Jangan lupa vote dan comment.
Happy reading yu'all...
...
Alasannya adalah, kau membuatku menjadi seseorang yang sadar, bahwa jatuh cinta itu tak butuh alasan.
- Breakeven
Pandangan mereka beradu. "Zetheera, ayo kita benar-benar pacaran sekarang."
___
"Lo sakit," jawab Letta, setelah hampir satu menit keterdiamannya hanya menatap obsidian hitam Galaksi juga sebaliknya.
Galaksi berdecak. "Kalo gitu, gue ulangi." Galaksi menjeda kalimatnya, untuk menumpukan kedua telapak tangannya di bahu Letta, membuat cewek itu sedikit tersentak pelan, "kuy pacaran serius. Sangat serius," lanjut Galaksi.
Sekali lagi, pernyataan ini cukup membuat dentuman keras di dada Letta. Masalahnya, adakah orang yang mampu menahan pesona Galaksi? Dan sekarang cowok di depannya mengungkapkan perasaan padanya.
Hey! Letta hanya perempuan biasa yang juga memiliki perasaan seperti kebanyakan perempuan lainnya. Galaksi? Hell yah! Ia merupakan tangkapan yang bagus tentu saja. Oh, hanya saja Letta merupakan perempuan dengan jutaan partikel gengsi memenuhi seluruh urat nadinya - anggap saja.
Senyum miring tiba-tiba memenuhi sudut bibir Letta. "Harusnya kemarin gue minta imbalan, buat siapa yang duluan ngelakuin pembatalan perjanjiannya. So, gue bisa minta apa aja ke lo yang duluan mutus perjanjiannya." Letta berpangku tangan, menunjukkan wajah sok materialistisnya - gengsi untuk menerima tentu saja.
Galaksi lantas ikut tersenyum miring. "Semua yang lo mau, dan lo jadi pacar gue."
Galaksi tiba-tiba maju satu langkah, membuat ujung kaki mereka yang terbalut sandal rumah bertemu. Kedipan mata Letta menjadi jawaban. Jika di tanya apakah Letta kesusahan mengatur detak jantungnya? Jawabannya tentu iya, sangat iya bahkan. Wajah tegas Galaksi benar-benar, ah sudahlah.
"Gue cuma minta sekali," ucap Galaksi dengan suara yang di buat berat, dan lagi deru napas cowok itu terasa di wajah Letta, jarak mereka sangat dekat kini.
Niat mengangkat tangan untuk menggampar cowok itu sebelumnya tiba-tiba lenyap entah ke mana. Seharusnya ia bisa menjadi cewek arogan seperti biasanya kan? Seharusnya Letta dengan mudah bisa menempeleng bolak-balik kepala Galaksi seperti biasanya kan? Dan seharusnya Letta juga bisa dengan mudah untuk menyumpah-serapahi cowok di depannya ini kan? Well, he actually makes Letta being sculpture, karena cewek itu benar-benar tak bergerak sama-sekali, selain menatap bola mata hitam Galaksi yang juga menatap padanya.
"Dan gue akan dengan sangat senang hati menolak berkali-kali," tutur Letta pada sekian detik setelahnya, membuat Galaksi langsung melipat belah bibirnya ke dalam. Desah napas kecewa refleks terlontar di sana.
"Ok. I will never to try it again. Haha..." Galaksi tiba-tiba berucap dengan tawa hambar setelahnya.
"Gue balik," ucap Letta setelah mendapatkan kembali gerak tubuhnya yang tadi sempat mati rasa saat berhadapan dengan Galaksi dengan jarak yang hanya terpaut beberapa senti.
Grep!
Langkah Letta tertahan saat Galaksi menahan pergelangan tangannya, membuat cewek itu kembali menoleh dengan raut muka tak minat.
"Kenapa lagi?" tanya Letta malas.
Galaksi beralih merogoh sakunya, mengeluarkan sesuatu dari sana, yang ternyata lilin berangka tujuh belas juga korek api.
"Selamat ulang tahun, Zetheera," ujar Galaksi dengan senyum tipisnya, menatap Letta saat mengucapkannya, kemudian beralih memantik korek apinya untuk menyalakan lilin itu.
Kini Letta telah berbalik sepenuhnya, menatap dengan tatapan kosong pada Galaksi yang kini mengulurkan lilin tanpa kue di tangannya.
Berhenti bikin gue kaget, Galaksi...
Galaksi tersenyum. "Gue gamau nyanyi karena gue sadar, suara gue jelek. Dan maaf, ga ada kuenya, cuma ada lilinnya doang. Soalnya gue ga tahan liat selai stroberi di kue yang gue beli buat lo kemarin. Jadi gue makan duluan, dan ga sadar kuenya tiba-tiba aja abis." Galaksi nyengir.
Then, why is he so cute...
Letta hanya terdiam sebagai jawaban. Bermain dengan pikirannya sendiri juga jantungnya yang terus-menerus berdentum keras.
Tidak! Berapa kali pun dirinya berdebar akan Galaksi, ia hanya menganggap itu refleks alami karena terlalu terkejut bukan? Ya, anggap saja Letta terkejut dengan semua kelakuan Galaksi untuknya - yang sebenarnya terlihat sangat manis. Oh, Letta mengakuinya.
"Happy sweet seventeen. Sehat selalu, cantik selalu, makin di sayang emak bapak, makin di sayang aku juga." Galaksi nyengir lagi, "semoga kita berteman selalu buat ke depan. It means, ayo temenan aja." Galaksi berucap hambar, namun menyempatkan untuk menyelipkan tawa di dalamnya.
"Thanks," ucap Letta pada akhirnya, membuat senyum lebar terbetik di bibir Galaksi.
"Sekarang tiup lilinnya. Ini udah netes-netes ke tangan gue dari tadi. Panas," ujar Galaksi, mengulurkan lilin berwarna merah itu yang memang sudah menetes adanya di tangan Galaksi. Lantas Letta maju selangkah, sedikit mengulas senyum kecil yang sangat tidak kentara jika kau tidak berusaha untuk memperhatikannya, tapi Galaksi tentu saja tahu akan itu. Senyum Letta menjadi favoritnya omong-omong - dari sejak dulu - dengan alasan karena cewek itu jarang tersenyum.
Setelah meniup lilin itu, Letta kembali menegakkan tubuhnya, menatap Galaksi. "Gue mau nanya," ujar Letta.
"Nanya aja, ga bayar kok."
"Lo masih inget kan, saat lo bilang dengan sok hebatnya kalo lo ga bakal jatuh cinta duluan sama cewek kayak gue?"
Galaksi menggaruk tengkuknya. Well, dia memang terlalu percaya diri waktu itu. "Karena emang waktu itu lo bener-bener bukan cewek yang menarik."
"Jadi sekarang gue menarik?"
"Lo cantik," tutur Galaksi cepat, membuat Letta lantas mengernyitkan dahinya. "Gue akuin, lo cukup cantik waktu itu, tapi gue belum cinta sama lo. Gatau kalo sore."
"Goblok, lo kira Dilan?!" Letta mendengus. Bisa-bisanya Galaksi bercanda yang tidak lucu di saat ia berusaha serius.
"Udah! Gue balik!" Letta berseru ketus, membalik tubuhnya untuk benar-benar pergi. Tapi, belum ada ia melangkah, kedua kalinya Galaksi menahan pergelangan tangannya.
"Gue ada hadiah buat lo. Bentar dulu," ucap Galaksi, lalu melepaskan pegangannya pada pergelangan tangan Letta, kemudian melangkah ke sisi tempat tidurnya, mengambil sesuatu di sana, sebuah kotak yang membuat Letta langsung menghela napasnya.
Susu Bear Brand sekotak besar kini ada di genggaman tangan cowok itu.
Galaksi langsung melangkah mendekati Letta lagi dengan senyuman yang kembali terbetik di bibirnya. "Karena kita temenan, gue mau bikin project 'Ayo buat Letta berhenti merokok'. Jadi gue ngado ini. Hehe..." Galaksi nyengir, yang sepertinya memang sudah menjadi kebiasaannya kini.
"Ga perlu bikin gue terkesan, gue ga bakal nerima lo."
Oh, Letta kembali mengeluarkan sifat gengsi dan jual mahalnya.
"Tapi sayangnya gue lagi ga berusaha bikin lo terkesan sih. Cuma pengen aja liat lo berhenti ngerokok. Pede amat."
Jleb!
"Nih ambil." Galaksi menyodorkan sekardus susu itu pada Letta.
"Anterin ke rumah, gue gamau bawa berat-berat," tolak Letta.
Galaksi mendengus. "Bilang aja kalo lo pengen gue mampir ke rumah lo."
Grep!
Mendengar itu, Letta langsung cepat merebut kotak susu tersebut dari tangan Galaksi, tapi Galaksi malah menahannya yang langsung membuat Letta mengumpat kesal.
"Mau ngasih ga sih?!" bentak cewek itu.
"Alasan gue suka lo..." ujar Galaksi, kembali pada topik sebelumnya, membuat Letta menghentikan umpatannya.
"Ga punya alasan sih. Kan katanya jatuh cinta ga butuh alasan. Eaa..."
Bugh!
Brak!
"Anjir Letta! Ini kotak susu nimpa kaki gue sial!"
"Rasain, goblok!"
Tanpa Letta tahu, Galaksi sebenarnya menaruh harapan besar, Letta menerima dirinya.
Juga dengan alasan, akan sangat bagus jika Letta menerima dirinya bertepatan dengan hari ulang tahun cewek itu, karena Galaksi tak perlu repot-repot membuang uang dua kali, untuk merayakan anniversary, juga ulang tahun Letta. Haha.
...
Njir, gue nulisnya lawak banget wkwk
Bener kata orang, model tulisan tuh ngikutin mood orang yang nulis, dan sekarang gue emg lagi suka lawak receh. Wkwk...
Hope you like yaa...
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme