BAB XXVI
Sudut pandang Hanif:
Tidak, tidak akan pernah. Mimpi buruk itu tidak akan jadi kenyataan. Aku tidak akan masuk penjara dan membusuk disana selama bertahun-tahun. Pengadilan telah berlangsung dan aku ditanyakan tidak bersalah, tetapi aku sudah terlanjur dikeluarkan dari universitas?lagipula aku juga tidak ingin kuliah lagi disini.
Tersisa 6 bulan sebelum seleksi penerimaan mahasiswa baru. Aku mencoba mendaftar di universitas yang sama dengan orangtuaku, masih dengan jurusan yang sama yaitu fisika. Aku menghabiskan hari-hariku dengan latihan soal. Soal-soal itu masih bisa kuselesaikan dengan mudah. Bukannya ingin sombong, boleh dikatakan bahwa aku ini orang yang jenius?diatas rata-rata teman sebayaku.
Hari ujian akhirnya tiba. Aku harus pergi ke universitas lamaku karena disanalah ruang tesnya. Tidak semua soal kukerjakan?hanya tiga perempat dari total soal?tetapi aku sangat yakin bahwa semua jawaban ku benar diatas 80 persen.
Aku keluar dari ruangan dan pergi ke toilet sebentar. Saat keluar dari toilet aku bertemu dengan Wanda. Wanda bersama dengan seorang laki-laki. Aku memang tidak terlalu terkejut dengan apa yang barusan kulihat.
“Hai.” sapaku tenang.
Wanda kelihatan sedikit terkejut. “Hanif, apa kabar?”
“Baik. bagaimana dengan..”
Percakapanku dipotong begitu saja oleh pria yang berdiri di sebelah Wanda.
“Aku Gading. cowok barunya Wanda.” katanya seolah-olah wanda adalah barang miliknya.
“Aku pergi dulu ya?” kata Wanda. Sepertinya ia tidak ingin memperpanjang masalah.
Aku melihat mereka berdua pergi. Aneh bahwa perasaanku tidak merasakan apa-apa. Mungkin karena sudah banyak yang terjadi padaku. Tuhan telah menggariskan jalan hidupku seperti ini. Aku percaya bahwa kita harus belajar mengikhlaskan sesuatu, karena itu akan membuat kita lega. Kita malah tidak akan merasa kehilangan karena melepas sesuatu, tetapi kita akan merasa bahagia karena pernah punya kenangan dengannya.
“Hanif! bagaimana ujianmu!?” teriak Clara dari jauh.
Roda akan selalu berputar.
Sungai yang mengalir ke laut tidak akan pernah kering.
Sesuatu yang pergi akan kembali, entah dalam wujud yang sama atau berbeda.
“Baik!.” jawabku.
Aku telah menemukan kembali kehidupanku.
*END*
"Aku tidak pernah menghisap apapun selain udara"
Comment on chapter BAB IIOke, mungkin kalimat itu bakal nempel dikepalaku sampai besok :))