Pada kenyataannya, yang bersikap tenang, menyimpan lebih banyak beban dari yang orang lain pikirkan.
-Breakeven????
"Lo udah masuk?"
"Belum."
"Tapi lo sekolah sekarang." Raut wajah Galaksi berubah kebingungan.
"Kalo tau ya gausah nanya, oon."
Dion yang di sebelah Letta sedang melepas helmnya spontan tertawa. "Pagi-pagi udah kena semprot ya lo."
Galaksi memilih tak acuh. "Yuk, pacar aku. Aku anterin ke kelas," ujar Galaksi, saat menyadari atensi siswa-siswi lain yang sekarang ada di parkiran sudah teralih pada mereka bertiga.
Letta yang sebenarnya tak menggubris, langsung melangkahkan kakinya yang kemudian diiringi Galaksi di sebelahnya. Dion hanya menatap malas, lalu menyusul setelah selesai dengan motornya.
Saat melewati koridor kelas, yang dulu semua cewek akan memadati Galaksi, sekarang berubah dengan menatap nyalang ke arah Letta seakan hendak membunuhnya. Maka, balasan Letta adalah dengan memasang wajah angkuhnya, menaikkan sudut bibirnya, membuat Galaksi tersenyum simpul di sela.
Bisa di katakan, bahwa hari ini adalah tepat awal minggu kedua Letta menjadi pacar pura-pura Galaksi. Sebenarnya, jika di amati, tak terlalu banyak perubahan dari sebelumnya, cewek-cewek yang menyukai Galaksi terkadang masih mengerumuni Galaksi, meneriakkan namanya, dan sebagainya, walaupun tak seheboh sebelumnya, namun entah kenapa itu terasa cukup bagi Galaksi.
Ah, seperti sekarang, yang biasanya pagi-pagi saat Galaksi datang cowok itu sudah di kerumuni sampai sulit bergerak, dengan adanya Letta di sampingnya semua cewek di sana akhirnya memilih menyingkir.
"Belajar yang bener pacar aku," ujar Galaksi setelah mereka sampai di ambang pintu kelas Letta.
Tiba-tiba Letta mendekatkan wajahnya ke telinga Galaksi, membuat cowok itu mengerutkan alisnya. "Gausah lebay lo. Jijik," bisiknya.
Entah mungkin karena sudah terbiasa, demi mendengar umpatan itu, Galaksi hanya tersenyum tipis, megusak puncak kepala Letta.
"Sana masuk," suruh Galaksi.
"Aku anter kamu ke kelas," jawab Letta, yang langsung di hadiahi raut muka heran oleh Galaksi.
Tanpa menunggu jawaban dari Galaksi, Letta tiba-tiba langsung merangkul lengan cowok itu, yang masih di iringi dengan tatapan-tatapan tak suka dari siswi-siswi yang ada di sana.
"Oke, aku udah sampai. Gapapa kamu balik ke kelas sendirian?" tanya Galaksi.
"Nope," jawab Letta pendek, dengan tangannya yang tiba-tiba terulur menyodorkan kantong plastik yang memang sedari tadi dibawanya.
"Buat gue?"
Letta menangguk.
Ow shit!
"Lo orang pertama yang bilang masakan gue enak," ujar Letta.
Galaksi refleks menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Oke, ini pertanda buruk. Kemarin saat cowok itu memakan masakan Letta, ia berusaha mati-matian memakan makanan yang rasanya sangat aneh itu, sulit di deskripsikan tepatnya.
Galaksi juga awalnya tak mengerti kenapa ia lebih memilih memakan makanannya. Ah, anggap saja itu adalah salah satu dari sifat menghargai yang di miliki Galaksi.
Tapi kemarin Galaksi memakannya dengan cepat?Hell! Bagi Galaksi, dua hal yang membuatnya begitu cepat menghabiskan makanannya; satu, makanannya terlalu pedas, dua, makanannya sangat-sangat tidak enak dan berharap makanan itu segera lenyap jika dia menelannya dengan cepat.
Dan makanan Letta, termasuk dalam kategori kedua.Shit!
"Oh, oke." Galaksi menerima uluran kantong plastik itu dengan enggan.
"Jangan lupa, iniservicetambahan."
Like, WHAT?!
Galaksi mengeluarkan napasnya kuat sekali. "Letta, ini beneran kayak aku yang di jadiin pihak yang di rugikan." Galaksi berusaha menahan volume suaranya.
"Aku sayang kamu!" ucap Letta dengan suara cukup keras, mengusap kepala Galaksi, setelahnya dengan santainya cewek itu berbalik menuju kelasnya.
Galaksi mendelik.
Poin 4
Segala kerugian yang dialami pihak pertama adalah tanggung jawab pihak kedua. Dan segala kerugian yang dialami pihak kedua, pihak pertama tidak perlu bertanggung jawab.
Maka, Galaksi sebagai pihak pertama telah di rugikan, karena telah beberapa kali di peras oleh pihak kedua, Zetheera Sekaletta.
~ telah berubah secara tak sadar ~
...
"Zetheera."
Panggilan itu lantas membuat Letta menoleh, dan mendapati Nada yang baru masuk ke kamar mandi.
"Hm?" Letta hanya menyahut dengan dehaman, seolah tak peduli dengan Nada yangnotabenenya adalah mantan pacarbackstreetGalaksi. Setelahnya ia kembali sibuk mengganti baju seragamnya dengan pakaian olahraga.
"Lo, pacar pura-pura Galaksi," ucapnya yang menekankan sebuah pernyataan, bukan pertanyaannya.
Letta menoleh. "Iya," jawabnya santai, masih tak peduli dan kembali sibuk dengan baju olahraganya.
Nada mendengus, merasasedikitkesal dengan tanggapan Letta yang seolah biasa saja. "Lo bakal abis kalo misal orang-orang pada tau."
"Yaudah, kasih tau."
Sialan. maki Nada dalam hati.
"Gue jadi bener-bener merasa lo pake pelet."
"Kan emang udah gue kasih tau kemaren peletnya. Pelet kasturi kembang kanthil cap wak doyok. Gue ingetin kalo lo lupa."
Mendengar kalimat yang terlalu sangat santai juga tak acuh dari mulut Letta, membuat Nada sedikitnya tersulut emosi.
"Kita bikin kesepakatan," ujar Nada, menyelipkan geraman pada suaranya.
Diam. Letta memilih tak menanggapi dan kini sudah sibuk melipat seragamnya.
"Lo jauhin Dion, gue ga ngasih tau rahasia lo yang jadi pacar pura-pura Galaksi ke anak-anak," lanjut Nada.
"Kalo gitu gue nanya Dion dulu, boleh nggak gue ngejauhin dia, kalo nggak, ya nggak," jawab Letta datar, yang kini sudah selesai melipat bajunya.
Ia hendak melangkah keluar kamar mandi, namun tangan Nada menahannya.
"Apalagi?" Letta mendengus. "Gue udah di tinggal anak-anak ini," tambahnya, menatap malas pada cengkraman tangan Nada di lengannya.
"Ya, atau tidak."
Letta memejamkan matanya. "Gue jauhin Dion."
Nada tersenyum lebar merasa menang.
...
"Kal, minum?" Dion menyodorkan isotonik dingin pada Letta.
"Yon"
"Dion Kala, Di dan On. Di-on."
"Dion Mahendra," ulang Letta, memanggil nama lengkap Dion, membuat cowok itu memberhentikan langkahnya.
"Kenapa?" tanya Dion dengan alis hampir bertaut.
"Jangan baik lagi ke gue."
"OhAPA?!"
"Jauhin gue. Nanti drama gue sama Galaksi ga berjalan mulus kalo misal lo masih ngintilin gue kayak gini."
Alis Dion makin bertaut, tak setuju. Sepersekian detik kemudian Dion tersenyum miring. "HellLetta. Gaada yang namanya gue jauhin lo. Sekarang ganti baju lo. Kita pelajaran Pak Gondrong abis ini." Dion menarik telapak tangan Letta, meletakkan isotonik yang belum sempat di terima Letta tadi, setelahnya ia melanjutkan langkahnya meninggalkan Letta.
Namun Letta menahan pergelangan tangan Dion, membuat cowok itu kembali berbalik menghadapnya.
"Untuk besok dan seterusnya, gue pulang pergi bareng Galaksi, dan gue duduk sendirian aja."
Tanpa menunggu jawaban, Letta melangkah pergi.
...
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme