Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pangeran Benawa
MENU
About Us  

Ilmu Ki Buyut Mimbasara yang sangat dahsyat benar-benar mampu disembunyikan dalam kehidupan setiap harinya. Pada malam ia meninggalkan kediaman Pangeran  Parikesit, Ki Buyut terlihat seperti berjalan kaki sebagaimana lumrahnya, namun sebenarnya ia seperti terbang di atas rumput. Bahwa setiap satu langkah kakinya setara dengan dua puluh hingga dua puluh lima langkah biasa. Selanjutnya dalam waktu singkat ia telah mencapai batas luar kotaraja.

Dalam pada itu, ia mengendapkan kecepatannya ketika dirasa olehnya ada seseorang yang mengikutinya sejak keluar dari rumah Pangeran Parikesit. Namun tiba-tiba ia menghentak kecepatannya lebih dahsyat dari sebelumnya. Maka yang terjadi adalah Ki Buyut Mimbasara atau Kebo Kenanga ini meluncur melebihi kecepatan anak panah. Setiap rumput yang tersentuh ujung kakinya nyaris tidak bergoyang. Ki Buyut mengambil jalan pintas yang sebenrnya sangat sulit dilewati karena harus melintasi beberapa sungai yang berdinding curam. Sekali-kali ia menggelengkan kepala saat berpaling ke belakang betapa orang yang mengikutinya mampu menjaga jarak dengannya.

Keduanya seperti tidak mempunyai batasan ketika melintasi malam yang pekat, tebing sungai yang curam pun seolah tidak menjadi penghalang bagi mereka yang seperti melakukan pertandingan lari cepat. Bahkan sesekali mereka menjejak kakinya diatas permukaan air sungai.

Demikianlah kemudian Ki Buyut telah mencapai jalanan yang cukup lebar dan dari kejauhan nampak beberapa obor menyala menerangi bagian depan padepokannya. Tak berapa lama kemudian, orang yang mengikutinya telah berdiri disisinya. Mereka kemudian saling melempar senyum dan melangkahkan kaki secara wajar.

“Ternyata kau belum berkurang sedikit pun,” berkata Ki Buyut Mimbasara.

“Aku masih kesulitan menyamai kecepatan Kakang,” sahut Ki Getas Pendawa. Sebuah bulak pendek yang kering telah mereka lewati dan keduanya harus melintasi dua parit yang memotong jalan sebelum tiba di regol padepokan.

Tetapi sebelum mereka melewati parit yang pertama, Ki Buyut tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia berpaling pada Ki Getas Pendawa lalu katanya,”Aku merasakan sesuatu yang buruk sedang terjadi.” Ia memandang tajam arah padepokan.

Ki Getas Pendawa mengernyitkan dahinya lalu,”Angger Pangeran Benawa!” Seketika ia menghentak kakinya dengan kecepatan yang sulit diperkirakan nalar sehat. Ki Getas Pendawa mendengar dengan jelas melalui telinganya suara Jaka Webing atau Pangeran Benawa memberi perintah pada para cantrik padepokan. Keduanya nyaris bersamaan saat meluncur deras menuju padepokan. Ki Buyut Mimbasara mendengar lengking Pangeran Benawa. Lengking suara yang biasa ia teriakkan saat menghindari serangan ketika ia berlatih bersama cantrik padepokan.

Beberapa orang memang mempunyai rencana mengalihkan perhatian Sultan Trenggana terhadap rencananya untuk menguasai daerah Brang Wetan. Mereka telah melakukan pengamatan terhadap kebiasaan yang terjadi di padepokan Ki Buyut Mimbasara, Ketekunan dan kesabaran mereka pada akhirnya membuahkan hasil. Mereka berhasil menyusup masuk ke dalam padepokan beberapa saat setelah kepergian Ki Buyut Mimbasara ke istana Pajang. Meskipun Ki Getas Pendawa menyempatkan diri untuk menjemput Ki Buyut dan melihat sejenak keadaan padepokan, tetapi kawanan penyusup itu berhasil menyamarkan diri membaur beserta cantrik-cantrik yang lain.

Seorang cantrik yang berusia kurang lebih sebaya dengan Adipati Pajang agaknya menyadari kehadiran beberapa orang yang tidak dikenalnya telah berada di lingkungan padepokan. Dengan dahi berkerut, ia mengamati dengan seksama orang-orang yang sama sekali tidak terlihat canggung ketika bergaul dengan cantrik yang lain. lalu setelah menimbang satu dua kemungkinan, ia memberanikan diri untuk mendekati salah seorang dari orang yang belum pernah dikenalnya.

“Maaf, Ki Sanak,” kata cantrik itu,”Apakah aku mengenal Ki Sanak sebelum sekarang ini?”

Orang yang ia tanya tidak menampakkan rasa terkejut, bahkan ia mengajak cantrik itu duduk di atas sebuah batu pipih yang terletak di sudut sanggar terbuka. Katanya,”Benar, kau memang tidak pernah melihatku sebelum ini. Tetapi aku pernah menjadi cantrik di tempat ini” Ia tersenyum dan mengangguk pada cantrik didepannya yang masih memandang dengan sorot mata curiga.

“Aku telah bertahun-tahun tinggal di dalam padepokan ini, dan aku juga tidak pernah melihat Ki Sanak,” sahut cantrik itu semakin curiga.

“Orang biasa memanggilku sebagai Ki Gurasan,” kata orang asing itu seraya menyodorkan tangan pada cantri Ki Buyut Mimbasara.

Dengan sejumlah pertanyaan dalam hatinya, cantrik itu menyambut uluran tangan Ki Gurasan sambil berkata,”Saudara seperguruanku memanggilku Kakang Tanur.”

“Kakang Tanur,” gumam Ki Gurasan,”Sebuah nama yang bagus.” ia berpaling pada Kang Tanur lalu berkata,”Panggilan itu seperti menunjukkan jika Kang Tanur adalah orang terbaik penguasaan ilmunya di tempat ini.”

“Itu penilaian darimu, Ki Gurasan,” sahut Kang Tanur.

Ki Gurasan menarik nafas panjang. Ia menebar pandangan matanya melihat sejumlah obor telah menyala menerangi halaman tengah yang luas. Sekejap kemudian ia menatap langit dan terlihat olehnya bulan yang masih berada ujung garis timur. Lalu ia berkata,”Kang Tanur. Aku rasa memang pantas aku memanggilmu seperti itu karena saat ini kau adalah murid tertua dan mungkin yang terbaik.”

“Ki Gurasan,” kata Kang Tanur kemudian,”Aku tidak ingin ada pertanyaan yang kemudian akan menimbulkan persoalan diantara kita.” Kang Tanur memandang wajah Ki Gurasan dengan sorot mata sungguh-sunguh.

“Aku tidak mengerti arah pembicaraanmu, Kang Tanur,” Ki Gurasan mencoba untuk menyembunyikan sinar mukanya sementara dalam hatinya timbul kekhawatiran bahwa penyamaran mereka akan terbongkar.

“Aku adalah orang yang tidak suka berputar-putar dalam sebuah pembicaraan,” tegas Kang Tanur berkata,”Aku mempunyai kecurigaan padamu dan teman-temanmu saat pertama kali melihat kehadiran kalian di tempat ini.” Sambil beranjak berdiri, Kang Tanur berkata lagi,”Tentu saja aku juga tidak ingin mempunyai prasangka buruk terhadap kedatangan kalian.”

Kang Tanur menarik nafas dalam-dalam. Suaranya terdengar bergetar ketika ia melanjutkan ucapannya,”Kau dan temanmu datang pada saat guru kami tidak berada di tempat. Dan kau juga menghindar saat kami mencoba memperkenalkan kalian pada paman guru kami. Oleh karena itu menjadi wajar bila kemudian aku curiga atas kedatangan kalian.”

Ki Gurasan manggut-manggut sambil memegang dagunya, katanya,”Lalu apakah kau akan menganggap persoalan ini telah selesai dengan pembicaraan ini?”

“Tentu tidak,” Kang Tanur menggelengkan kepala,”Pembicaraan ini tentang penyusupan kalian dan itu adalah persoalan tersendiri.”

“Sayang sekali, Kang Tanur. Aku tidak peduli dengan kecurigaanmu,” sahut Ki Gurasan.

Kang Tanur merenung sejenak. Ia telah menghitung kawanan Ki Gurasan dan sekalipun mereka berjumlah sedikit tetapi kekuatan mereka belum dapat diraba secara mata kasar. Kemudian Kang Tanur berkata,”Ki Gurasan, aku masih berharap pembicaraan ini tidak berakhir dalam keadaan gawat dan membahayakan semua orang yang berada disini. Tetapi Ki Buyut telah mempersiapkan kami untuk menentukan sikap apabila sebuah perkembangan akhirnya mengarah menjadi tidak terkendali.”

Ki Gurasan hanya berdiam diri mendengar kata-kata tegas penuh arti Kang Tanur. Ia pn berdiri dan menghadap lurus Kang Tanur. Sejenak kemudian ia berkata,”Aku tidak menampakkan diri karena memang ada sebuah persoalan yang hanya dapat aku selesaikan apabila Ki Buyut tidak berada di padepokan. Malam masih panjang sementara kau dapat mengatakan padaku tentang apa-apa yang mungkin dapat aku lakukan untukmu.”

“Kau terlihat asing bagiku, Ki Sanak!” tiba-tiba terdengar orang ketiga berbicara pada mereka. Ki Gurasan dan Kang Tanur tersentak kaget betapa tiba-tiba Pangeran Benawa telah berada di dekat mereka dengan langkah kaki yang tidak terdengar oleh mereka.

“Anak kecil yang luar biasa!” kagum Ki Gurasan dalam hatinya memuji ketinggian ilmu Pangeran Benawa yang belum genap berusia sepuluh tahun. Ia menduga-duga dalam hatinya mengenai anak kecil yang sepertinya membuat Kang Tanur merasa segan. “Agaknya ia berada dalam pengawasan orang yang benar-benar hebat.”

Ki Gurasan menggeleng. Lalu katanya,”Tentu saja Angger tidak pernah melihat Paman. Paman telah pergi dari padepokan Ki Buyut saat Angger belum dilahirkan.”

Usia Pangeran Benawa yang masih belia tidak mampu membendung bakat besar yang tersimpan dalam dirinya. ia menatap curiga Ki Gurasan. Sebagai seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam bimbingan orang-orang berkepandaian tinggi, Pangeran Benawa serba sedikit telah belajar dengan cara melihat ayahnya dan Ki Buyut menghadapi orang-orang asing. Kemudian ia berpaling pada Kang Tanur dan berkata,”Paman, lebih baik kau Paman beritahukan kehadiran orang asing ini pada yang lain. Paman juga dapat meminta mereka bersiaga menghadapi semua kemungkinan.”

“Baik, Jaka Wening,” Kang Tanur mengangguk lantas menatap tajam Ki Gurasan,”Kau telah mendengarkan anak ini.” Kang Tanur melirik Pangeran Benawa yang berdiri tegap disebelahnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    nice story broh. ditunggu kelanjutannya :)

    Comment on chapter Penaklukan Panarukan 1
Similar Tags
BINTANG, Cahayamu Akan Selalu Ada.
72      64     3     
Short Story
Seorang pelukis bernama senja yang terkurung dalam duka setelah kehilangan tunangannya, Bintang. Dia selalu mengabadikan sosok bintang kedalam bentuk lukisan. Hingga ebuah kotak kenangan misterius dan seorang sahabat lama muncul, membawa harapan sekaligus membuka lembaran baru yang tak terduga. Akankah Senja menemukan kembali cahayanya, dan siapakah sebenarnya yang menantinya di ujung kesedihan? ...
Sadness of the Harmony:Gloomy memories of Lolip
660      370     10     
Science Fiction
mengisahkan tentang kehidupan bangsa lolip yang berubah drastis.. setelah kedatangan bangsa lain yang mencampuri kehidupan mereka..
Lantas?
48      47     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
Pesona Hujan
1123      608     2     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.
You Can
1274      790     1     
Romance
Tentang buku-buku yang berharap bisa menemukan pemilik sejati. Merawat, memeluk, hingga menyimpannya dengan kebanggaan melebihi simpanan emas di brankas. Juga tentang perasaan yang diabaikan pemiliknya, "Aku menyukainya, tapi itu nggak mungkin."
Reason
434      305     3     
Romance
Febriani Alana Putri, Perempuan ceria yang penuh semangat. Banyak orang yang ingin dekat dengannya karena sikapnya itu, apalagi dengan wajah cantik yang dimilikinya menjadikannya salah satu Perempuan paling diincar seantero SMA Angkasa. Dia bukanlah perempuan polos yang belum pernah pacaran, tetapi sampai saat ini ia masih belum pernah menemukan seseorang yang berhasil membuatnya tertantang. Hing...
I'M
9133      1826     4     
Romance
"Namanya aja anak semata wayang, pasti gampanglah dapat sesuatu." "Enak banget ya jadi anak satu-satunya, nggak perlu mikirin apa-apa. Tinggal terima beres." "Emang lo bisa? Kan lo biasa manja." "Siapa bilang jadi anak semata wayang selamanya manja?! Nggak, bakal gue buktiin kalau anak semata wayang itu nggak manja!" Adhisti berkeyakinan kuat untuk m...
Secret World
3587      1270     6     
Romance
Rain's Town Academy. Sebuah sekolah di kawasan Rain's Town kota yang tak begitu dikenal. Hanya beberapa penduduk lokal, dan sedikit pindahan dari luar kota yang mau bersekolah disana. Membosankan. Tidak menarik. Dan beberapa pembullyan muncul disekolah yang tak begitu digemari. Hanya ada hela nafas, dan kehidupan monoton para siswa kota hujan. Namun bagaimana jika keadaan itu berputar denga...
Mahar Seribu Nadhom
5048      1754     7     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
My Teaser Devil Prince
6577      1674     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...