Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Escape
MENU
About Us  

Part 11. Such Sweet Nothing

 

"Nih, tadi ada paket buat kamu." Kata Ayah. Kubuka amplop besar berwarna cokelat. Tertulis dari Flix media. Sudah tidak enak rasa-rasanya. Kulihat satu bendel naskah novelku, tidak kurang, tidak lebih. Bersama satu carik surat berukuran A4, yang diketik Times New Roman 12, berisikan :

 

Dear Mbak Aluna,

Terima kasih telah mengirimkan naskah novelnya kepada kami. Setelah membaca naskah Anda, maaf kami masih belum bisa menerbitkan karya Anda.

Tetap bersemangat menulis, ya.

Kami tunggu karya anda berikutnya.

 

FLIX MEDIA.

 

Oh God! Beberapa detik ku diam. Berpikir, apa yang salah ya. Oiya, aku belum cerita ya. Sudah hampir tiga bulan aku stay di Jakarta. Hari-hari di sini rasanya berlalu lebih cepat ketimbang di Bali. Setelah di dua hari pertama waktu itu aku mendatangi dua penerbit. Di hari-hari berikutnya kegiatanku pun sama. Ada kali sekitar belasan penerbit mayor yang sudah kudatangi. Belum lagi yang lewat email. Dan sekarang, sudah ada empat penolakan.

***

 

"Paket dari siapa tadi, Lun?" Tanya Ayah saat kebetulan sedang makan malam berbarengan di ruang   TV.

"Oh, itu dari penerbit." Jawabku datar. Roman-romannya nggak enak nih.

"Novel kamu sudah mau terbit?" Tuh kan sudah kuduga, pasti dia akan berpikir seperti itu.

"Nggak. Malah ditolak." Siapkan mental diceramahin.

"Oh." Kan, udah mulai nih, gelagatnya. Omongannya gantung.

Satu... dua... tiga... "Ayah bilang juga apa, mending kamu ngelamar kerja kantoran lagi saja lah. Duitnya pasti." Aku mending diam aja deh kalau udah begini.

"Coba sekarang Ayah tanya, sekarang uang kamu berapa lagi?"

Duh, ini kalimat tanya ya. Harus dijawab, ya. "Yaa, masih cukup, kok."

"Ayah tau, kamu masih sedih sama Nino, kan?

Aku diam lagi saja lah.

"Kamu harus move on, Lun. Cari kerja sana yang pasti, dipakai ijazahnya. Terus belajar lagi buat bersyukur. Menerima pasangan kamu apa adanya."

 

WHAT! So is that what he really thinking about me and Nino? Gila! gue kurang nerima kekurangan Nino apa coba? tidur di sofa berkali-kali demi nungguin dia pulang. Menelan bulat-bulat tanpa protes setiap dia jalan dengan kliennya. Fuck! Nino yang salah! Nino yang ngajak pisah! Nino yang menyerah duluan dengan hubungan kita. Should I tell him what's going on! Oh, kalau aku cerita juga, pasti Ayah akan tetap membela Nino, menantu kesayangannya. Mantan menantu kesayangan.

Aku terus-terusan diam.

Laki-laki paruh baya itu menengok ke arahku. Menyaksikan wajahku yang-kusut-ditekuk-manyun. "Hah! terserah kamu sajalah." Lanjutnya.

Kutaruh piring di wastafel, langsung kulangkahkan kakiku menuju kamar. Membuka laptop, menelaah lagi naskahku. Penasaran, apa sih yang kurang. Padahal empat penerbit itu termasuk beberapa penerbit yang sudah sering kubaca novel terbitannya. Rasanya, karyaku sudah pas dengan kriterianya.

Beberapa Tab kubuka. Satu browser, satu Ms. Word, satu kotak email, satu lagi sosial mediaku. Kucari lagi penerbit mana yang kira-kira bisa kukirimkan naskahku. Sembari mengetik beberapa editan pada naskahku di Ms. Word. Mengecek kembali kalimat perkalimat penolakan dari penerbit via email. Dan sesekali membuka timeline facebook, dan instagram. Banyak, yak! Haha... cewek kan, memang multi-tasking. All Done! Akhirnya mataku terasa berat sekali di jam yang hampir pukul dua belas malam.

 

"Lun, ke GI yuk hari ini?" Jam delapan pagi aku terbangun gara-gara telepon dari Gina.

"Buset! masih jam delapan ngajak ke Mall?"

"Ya nanti, jam sepuluhan."

"Jemput, ya?"

"Iye! Bener ye kata Si Nino. Manja lo!"

"Duh, Nino itu siapa ya?"

"HAHAHAA... Au ah! Be ready at 10 ya!"

"He'em."

 

Jam dua belas siang lewat kita berdua makan di sebuah restoran asia. "Ical kemana?" Tanyaku.

"Lagi dines ke Singapore." Aku mengunyah Tahu Lima Rasa-sesuai dengan yang tertulis di menu tadi. Tahu sutra yang digoreng lembut dengan taburan bubuk-apalah itu. Pokoknya enak.

"Gimana nulis lo?" Gantian Gina yang nanya.

"Malah ditolak-tolakin, Gin. Gue juga nggak tahu salah di mana." Gina cuma manggut-manggut aja. "Sabar aja ya... Nanti juga penulis akan menemukan pembacanya sendiri kok."

"Thank's." Jawabku tersenyum simpul. "Eh, lo beneran single ini sekarang?"

UHUK!!

Pertanyaan Gina kok bikin aku kaget ya. "Iya lah! Mau ama siapa emang?"

"Owh... come on Luna, you used to be a player, aren’t you?" Si Gina bisa biasa aja nggak mata ngeledeknya.

"Shut up!" jawabku.

"HAHAHAHA... Gue tau nih! cepetan cerita! Bullshit kalau nggak ada satu nama cowok pun!" Malah diterusin lagi kan ama si Gina.

"Engak ada, Gina! Semenjak ama Nino, gue kan udah nggak pernah kenal yang gitu-gituan lagi. Gue cinta banget ama Nino waktu itu. He used to be my number one.”

 

Restoran Asia ini kebetulan bersebelahan dengan sebuah coffee shop. Atau apalah itu sebutannya. Salah satu produk Amerika, yang harga satu kopinya limapuluh-ribuan-something. Pengunjung di sana itu lebih enak dilihat ketimbang di Restoran Asia ini. Mataku belanja pada cowok-cowok di sana. Ada yang pakai polo shirt hitam lagi gendong bayi perempuan mungil. Owh, istrinya pasti beruntung sekali ya, itu.

 

"Ya tapi kan lo udah hampir setaun sendiri lagi. Siapa? Beneran nggak ada nih?" Gina masih kepo.

Aku melirik Gina. Bilang nggak ya, bilang nggak ya... "Mmh, ada sih, kenal waktu di Bali kemaren."

"Really?" Muka Gina antusias banget. "Bule gi-tu..." Lanjutku.

"Tai! nggak ada, nggak ada, dapetnya malah Bule!"

"HAHAHAA... Nggak sengaja itu juga, Gin.”

"Terus-terus?" Mataku sambil lanjut belanja di warung kopi sebelah tadi. Ada pria yang sendirian dengan laptopnya. Ada dua wanita, salah satunya menjepit rokok di jemari kirinya.

"Charlie, namanya Charlie Hoffman. Australian. Bakery Man."

"Roti??"

"Eh salah. Pastry. Dia buka toko pastry gitu di Bali." Mataku yang belanja tehenti di seorang wanita.

"Terus-terus?" Aku nggak tahu, cerita Charlie bagian mana yang ingin dia dengar.

"Yaaa... gi-tu deh. Eh Gin, itu cewek temen kampus kita bukan sih? Kayaknya gue kenal deh."

"Ha? Yang mana? Eh, terus lo ngapain aja ama si Charlie?"

"Itu yang pakai kemeja ngatung warna putih."

"Ah! ngeles lo! Nggak pernah gue lihat cewek itu di kampus, kok."

"Masa sih? Kok gue kayak pernh lihat ya?"

"Uddeeeh... bukan siapa-siapa, ah! Did you sleep with that Bule?

Aku melirik ke Gina lagi. Bilang nggak ya... bilang nggak ya... Aku lalu cengar-cengir.

"Anjrit!" Seiring umpatan Gina. Otaku berhasil menemukan identitas si perempuan berkemeja ngatung itu.

"ANJING!"

"Itu cewek yang dipeluk Nino di bandara, Gin!" Lanjutku.

 

Muka Gina bingung. Nengok bolak-balik, ke aku-ke cewek itu, ke aku-ke cewek itu lagi. Sedangkan aku, memfokuskan mata ke wanita yang-tai banget perutnya, rata, putih. Terus berasa slow motion, aku melihat laki-laki berkemeja putih juga-tapi nggak ngatung, mendatangi si wanita yang lagi duduk itu, sambil membawa dua cup minuman. Nino sekarang pakai jambang-bewok-apalah itu. Haduuh... antara lemes lihat si Nino yang makin ganteng macem David Beckham, sekaligus cemburu gila lihat itu cewek senyam senyum sok manis ke Nino. "Gue mau labrak!" Aku menggulung lengan kardiganku.

"EEH! LUNA, LUN! JANGAN." Gina menahan tanganku.

"Lo nggak tahu sih, Gin, Nino maki-maki gue kayak apa karena Charlie."

"HAH! MAKI-MAKI-APAAN-LAGI-SIH?" Gina makin bingung.

Aku bolak balik gantian liat Gina-liat Nino, liat Gina-liat Nino. Ah bodo amat! Enak aja dia nuduh-nuduh aku selingkuh. Dia sendiri sekarang lagi apa. Aku melangkah lebar ke arah meja mereka. Gina terdengar bergumam panik di belakangku. Sampai di meja mereka, cukup dua detik aku membuka tutup cup minuman itu, selintas kulihat muka Nino kaget banget.

 

BYUR! Kopi latte itu membasahi kemeja putih Nino.

 

"ENAK AJE LO BILANG GUE YANG SELINGKUH! Ternyata lo juga jalan ama nih cewek!" Mataku melirik bengis ke cewek itu. Muka cewek itu, sok innocent banget lagi.

"LUNA! APAAN SIH!" Bentak Nino berdiri dari duduknya.

"DENGER YA BRENGSEK! Gue nggak tahu lo udah jalan berapa lama ama dia. Tapi gue nggak buta! Gue lihat lo dijemput di bandara. Kalau lo sendiri buaya, nggak usah ngata-ngatain orang buaya juga!"

"LUNA, UDAH! Kita balik ya...." Seketika kudengar suara Gina sambil tangannya menarik lenganku. Tanpa sempat mendengar jawaban makian dari Nino. Aku sudah menuruti Gina beranjak beberapa langkah dari meja mereka. Sayup-sayup kudengar suara si cewek, "Sayang, kamu nggak apa-apa? Baju kamu..." Bla bla bla, "Tai!" umpatku sekali lagi. Yaiyalah, fucking client! Pake panggil sayang-sayang segala

 

Di mobil Gina.

Nafasku masih naik turun. Air mata masih lembab di pipiku. "Lo tuh berdua sumpah deh, aneh!" Kata Gina. Roman-romannya dia mau menceramahiku gara-gara aksi seronokku tadi.

"Lo berdua tuh udah cerai! Yaa berapa kali pun sidangnya, itu kan cuma proses administrasi aja. Tapi lo berdua udah hampir setaun sepakat berpisah, kan?"

Aku diam. Merenungi ceramah Gina. "Dua orang yang udah sama-sama sepakat pisah, kok masih saling cemburu membabi buta gitu sih? What happen to both of you?"

"Iya juga ya..." Jawabku lirih.

"Make all this such a sweet nothing ya, Gin..." Aku memeluk Gina dibalik kemudinya.

***

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Please stay in my tomorrows.
397      287     2     
Short Story
Apabila saya membeberkan semua tentang saya sebagai cerita pengantar tidur, apakah kamu masih ada di sini keesokan paginya?
When You're Here
2341      1055     3     
Romance
Mose cinta Allona. Allona cinta Gamaliel yang kini menjadi kekasih Vanya. Ini kisah tentang Allona yang hanya bisa mengagumi dan berharap Gamaliel menyadari kehadirannya. Hingga suatu saat, Allona diberi kesempatan untuk kenal Gamaliel lebih lama dan saat itu juga Gamaliel memintanya untuk menjadi kekasihnya, walau statusnya baru saja putus dari Vanya. Apa yang membuat Gamaliel tiba-tiba mengin...
You Are The Reason
2250      921     8     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...
Dear You
15551      2677     14     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
Nirhana : A Nirrathmure Princess
15800      2354     7     
Fantasy
Depresi selama lebih dari dua belas tahun. Hidup dalam kegelapan, dan berlindung di balik bayangan. Ia hanya memiliki satu harapan, yang terus menguatkan dirinya untuk berdiri dan menghadapi semua masalahnya. Ketika cahaya itu datang. Saat ketika pelangi akhirnya muncul setelah hujan dan awan gelap selama hidupnya, hal yang tak terduga muncul di kehidupannya. Fakta bahwa dirinya, bukanlah m...
Silver Dream
8920      2117     4     
Romance
Mimpi. Salah satu tujuan utama dalam hidup. Pencapaian terbesar dalam hidup. Kebahagiaan tiada tara apabila mimpi tercapai. Namun mimpi tak dapat tergapai dengan mudah. Awal dari mimpi adalah harapan. Harapan mendorong perbuatan. Dan suksesnya perbuatan membutuhkan dukungan. Tapi apa jadinya jika keluarga kita tak mendukung mimpi kita? Jooliet Maharani mengalaminya. Keluarga kecil gadis...
NYUNGSEP
5021      1596     6     
Romance
Sejatinya cinta adalah ketulusan. Jika ketika hati telah 'nyungsep', terjatuh pada seseorang, apa yang boleh buat? Hanya bisa dengan tulus menjalaninya, ikhlas. Membiarkan perasaan itu di hati walaupun amat menyakitkan. Tak perlu jauh mengelak, tak perlu ditikam dengan keras, percuma, karena cinta sejati tidak akan pernah padam, tak akan pernah hilang.
Me vs Idol
403      300     1     
Romance
Ignis Fatuus
2044      774     1     
Fantasy
Keenan and Lucille are different, at least from every other people within a million hectare. The kind of difference that, even though the opposite of each other, makes them inseparable... Or that's what Keenan thought, until middle school is over and all of the sudden, came Greyson--Lucille's umpteenth prince charming (from the same bloodline, to boot!). All of the sudden, Lucille is no longer t...
G E V A N C I A
1114      615     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...