BAB XV
Aku menghadiri pemakaman. Sulit dipercaya bahwa Angga pergi begitu cepat. Kehidupan memang selucu itu, belum lama ini Angga tidur bersama wanita diatas ranjang dan sekarang ia terbaring sendirian di bawah tanah untuk selamanya. Angga sudah menemukan jalan keluarnya sendiri?yaitu kematian. Walaupun itu memang jalan yang ia pilih, namun aku masih dihantui rasa bersalah karena aku tidak bisa mencarikan jalan yang lebih baik untuknya. Orang-orang mengatakan bahwa kita tidak boleh berbicara tentang keburukan orang lain ketika di sudah tiada. Aku bukan orang munafik, selama hidupnya Angga selalu bermain-main dengan para wanita, mabuk-mabukan, dan meninggalkan kewajibannya sebagai seorang yang beragama. Satu hal yang membuatku memohon kepada tuhan untuk memaafkan dosa-dosanya adalah karena dia adalah sahabat yang baik untukku. Seusai pemakaman Ghifari menelponku untuk memastikan kehadiran ku di pesta. Aku bilang bahwa aku ada urusan dan sepertinya berhalangan?ini hanya alasanku karena aku masih belum bisa tenang pasca kejadian akhir-akhir ini, tapi Ghifari terus memaksaku untuk datang. Akhirnya aku menyanggupi permintaannya, ia bilang aku harus membawa pakaian renang karena pesta akan diadakan di halaman belakang yang terdapat kolam renangnya. Ghifari menjemputku di persimpangan jalan. Ia langsung memakai pakaian renangnya.
“Kau tidak membawa pakaian renangmu?” tanya Ghifari.
“Tidak, aku tidak membawanya.”
“Sayang sekali kalau kau melewatkan gadis-gadis yang hanya memakai bikini.” kata Ghifari sambil menjulurkan lidahnya dan meremas-remas setirnya. “Masih ada waktu untuk mengambilnya, aku bisa menunggumu jika kau mau.” tawarnya.
“Aku sedang tidak enak badan.” kataku
“Baiklah, jangan menyesal ya.” kata Ghifari dengan nada menggoda.
Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya. Ghifari menyetel radio dan terdengar lagu “Begitu Indah” milik Padi. Aku hanya terdiam selama perjalanan sampai kami tiba di salah satu vila yang sangat besar. Kendaraan yang parkir sangat banyak sehingga Ghifari harus memutar agak jauh dari vila. Kami masuk ke dalam dan halaman belakang sudah dipenuhi pengedar lainnya sudah berpesta. Tercium bau daging asap yang dibakar oleh koki-koki itu, Aku mengambil cocktail yang berjejer di meja dan duduk jauh dari keramaian. Ghifari sendiri sudah bergabung dengan pengedar-pengedar lainnya yang berenang ditemani gadis-gadis itu. Ketika aku sedang sibuk memperhatikan kolam renang, seseorang yang tidak aku kenal duduk di sampingku sambil memegang segelas cocktail. Ia tidak memakai baju renang?sama sepertiku.
“Cocktailnya cukup enak bukan?” katanya.
“Ya, walaupun agak sedikit masam buatku.” kataku
“Ohiya, perkenalkan aku Jonathan, panggil saja Jo,” katanya sambil memindahkan gelas cocktailnya ke tangan kiri dan mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman. “dari Arsitektur.”
kami bersalaman.
“Kau tidak bergabung dengan pengedar lainnya?” tanyaku.
“Aku takut tenggelam?mungkin memang tidak masuk akal tapi memang seperti itu kenyataannya. bagaimana denganmu?”
“Aku hanya sedang tidak enak badan.” jawabku.
Tiba-tiba muncul suara dari bangunan di lantai 2 ketika kami berdua berbincang. Dari balkon muncul sesosok pria berjas biru memakai topeng di wajahnya. Ia sepertinya akan memberikan sambutan.
“Selamat datang anggota-anggota yang kubanggakan!” katanya dengan lantang sambil membuka kedua tangannya lebar-lebar.
Pengedar-pengedar lain menerima sambutan dengan bersorak sorai, bertepuktangan atau sekedar mengangkat gelas cocktail di tangannya.
“Saya ingin berterimakasih kepada kalian yang selama ini sudah setia bekerja dengan bisnis ‘gelap’ ini. Karena kalianlah bisnis ini berjalan lancar dan menghasilkan banyak uang. Saya tidak akan banyak bicara lagi, pesta ini saya persembahkan untuk kalian. Nikmatilah!” pria itu memutar badan kembali ke vila dan keadaan menjadi ramai kembali. Pintu rumah terbuka dan tiga orang pelayan keluar sambil mendorong troli membawa ember-ember berisi botol-botol minuman keras?seperti yang aku lihat di kelab malam waktu itu.
“Gila! Bisnis narkoba memang sangat menggiurkan. Minuman-minuman itu berharga jutaan.” kata Jo setengah terkejut.
Orang-orang langsung mendatangi troli itu berebut minuman yang disediakan. Aku dan Jo masih duduk di tempat yang sama.
“Kau tidak minum?” tanyaku.
“Ah, lain kali saja.” katanya sambil mengibas-ibaskan tangannya.
Aku tiba-tiba teringat pada kasus kakakku. “Jo, kau sudah lama kan menjadi pengedar?”
“Ya mungkin sudah sekitar 2 tahun.” jawabnya.
“Apa dulu komplotan ini pernah mengalami masalah atau semacamnya?”
“Maksudmu kasus beberapa tahun lalu yang hampir menyebabkan bisnis ini bangkrut?”
“Mungkin itu.” kataku berandai-andai. “Memangnya apa yang terjadi?”
“Seseorang berusaha menggulingkan peredaran narkoba di kampus, siapa ya namanya? Hanan kalau tidak salah.” Jo mengusap-usap mulutnya mencoba mengingat-ingat. “Orang itu mahasiswa biasa sama seperti kita?tidak terikat lembaga apapun, tapi berkali-kali dia berhasil menggagalkan penyeludupan dan beberapa anggota kami juga ada yang ditahan. Kami pun para pengedar kocar kacir Pelanggan-pelanggan kami juga menghilang satu per satu karena takut tertangkap, tapi suatu ketika ketua mengadakan pertemuan dan bilang bahwa ia sudah membereskannya, bisnis kami berjalan lancar kembali. Setelah kejadian itu tidak ada lagi kabar tentangnya.”
“Maksudmu dibereskan?” tanyaku tajam.
“Entahlah, mungkin ketua sudah menyingkirkannya atau membuatnya takut.”
Hari semakin larut, tapi pesta semakin menjadi-jadi. Ghifari sepertinya tidak akan pulang sampai pagi. Jo bilang ia akan pulang lebih awal dan bisa mengantarku pulang.
*
Esoknya aku menerima surat lagi. Aku pikir surat tersebut dari kakak. Aku membukanya dan isi surat itu mengguncangku.
Saya sudah tahu kau adik dari Hanan, bajingan itu. Kemarilah ke gudang penyimpanan jika kau ingin kakakmu selamat malam ini. Datanglah sendiri atau kau hanya akan menemukan mayat kakakmu.
Aku meremas kertas tersebut dan membuangnya. Seseorang sudah mengetahui semuanya dan ada di balik layar selama ini.
Kakak sedang berada dalam bahaya.
"Aku tidak pernah menghisap apapun selain udara"
Comment on chapter BAB IIOke, mungkin kalimat itu bakal nempel dikepalaku sampai besok :))