat sama Jean yang bener-bener bikin gue seneng. ”Rangga menghadap pada Nisa.
~
Oleh Luthfita