Yang seperti dia, mungkin hanya ada satu di antara seribu.
- Breakeven
Entah apa yang ada di otak ganteng Galaksi ketika ia mengiyakan begitu saja ajakan Letta untuk menjadi pacar pura-puranya. Kalau di ingat-ingat, Galaksi sudah serasa seperti cowok famous yang frustasi karena kegantengannya. Alah eek.
Kejadian itu berawal saat Letta tak sengaja ke atap sekolah yang memang hampir tak pernah di sambangi anak-anak sekolahnya. Ngapain juga ke sana, paling orang yang punya niat buat bunuh diri yekan pergi ke atap gitu. Haha.
Tapi, niatnya Letta bukan mau bunuh diri, dia pengen lagi nyari udara segar aja, dan tak sengaja hazelnya mendapati cogan sekolahnya, si Galaksi, lagi ngerokok dengan posisi membelakangi dia.
Etapi, kalo posisi di belakangin gitu, kenapa Letta bisa tau itu adalah Galaksi, si cogan ganteng-ganteng seksi? Hadeh! Yaiyalah tau, cogan mah mau di liat dari segala sisi juga pasti bakalan keliatan ganteng kali ah. Hehe.
Letta mempertipis jaraknya dengan Galaksi, dan tiba-tiba langsung ngambil bungkus rokok yang tergeletak di sampingnya, membuat cowok itu tentu saja refleks terkejut.
Masa guru BK patroli sampe atap?
Namun, yang di dapatinya hanya seorang cewek berwajah pas-pasan dan bertubuh triplek. Uluh, langsung nilai muka sama body aja si Galaksi, padahal baru ketemu, bangsat emang. Haha.
"Ngapain lo?" tanya Galaksi, mengernyit.
Cewek itu tak menjawab, dan langsung mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya lalu memantik apinya dengan korek yang juga milik Galaksi. Itu taunya semakin menimbulkan keterkejutan dan delikan lebar di mata cowok itu.
"Minta sebatang," ujar Letta tanpa dosa.
"Anjir! Lo ngerokok?!" tanya Galaksi tak percaya.
"Menurut lo?"
Galaksi menggelengkan kepalanya cepat, lantas memfokuskan kembali kedua matanya pada Letta. "Lo beneran cewek, kan?"
Letta mendengus, melepas sebentar kuluman rokok di belah bibirnya dan menatap Galaksi malas. "Dari kecantikan gue ini, udah jelas kali kalo gue cewek." Ujaran Letta lantas membuat wajah Galaksi mengerut, tak setuju sama sekali.
Beberapa detik setelahnya, tiba-tiba tangan Galaksi terulur untuk mengambil rokok di tangan Letta, yang menimbulkan refleks kekagetan di wajah cewek itu. Lantas setelahnya, Galaksi membuang rokok Letta begitu saja.
"Sialan lo!" maki Letta kesal.
"Cewek ga baik ngerokok."
"Halah, omongan lo basi."
"Bukan makanan kali ah, bisa basi." Galaksi terkekeh, dan dengan cepat tangannya menyambar bungkus rokoknya saat Letta hendak mengambilnya lagi. Letta berdecak kesal, tiba-tiba langsung menempeleng kepala Galaksi cukup keras.
"Masya Allah!"
"Rasain!"
"Gila lo, berani-beraninya mukul cogan kayak gue."
"Cogan pantat lo!" Letta mendengus.
Ya Tuhan, abang Galaksi sabar.
Galaksi langsung merapalkan kalimat itu di hatinya, takut ia kelepasan buat mukul balik Letta, karena Letta adalah cewek. Kalau cowok juga dari awal bakal Galaksi lempar dari atap.
Mereka akhirnya terdiam. Galaksi juga terlihat tidak mau membuka percakapan. Karena niat awalnya pergi ke atap adalah memang untuk merenungi nasib cinta dramatisnya yang tak lama kemarin baru kandas di tengah jalan karena alasan "Kamu terlalu baik buat aku Gal."
Halah, sekali-sekali kek alasannya tuh "Aku pengen mendekatkan diri pada Tuhan Gal", kan adem juga dengernya. Jadi sekalian Galaksi bisa bantu ngedo'ain buat cepat mati biar bener-bener deket sama Tuhan.
Abang Galaksi benar kan manteman?
"Gue ga pernah liat lo. Lo dari kelas mana?" tanya Galaksi, membuka percakapan.
"IPS."
"Oh, sesuai sama tingkah lo," ujar Galaksi, setelahnya mengembuskan nikmat asap rokoknya.
Letta diam, tak menjawab, kini sibuk dengan kegiatannya menggores lantai cor berlumut yang di didukukinya.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Galaksi lagi.
"Mau jaga lilin," jawab Letta datar, yang langsung menimbulkan raut kaget di wajah Galaksi.
"Anjir. Lo mau ngepet? Kalo mau ngepet juga, jaga lilinnya malem kali."
"Kebetulan babinya udah ada pas siang gini."
Galaksi lantas mengernyit. "Maksud lo?"
"Babinya elo."
Sialan.
"Sarkas banget ya kata-kata lo, nembus ampe jantung."
"Gue bantu doa biar jantung lo berhenti." Letta menyahut santai. Galaksi langsung menarik napas kasar, menghisap lagi rokoknya, sudah bisa menerka Letta cewek yang seperti apa.
"Lo cowok famous itu, kan? Galaksi Abimanyu?" Kini berganti Letta yang bertanya, namun tak mengalihkan atensinya dari lantai cor yang di goresnya dengan menggunakan kerikil kecil.
"Wah, gue seterkenal itu rupanya." Galaksi menaikkan kedua alisnya, merasa tersanjung.
"Kalo mau gue akuin, muka lo biasa aja. Kaga ada bagus-bagusnya."
Ya-ya. Galaksi tak mau ambil pusing. Ia akhirnya hanya berdeham pelan.
"Lo pasti risih juga kan ya lama-lama di kerumunin, di teriakin, di tumpuk sama cokelat." Letta lagi-lagi berujar.
Galaksi menoleh. "Sangat. Cuma gue milih calm aja. Sayang image, sebagai siswa terdabeska. Mwehehe..."
"Bacot."
Galaksi mengusap dadanya pelan, menahan diri agar tidak benar-benar melempar cewek mengesalkan di sampingnya ini dari atap sekolahnya sekarang juga.
Mereka berdua kembali diam, sibuk pada pikiran masing-masing, sampai Letta tiba—tiba mengangkat kepalanya, mengalihkan atensinya pada Galaksi, lantas cowok itu balas memandang.
"Kalo gitu, gue ada cara biar lo ga di kerumunin lagi."
Galaksi mengerutkan alis, menampilkan raut muka bertanya.
"Gue jadi pacar pura-pura lo."
Kali ini Galaksi benar-benar terkejut, terbukti dari bola matanya yang terlihat hampir keluar. Baru saja putus cinta, kini ada cewek yang menawarkan diri untuk jadi pacarnya, pura-pura lagi. Ah, Galaksi tiba-tiba merasa hidupnya memang di takdirkan penuh dengan kepura-puraan. Eaaa...
"Jangan bilang lo fans fanatik gue?" Galaksi menyelidik.
"Jangan lebay," ucap Letta datar. Galaksi langsung menetralkan wajahnya lagi. Kalau mau di pikirkan juga, gelagat Letta memang terlihat bukan seperti salah satu dari fans Galaksi. Tapi, siapa tahu itu tipu muslihat ni cewek biar dapet perhatian Galaksi kan?
"Terus?"
"Gue jadi pacar pura-pura lo buat bikin seluruh fans lo kicep dan ga gangguin lo lagi."
"Kicep?" tanya Galaksi tak mengerti. "Lo ngicepin mereka pakek apa emang?"
"Pake muka sangar." Ucapan Letta spontan mengundang tawa keras dari Galaksi, namun hanya bertahan beberapa detik ketika Letta berkata dengan nada kesal.
"Liur lo muncrat goblok."
Galaksi spontan diam, menghentikan tawanya.
"Lanjutin. Terus gimana?" Galaksi menjatuhkan atensinya pada Letta yang kini kembali sibuk pada goresan di lantai cor yang berlumut.
"Tentu gue harus dapet imbalan."
"Maksud lo?"
"Gue bantu lo biar ga di deketin lagi sama fans gila lo, dengan imbalan satu bungkus rokok merek Joged dan temenin gue ke toko buku setiap hari Minggu."
Galaksi spontan semakin mengerutkan wajahnya. Cewek di sampingnya ini benar-benar.
"Rokok Joged kata lo?"
"Iya."
Sepersekian detik setelahnya, Galaksi refleks tertawa keras yang langsung di hadiahi pukulan sangat keras di kepalanya oleh Letta untuk kedua kalinya. Ini bahkan belum dalam kurun waktu sampai satu jam mereka bertemu.
"Lo kalo ketawa di kontrol bangsat! Liur lo kemana-mana!"
Astaghfirullahaladzim... Kerja lembur bagai quda. Wkwk
Galaksi kembali diam, sambil mengusap bagian kepalanya yang sudah dua kali dipukul. "Rokok Joged udah jarang sekarang. Susah nyarinya."
"Nanti gue kasih tau warung yang masih jualan tu rokok."
Galaksi menarik napasnya pelan, atensinya malah teralih pada pohon kelapa yang cukup tinggi hingga mampu menyamai gedung sekolahnya yang berlantai tiga.
"Mau ga lo?" tanya Letta.
"Dan hari Minggu gue nemenin lo ke toko buku?" Galaksi memastikan.
"Iya."
Sekali lagi Galaksi berpikir dan tentunya menciptakan juga sedikit rasa penasaran, bagaimana rasanya berpura-pura pacaran, apalagi dengan cewek modelan Letta. Dan yah, setidaknya Galaksi bisa terhindar dari rasa risih dan kesal untuk sementara waktu bukan?
"Oke. Boljug," ucap Galaksi mengalihkan pandangannya pada Letta.
"Cowok kok alay." Letta berdecih.
Galaksi tersenyum masam.
"Jadi gimana seterusnya?"
"Lo bikin perjanjian."
"Perjanjian?"
"Kayak surat perjanjian gitu. Lo tulis apa aja sesuatunya yang bakalan di lakuin selama kita pura-pura pacaran. Jangan lupa tulis imbalan apa yang gue dapet. Terus yang paling penting materai 6000. Biar kalo lo ngelanggar isinya, bisa gue bawa ke pengadilan."
Ajaib sekali cewek ini kaka.
Galaksi akhirnya memilih menganggukkan kepalanya. Ia tertarik jujur saja. "Ntar malem gue buat, besok gue bawa."
"Oh iya, tentu ada revisi dari gue. Jadi abis gue revisi dan kita diskusiin, baru kita sepakatin."
Galaksi lagi mengangguk. "Oke. Besok kita ketemu di sini lagi. Di jam yang sama."
Dan itulah, awal mula lahirnya "SURAT PERJANJIAN PURA-PURA PACARAN ANTARA GALAKSI ABIMANYU DAN ZETHEERA SEKALETTA".
...
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme