“Sudah lama tidak bertemu.”
Seorang perempuan berjalan melewati koridor rumah sakit setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, dan empat kata tersebut masih melekat, terngiang-ngiang di kepalanya. Kedua pasangan menyedihkan ini di pertemukan kembali setelah lima tahun lamanya terpisahkan oleh waktu. Mereka bertemu kembali tepatnya di sebuah kafe di dekat sekolah lama mereka, keduanya terlihat canggung satu sama lain dan salah satu dari mereka pun memulai pembicaraan. Setelah menghabiskan beberapa kata, sang perempuan sekarang menuju kamar dimana seorang laki-laki terbaring lemah menunggu waktu menyadarkan dirinya dari koma yang panjang.
“Halo Al, kamu baik-baik aja kan? Aku tadi pergi beli sarapan dulu baru ke kamu.” Perempuan itu bergerak mendekap laki-laki yang menguburkan rasa bersalahnya, kesalahan yang tertanggung oleh pria tidak bersalah yang mencintainya apa adanya. Pria itu menyelamatkannya dari kecelakaan, namanya Alden.
“kamu udah dateng anna, tante kira kamu ga dateng hari ini, biasanya kamu dateng lebih pagi” suara seorang perempuan paruh baya menyusul setelah suara pintu kamar rumah sakit terbuka.
“iya tante, tadi sarapan sebentar, laper tiba-tiba.” Mereka berpelukan singkat dan Perempuan yang bernama Vianna yang di panggil anna itu tersenyum simpul menjawab calon mertuanya. Ya, ia akan menikah dengan Alden. Laki-laki yang terbaring koma di depannya itu akan menikah dengannya, tanpa lamaran. Ibu Alden tidak sengaja membaca buku harian Alden di laci meja pria itu. Di sana tertulis
25 September 2016,
Aku akan melamar vianna, aku mencintainya. Dengan melihat senyumnya setiap hari, aku merasa hidup. Dengan mendengarkan suaranya yang lembut, aku dapat bernafas. Aku membutuhkannya, aku harus hidup bersamanya. Aku akan bahagia jika aku hidup dengannya begitu juga sebaliknya. Tetapi, apa yang harus kulakukan dengan Hansen ? laki-laki sombong yang ingin menghancurkan hidup anna?
*Tidak, Hansen menghancurkan hidup kita berdua ann, dia yang merencanakan kecelakaan itu.* kalimat itu tidak berguna karena di sebutkan oleh seorang yang terbaring lemah dan hanya berujung terbang ke langit-langit kamar yang sudah kosong.