Bulan Juni sampai Agustus negeri Jepang terasa hangat tentunya karena bertepatan dengan musim panas.Waktu itu aku masih berumur 6 tahun.Orang orang disana biasanya memanggilku Rhe-chan.Tapi karena mereka susah mengucapkan kata yang ber huruf r,huruf r terdengar seperti L jadilah namaku Le-chan.Ayahku seorang profesor astronomi yang sedang mendapatkan pekerjaan diJepang,Ia sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan angkasa, namaku pun adalah hasil adaptasi dari nama salah satu satelit planet Saturnus.Rhea.
"Rhe?"Aku ingat kapan terakhir kali ia memanggilku dengan sebutan itu.
Shizuoka,Juni 2006.
"Rhea bawakan ini ke ayahmu yaa"
"loh buu Rhea masih ingin main dengan Mai"
Ibu muda itu mensejajarkan posisinya dengan Rhea.
"nanti kamu boleh main lagi.kasian kan ayah, di atap kedinginan"
"ini kan musim panas bu,udaranya hangat"
Ia mengacak pelan puncak kepala Rhea,
"Hemm anak pintar,Ibu kalah!"
"oke buu,aku akan mengantarnya"
Ia meletakkan bungkusan makanan dan minuman hangat di tangan Rhea.
"Hati-hati jangan lari,tangganya banyak"
Rhea kesal,ia segera menaiki tangga dengan cepat menuju ayahnya yang berada di rooftop apartemen,kemudian dia ingin bermain lagi dengan Mai.
"Otoosan!"
"Rhe!ada apa?"
Rhea menyodorkan bungkusan itu kepada ayahnya.
"Ibu menyuruhku memberikan ini"
Wajah Rhea tampak kesal dengan bibir yang mengerucut.
Ayahnya tertawa melihat kelakuan Rhea.
"Terimakasihhh"Ucapnya sambil membuat tanda 'love'dengan ibujari dan telunjuknya.
"Ayah!kenapa suka di atap?bukannya sepi,gelap,dingin?"
Ayahnya bedeham,
"Rhea,mendekatlah kemari!" Ayahnya menepuk nepuk kursi plastik yang berada di sampingnya.
"Lihat!"
Ayahnya mengarahkan ujung teleskop bintang kedekat mata Rhea.Nampak disana bintang yang sangat indah dan terang.
"Wahh! Sugoi!*hebat"
"Inilah yang membuat ayah senang berlama lama diatap"
"Wah terang yah!itu namanya bintang apa?"
"Sirius,itu yang paling terang Rhe,"
Rhea mengangguk ringan,ia sangat senang bisa melihat bintang.
"Nah Rhe,kamu harus jadi seperti Sirius yang selalu bersinar terang untuk siapapun"
Rhea menatap dalam wajah ayahnya.
"Mungkin sekarang kamu tidak mengerti perkataan ayah Rhe,tapi suatu saat nanti kamu pasti tau.Jadi ingat baik-baik ya"Ayahnya mengacak rambut Rhea pelan.
"Oh,bukankah masih ingin bemain dengan Mai?kembalilah,lalu sampaikan salam ayah pada ibu ya!"
"Baik ayah!"
Rhea bergegas, menuruni tangga.Kali ini dengan perasaan yang riang gembira.
"Jdukk!"
"Baik-baik saja adik kecil?"tanya seorang pria paruh baya,rupanya Rhea menabraknya ketika menuruni tangga.
Rhea mendongak menatapnya,Laki-laki itu memang memiliki postur tubuh yang tinggi.Rhea seperti anak ayam yang kapanpun siap diinjak olehnya.
"Gomenasai!*maaf"
"Li yoo*tidak apa,tadi kamu mengucapkan maaf padaku.Itu artinya kamu paham perkataanku sebelumnya?"
"Iya paman,aku bisa bahasa Indonesia"
"Sudah kuduga"ucapnya dengan senyum tipis.
"Paman mau ke atas?"
Laki-laki itu tersentak.
"Bagaimana kau tau?"
"Tidak usah kaget paman,aku hanya menebaknya.Otoosan* juga ada diatas sana mungkin paman bisa berkenalan dengannya"
"Oh tentu saja,aku akan berkenalan dengan nya di atas sana"
Esoknya,suara sirene polisi bersahutan dengan ambulance.Komplek apartemen di daerah Shizuoka menjadi riuh dan dipadati orang orang.
Rhea baru saja membuka matanya.Ibunya menangis tersedu disebelah Rhea.
"Ada apa bu?kenapa ibu menangis?"
"Ayahmu meninggal Rhe"
makasih kritik dan sarannya.Memang saya masih fokus dengan ceritanya,tanda baca belum saya perbaiki memang.Editingnya terakhir hehe.Jadi mohon maklum,kadang juga typo tanda baca krn udh keasyikan nulis.
Comment on chapter Aidan eugene