“Gue suka sama lo.”
Seketika perempuan itu terdiam. Genggaman tangan yang awalnya erat seketika menjadi terlepas. Suasana yang awalnya nyaman, seketika menjadi canggung. Dia bingung mau menjawab bagaimana. Bingung harus bertingkah seperti apa. Karena hal tersebut terlihat secara jelas dari gestur dan mimik dari si pemeran.
“Maaf. Tapi gue ngga suka sama lo,” jawab si perempuan seketika.
“Lah bodo banget tuh cewek. Cowok sekelas Zayn Malik ditolak dia. Ya ampun ya ampun,” teriak Nadin dari kamarnya.
Seketika terdengar suara ketukan dengan keras dari pintu kamar Nadin. Nadin memang terkadang begitu kalau menonton. Padahal hanya sekedar film, tapi dia bisa seheboh itu.
“Nadin kamu kenapa?” tanya Bu Endah -Mamanya Nadin-.
“Itu mah, Zayn Malik ditolak sama Selena,” jawab Nadin.
“Siapa itu Zayn Malik? Terus Selena itu siapa? Anaknya Pak Asep yang jualan batagor di depan komplek ya?”
“Astaghfirullah Mama. Itu mah Lena. Bukan Selena. Selena itu artis mama. Yang lagunya sering aku nyanyiin di dapur.”
“Ya mama manatau. Kan itu bukan urusan mama.”
Padahal tadi si mama yang nanya. Terus waktu udah dijawab sama Nadin tapi mama ngga mau tau. Begitulah mama. Seperti terdapat dalam pasal perundang-undangan, yaitu :
1. Mama ngga pernah salah.
2. Kalo mama salah kembali ke pasal 1.
Contohnya seperti saat ini. Jadi Nadin lah yang salah. Mengapa dia teriak-teriak tidak jelas dari dalam kamarnya.
“Iya, iya deh mama yang selalu benar,” ucap Nadin sambil kembali tiduran lagi.
“Ih dasar anak gadis malas ya kamu. Libur gini taunya nonton aja. Cepet itu ke ruang tamu. Ada Fauzan datang tuh,” ucap Bu Endah sambil meninggalkan kamar Nadin.
“Lah ngapain Ma?” teriak Nadin.
Memang salah satu hobinya Nadin itu adalah teriak. Berasa tinggal di hutan, padahal tinggalnya di komplek perumahan. Untung saja tidak pernah ada yang gusur Nadin dari sana.
“Lah mana mama tau.”
*****
“Lo udah lama Jan?” tanya Nadin sambil berjalan ke arah sofa.
“Udah bekarat gue nungguin lo. Tidur mulu sih lo,” jawab Fauzan.
“Yah lagian lo mau datang bukannya ngabarin dulu. Kan gue ngga tau.”
“Mau ngapain lo pagi pagi kesini? Tumben, biasanya jam segini udah kerumah Kara.”
Fauzan hanya diam. Biasanya kalau udah masang mode seperti ini artinya Fauzan lagi lapar atau lagi ada masalah.
‘Bau baunya ada yang lagi galau nih’ batin Nadin.
“Gue lagi galau Din,” ucap Fauzan sambil merengek.
‘Kan betul kata gue.’
“Kenapa? Kara lagi? Kalau sekarang masalahnya apa lagi?” tanya Nadin.
Fauzan kembali terdiam. Kalau seperti ini berarti memang lagi ada masalah besar yang terjadi antara hubungan mereka. Nadin kadang suka kesal lihat tingkah Fauzan. Kalau lagi ada masalah aja, baru Fauzan baik ke Nadin. Menjadi tumbuhan putri malu ketika disentuh. Tapi kalau sudah sembuh, Fauzan akan menjahili Nadin kembali.
“Mau gue traktir?” ucap Nadin.
“Iya mau Din. Bakso Mang Dim yang didepan Pemkot ya,” jawab Fauzan.
Begitu memang Fauzan. Segalau-galaunya dia pasti kalau udah masalah makanan tidak akan pernah nolak.
“Giliran makanan aja lo langsung semangat. Heran gue. Seharusnya yang traktir itu lo bukan gue. Kan ini gue yang mau dengerin curhatan lo”
“Sekali sekali Din. Ga boleh pelit sama mantan sendiri.”
Yap benar. Nadin dan Fauzan memang dulu pernah pacaran. Tepatnya satu tahun yang lalu. Sebelum adanya masalah itu. Ternyata kata pepatah kalau mantan bisa jadi teman itu memang benar ada. Buktinya ini Nadin dan Fauzan bisa berteman, kan?
*****
semangat terus ya thorr
Comment on chapter Nadine 5.