Read More >>"> Rasa yang Membisu? (Masa Kuliah) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rasa yang Membisu?
MENU
About Us  

Agustus 2014, tepat dimana Ayu pertama kalinya masuk ke bangku perkuliahan. Sedih, senang, marah, bangga, semua perasaan menjadi satu di dalam hatinya. Menginjak bangku perkuliahan membuat dirinya benar-benar tidak sabar untuk mempelajari hal-hal baru dan melepaskan masa-masa SMA yang baginya membosankan. Pelajaran Matematika, Biologi, Fisika. Itu semua hanyalah hal yang fana. Tidak dapat membuat dirinya bahagia dan merasakan kehidupan yang sebenarnya. Jiwa senilah yang tertanam di dalam dirinya. Sejak kecil, Ayu selalu bercita-cita menjadi seorang Arsitek agar ia dapat membangun rumah impiannya.

Ayu melangkahkan kakinya menuju kantin. Hari itu Ayu ingin memenuhi janjinya untuk bertemu dengan temannya sebelum masuk ke dalam kelas. Suasananya ramai, tidak hanya seorang teman Ayu yang berada disitu, melainkan hampir satu angkatan mahasiswa baru berada di situ. Kaget melihatnya karena Ayu sangat gugup bertemu dengan teman-teman barunya.

Rani, teman pertama Ayu, berkenalan dengan Ayu lewat sebuah pesan grup yang dibuat sebelum masa perkuliahan berlangsung. Grup itu sengaja dibuat agar para mahasiwa saling dekat satu sama lain sebelum mereka menjalani masa-masa yang sulit bagi orang yang sedang maupun yang sudah merasakan masa perkuliahan. Seperti biasanya, Ayu hanya menjadi pembaca yang baik ketika ada ocehan di grup, namun ia seringkali berbicara di grup walaupun tidak ada yang membalas pesannya itu.

"Ayu!" teriak Rani yang hampir dekat keberadaannya dengan Ayu.

Ayu tersenyum dan melambaikan tangannya. Dengan segera ia menghampiri Rani yang sedang duduk dan menikmati obrolan dengan teman-temannya yang lain.

"Lo kesini naik apa?" tanya Rani

"Naik motor nih. Hari pertama masuk kuliah gak boleh telat."

"Haha iya bener juga..." balas Rani.

Rani kembali sibuk berbincang dengan teman-teman. Sedangkan Ayu terdiam dan mendengar semua alur cerita yang keluar dari mulut teman-temannya.

Suara telepon genggam Ayu berbunyi. Seseorang telah mengirim pesan kepada Ayu. Ayu membuka pesan itu dan ternyata adalah pesan dari teman perkuliahan Ayu yang lain. Teman Ayu ini termasuk orang yang bisa dibilang tidak terlalu suka berbincang dengan orang yang baginya menyebalkan, makanya ia tidak terlihat berada di sekitar kantin.

"Ayu." sapa temannya, Anin, lewat pesan.

Ayu membalasnya, "Kenapa? kamu dimana?"

Selang beberapa menit Anin membalas, "Aku ada di tangga belakang gedung fakultas nih."

"Kamu tidak kesini?"

"Ah tidak, nanti kita ketemu saja dikelas ya. Aku sedang malas kesana."

"Baiklah. Sampai bertemu." Ayu menaruh kembali telepon genggamnya ke dalam tas.

Di sekelilingnya, banyak anak-anak yang tampak bahagia bertemu dengan teman-teman baru bahkan sangat antusias ketika melihat gedung fakultas. Seakan-akan mereka tidak sabar untuk menjalani masa-masa yang indah setelah SMA. Indah karena melepas kejenuhan selama 12 tahun.

Mata Ayu tertuju pada semua orang-orang yang lalu lalang.

"Kayaknya bakalan seru nih." ucap Ayu dalam hati.

"Eh ayuk kita ke kelas." ajak Rani. Menyadarkan Ayu dari tatapannya pada para manusia di sekelilingnya.

 

......

 

"Hai, akhirnya bertemu juga." sapa Anin dengah hebohnya.

"Hai. Wah akhirnya ya ketemu juga kita hehe." sapa Ayu balik, tidak menunjukkan dirinya Introvert saat bertemu dengan Anin.

"Duduk disebelah aku ya hehe.." ajak Anin kepada teman pertamanya itu.

"Siap.."

Mereka pun masuk ke dalam kelas dan memilih tempat duduk yang bagi mereka nyaman. Pada awalnya Ayu meminta Anin untuk duduk di paling depan, namun Anin meminta untuk duduk di bagian tengah saja.

"Gimana rasanya hari pertama nih masuk kuliah?" tanya Anin memulai obrolan setelah sempat tidak berbincang walaupun mereka duduk berdampingan.

"Wah aku tegang sekali. Rasanya senang tapi entah aku merasa tegang juga. Mungkinkah ini yang dinamakan.."

"Oy!" seseorang menyapa Ayu dan Anin. Seseorang itu duduk di depan mereka.

"Oy!" sapa balik Anin.

"Kamu kenal dia?" 

"Enggak hehe.. apa salahnya sksd ya gak?" jawab Anin.

"Sungguh berani sekali diri,mu." Ucap Ayu dalam hati.

:Anin mencolek seseorang yang tadi menyapa mereka. Seseorang itu menoleh dan memasang raut wajah bingung.

"Maaf ya nyolek lo. Nama lo siapa?"

"Oh gue? gue ahmad."

Anin terkejut, "Wah mantap nih kalo kita bertiga temenan. Jadinya 3A. Ayu, Anin, dan Ahmad haha.."

"Haha bisa aja lo. Nama lo emang Ayu?"

"Bukan. Gue Anin. Yang namanya Ayu yang ini nih sebelah gue."

Ayu tersenyum kepada Ahmad. Ahmad pun senyum balik kepada Ayu.

"Salam kenal." kata Ahmad.

"Iya salam kenal juga." Ayu merasa kaku karena ia jarang sekali dekat dengan anak laki-laki kecuali baginya anak laki-laki itu menyenangkan dan membuat dirinya nyaman.

 

Tidak lama kemudian, anak laki-laki bertubuh lumayan tinggi dan berkulit putih menghampiri Ahmad yang sedang asik berbincang dengan Ayu dan Anin,

"Ahmad." katanya

"Woy! Angga! sini sini duduk sebelah gua." Ahmad menoleh dan mengajak teman keduanya itu duduk di sebelahnya.

Angga dan Ahmad bertemu pagi sebelum mereka masuk ke kelas. Melihat Angga, Ahmad merasa yakin bahwa temannya itu pecinta anime juga, dan yang benar saja Angga adalah penyuka Anime.

"Kenalin, nama gue Anin." Anin memperkenalkan diri kepada Angga,

"Eh iya, Angga." Angga menjawab dengan senyuman tipis.

"Kalo di liat-liat lu suka anime ya?" Anin percaya diri.

"Hehe iya.." Angga bingung.

"Wah sama dong. Gue juga sama suka Anime."

"Oh ya? suka anime apa?"

Anin dan Angga berbincang. Angga terlihat nyaman bisa mengobrol dengan Anin sementara Ayu hanya memperhatikan setiap percakapan mereka begitupula dengan Ahmad yang ditambah dengan tawaan. Ahmad tertawa karena merasa lucu melihat Angga yang bisa banyak ngomong jika bertemu dengan teman satu kesukaan dengannya.

 

.....

 

"Jadi lo dari Bogor?" tanya Anin sambil menyantap makanan yang ia pesan dari salah satu warung di kantin kampus.

"Iya gue dari Bogor."

"Terus lo ngekos?"

"Hahaha iya.."

"Ohh gitu.."

"Hehe iyaa..."

"Eh nin, selain Angga ini suka anime, dia anak gamers juga." Ahmad menimbrung.

"Serius kah? main apaan lo?"

"Gue main..."

"Ya ampun, gue suka anime tapi gak begitu ngerti. Games pun cuman suka the sims." ucap Ayu dalam hati. Ingin rasanya ia bisa berbincang dengan Anin, Angga, dan Zaki dengan leluasa, tetapi begitu sulit baginya karena bingung harus darimana. Pada akhirnya pun Ayu hanya dapat memperhatikan mereka.

"Eh Yu, rumah lo dimana?" tanya Ahmad tiba-tiba.

"Gue di Tangerang Selatan." jawab Ayu pelan.

"Apa?" Ahmad tidak mendengar.

"Hahaha Tangerang Selatan." jawab Ayu lebih tegas.

"Oalah..terus ngekos atau pulang pergi?"

"Pulang pergi hehe.."

"Ohh hehe.."

"Rumah dia lumayan deket sama gue." Anin menambahkan.

"Gak nanya gue sama lo hahaha." Ahmad dan Angga tertawa terbahak-bahak.

"Idih. Dasar anak-anak cowok aneh."

 

Siang berganti sore. Jam perkuliahan telah selesai. 4A, yakni Ayu, Anin, Ahmad, dan Angga turun bersama. Hari itu mereka kabur dari acara perkumpulan angkatan karena bagi mereka hal itu tidaklah penting. Bagaimana tidak? perkumpulan itu setiap harinya akan berkumpul tanpa ada acara yang bermakna dan bagi mereka itu bukan cara yang efektif untuk menyatukan satu angkatan.

"Pokoknya gue minta kalian jangan ada yang pulang. Kita kumpul bareng-bareng ya." Ujar ketua angkatan.

"Sampe malam gak?" tanya Anin tegas.

"Iya bisa sampe malam."

"Okedeh." jawab anak-anak kelas terkecuali Ayu, Anin, dan Angga. Ahmad hanya tersenyum dan menyimpan suatu pemikiran yang entah isinya apa. Yang jelas Ahmad merasa acara tersebut tidak akan berhasil untuk menyatukan semua kepala anak angkatan.

 

Secara pelan-pelan mereka mengumpat agar tidak terlihat oleh orang lain dan mereka pun berhasil.

"Sumpah. Ini pertama kalinya gue begini. Kesel gue. Pake acara maksa-maksa buat ikut ngumpul." dumel Anin.

"Haha ya begitulah." Ahmad menanggapi.

"Sebenernya ya kalo emang mereka mau kita semua nyatu itu semua berasal dari diri sendiri. Bisa gak mereka berubah untuk mengerti satu sama lain." tambah Angga.

"Nah itu, ngeselin emang. Jadi yaudahlah biarkan aja mereka."

"Yaudah gue pulang duluan ya teman-teman." Ayu pamit.

"Eh iya hati-hati Yu," Balas Ahmad.

"Eh tunggu, itu mobil gue samping mobil lo. Barengan."

Ayu dan Anin sama - sama ke kampus dengan supir. Bahkan, supir mereka menjadi kenal dan akrab satu sama lain dalam satu hari walaupun mereka tidak tahu bahwa Ayu dan Anin juga dekat satu sama lain.

 

.....

 

Sudah pukul 8 pagi, tetapi Ayu belum juga tiba di kampus. Jakarta Ramai dan macet ditambah Ayu yang naik mobil ke kampus. Khawatir memenuhi hati dan otak Ayu. Pasalnya saat itu adalah hari kedua Ayu masuk ke kampus. Jika terlambat, Ayu akan rugi dan menghabiskan 1 absen.

"Nin, udah masuk belom?" Ayu mengirim pesan singkat ke Anin.

10 menit berlalu, tetapi tidak ada balasan dari Anin.

"Duh gimana nih." Ayu tambah khawatir dengan keadaannya. Jalanan di depan benar-benar penuh tidak bergerak.

Jarak dari tempat Ayu berada saat itu dan kampus sangatlah jauh. Tidak memungkinkan dirinya untuk berjalan kaki. Untuk naik bus pun percuma saja. Mencari ojek sulit. Otaknya sangat memanas.

Anin membala pesan singkat Ayu setelah setengah jam berlalu. Ayu sigap membuka pesan itu.

"Sudah daritadi Yu. Sekarang lagi presentasi materinya."

"Serius?" Ayu membalas.

"Iya serius. Ayok kamu cepet kesini."

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 kurang 15 menit. Ayu baru saja tiba dan segera berlari ke ruang kelas. Ruang kelas penuh dengan satu angkatan jurusan arsitektur.

Dosen terlihat sedang memberikan penjelasan tentang tugas pertama kepada mahasiswa dan mahasiswi. Ayu dengan cepat mencari tempat duduk yang kosong, namun sia-sia karena semuanya penuh. Tidak hanya Ayu yang berdiri, ada beberapa anak laki-laki dan perempuan juga berdiri memperhatikan dosen.

"Eh lo. duduk aja, biar gue berdiri." ucap seseorang dengan nada yang berat kepada Ayu.

"Tidak apa-apa?"

"Santai.." ia memberikan kursinya kepada Ayu.

"Makasih ya.." Entah seseorang itu mendengar perkataan Ayu dengan suara yang kecil atau tidak, Ayu duduk dan kembali memperhatikan dosen.

Anin mencoba melambaikan tangannya kepada Ayu dan tersenyum. Anin duduk di paling depan bersama Angga.

Ayu melihatnya balas melambaikan tangan.

Dan kelas pun berakhir.

 

Anin memesan makanan yang ia inginkan, sate ayam. Tidak jauh dari Anin, Ayu sedang duduk bersama Ahmad dan Angga. Mereka bertiga sudah memesan makanan. Kantin jurusan arsitektur digabung dengan fakultas lain sehingga memang terasa penuh sekali.

Sebetulnya ada satu hal yang bisa dibilang unik bahkan mengerikan bagi orang yang penakut. Dua fakultas yang berbeda disatukan di sebuah kantin, tetapi ada zona yang tidak boleh saling masuk. Seperti contohnya jurusan arsitektur tidak boleh masuk ke zona kantin jurusan perminyakan.

4A seperti biasanya merasa kecewa. Mengapa ada perpisahan antara keduanya. Bahkan bisa dibilang merasa tidak masuk akal.

"Lagi siapa sih yang bilang harus dipisah gini?"

"Ah masa lu gak tau. Ketua angkatan lu tuh yang bilang." balas Ahmad kepada Anin.

Angga tertawa sinis. "Yaudahlah."

"Kapan-kapan kita makan disana." ajak Anin menantang.

"Siappp..." jawab Ahmad.

 

.....

 

"Ahhhh.... Angga gak masuk hari ini. Ngerasa kehilangan deh." Anin fokus ke permaiman di laptopnya. Penuh semangat Anin menekan tombol agar ia mendapat nilai yang tinggi dalam permainan.

Dari samping, Ayu memperhatikan gerak geriknya.

"Kenapa kehilangan?"

"Iya... gak ada yang bisa gue ajak tanding ini." Anin masih fokus.

"Emang kalian suka tanding?" Tanya Ayu penasaran.

"Iya.. kemaren aku ngajak dia tanding."

"Oalah.."

Anin mengentikan permainannya dan menoleh ke sahabatnya itu.

"Kamu mau tau gak apa yang ada dipikiran aku sekarang?"

"Apa?"

"Aku sampe sekarang belom pernah liat kamu sama Angga ngobrol lama gitu. Paling cuman sepatah dua kata dan aku baru ngeliat sekali. Padahal kita kemana-mana bareng Angga." Wajah Anin bingung.

"Heem... gapapa Nin." Jawab Ayu.

"Ya aneh aja sih.. kalian kan sama sama agak tertutup nih. Kok kalian gak nyambung?"

"Mungkin perlu waktu Nin hahaha..."

Jangankan Anin, Ayu juga merasa bingung dengan dirinya. Ia menemukan seseorang yang memiliki sifat hampir sama dengannya, namun ia dengan seseorang itu tidak pernah berbicara panjang lebar. Ayu pernah memberi senyum kepada Angga, namun Angga hanya menoleh dan tidak memberikan senyuman kepada Ayu. Malahan Angga merasa bingung dengan Ayu.

"Ngomong-ngomong Ahmad kemana?" Ayu mengganggu Anin yang kini sibuk dengan Tab nya.

"Au tuh anak... kadang suka menghilang entah kemana."

"Haha.."

"Jajan yuk laper nih." ajak Anin.

"Yuk."

mereka beranjak dari tempat duduk dan tiba-tiba saja.

"Hai kalian." teman sekelas mereka menyapa.

"Eh Nisa, kenapa?" Anin menjawab ditambah dengan Ayu tersenyum.

"Kalian mau kemana?"

"Jajan..."

"Ikut boleh gak?"

"Ayuk." kali ini Ayu yang menjawab.

Ayu, Nisa dan Anin pergi ke kantin.

 

"Emang Nisa rumahnya dimana?" Anin bertanya seperi biasanya ketika ia bertemu dengan teman baru.

"Aku tinggal di Bogor."

"Di Bogor? wah sama kayak Angga dong." Ayu tampak nyaman dengan Nisa.

"Angga? Angga temen kalian itu?"

"Iya.." Jawab Anin sambil menikmati makanan.

"Hehe mungkin kali ya.."

"Berarti ngekos?" lanjut Anin.

"Iya nih ngekos. Kalo kalian sendiri, kalian tinggal dimana?"

"Aku tinggal di Tangerang selatan Nis." Jawab Ayu.

"Aku tinggal di daerah Jakarta Selatan." Tambah Anin.

"Terus kalian gak ngekos?"

"Enggak Nis. Kayaknya sayang aja gitu kalo ngekos. Kan deket. Yagak Yu?" Anin menyenggol Ayu. Ayu mengangguk.

"Nisa, kenapa milih jurusan Arsitektur?" Anin mulai berbicara lagi setelah beberapa saat mereka terdiam.

"Aku sebenarnya gak mau masuk jurusan ini. Aku mau jadi dokter tapi aku pas tes di universitas ini, aku gak beruntung. Jadinya yaudah masuk ke jurusan ini deh."

"Istilahnya salah jurusan ya Nis?" Ucap Anin asal ceplos.

"Haha iya nih sepertinya begitu."

"Ah udahh.. lanjutin aja Nis. Pasti bisa kok." Anin menyemangati Nisa.

"Hehe liat nanti saja." Nisa menjawab dengan suara sangat halus.

 

.....

 

"Wih Nisa.." Ahmad heboh melihat Nisa yang akhir-akhir ini bergabung dengan 4A.

"Seandainya lo namanya depannya A pasti seru deh." Lanjut Ahmad.

"Ganti nama aja hahaha." Angga ikut serta.

"Apaan sih. Yakali gue ganti nama biar ini kita jadi 5A haha." Balas Nisa.

"Tau deh, ganti nama aja udah. Jadi Anisa gitu kek." kata Ayu.

"Enggak-enggak. Kalian ini haha.."

"Nis.. kamu pernah mikir gak sih kalo kita bisa begabung karena apa?"

"Anin.." ucap Ayu, Angga, dan Ahmad serentak.

"Haha.."

"Kenapa sih kalian?"

"Maaf ya Nis.. si Anin emang gitu orangnya. Kalo udah kesel sama orang suka aneh-aneh. Maklumin aja ya." Bisik Ahmad.

"Eh apaan sih. Kan gue cuman nanya sama dia." omel Anin.

"Haha.. gini deh aku kan berteman sama siapa aja. Aku dekat sama kalian karena aku ngerasa ya aku nyaman aja sama kalian. Kalo aku liat-liat sih kalian keren. Ahay."

"Astagfirullah." ucap Ahmad disusul tawaan Angga, Anin, dan Ayu.

"Kenapa mad?"

"Tidak apa-apa. Mau nyebut aja hehe.."

"Tapi ya Mad kalo di liat-liat lo tuh lebih tua dari kita ya?"

"Nisa..." kini giliran Angga, Anin, dan Ayu yang kompak.

"Hahaha gak apa-apa kawan. Santai saja. Iya nih. Gue telat 3 tahun kuliah. Dulu gue kan sekolah pesantren makanya jadi telat."

"Oh gitu Mad eh kak maksudnya."

"Elah santai aja sama gue."

Ahmad adalah tipe orang yang santai dan tidak terlalu memikirkan perkataan orang lain. Terlihat sudah dewasa jika ditengok dari raut wajah dan pola pikirnya.

"Nis.. lo ngekos dimana?" Tanya Angga tiba-tiba.

"Ah itu deket rumah makan padang itu."

"Ohhh.."

"Emang lu dimana?"

"Gue dibelakang kampus."

Nisa dan Angga terlihat akrab selayaknya orang yang nyambung karena memiliki kesukaan yang sama. Nisa juga memiliki pembawaan dimana banyak orang yang menyukainya walaupun tidak sepenuhnya.

Ayu berfikir bahwa Nisa, Anin, dan Ahmad sangatlah beruntung bisa dekat sekali dengan Angga. Sedangkan dirinya, entah apa yang harus ia lakukan. Raganya dekat dengan Angga sudah menjadi kebangaan untuk Ayu.

"Eh yu.." Angga menyadarkan lamunan Ayu.

"Eh iya?" Ayu terkejut. Seorang Angga menyapanya.

"Jangan bengong." ucap Angga.

"Ah iya." Ayu tersenyum. Angga sempat melihat tapi tidak mempedulikan senyum Ayu.

"Kan..." Ayu dalam hati.

 

"Gue tuh berencana gak mau ngekos. Pengen pulang pergi gitu." curhat Nisa kepada Ahmad dan Anin.

"Lah? kenapa?"

"Tidak apa-apa. Aku lebih nyaman dirumah dibandingkan ngekos."

"Tapi kan jauh Nis.." ucap Ahmad.

"Iya sih.."

"Coba dipikirin dulu aja Nis. Tapi kalo emang niat kamu pulang pergi ya sudah tidak apa-apa. Kan kamu tau mana yang terbaik. Tetapi saranku jangan pulang pergi."

"Iya terimakasih sarannya." kata Acan dengan logat Sundanya yang halus.

 

.....

 

Anin, Ayu, dan Nisa baru saja kembali dari kantin. Suasana kelas sudah ramai. Dosen menugaskan ketua kelas membuat kelompok untuk satu semester kedepan.

Ketua kelas mengatur sesuai dengan kemauan anak-anak kelas, namun karena Anin, Ayu, dan Nisa baru saja tiba dan tidak ikut serta berdiskusi pembagian kelompok, mereka mendapatkan kebagian sisaan. Ayu saat itu tidak beruntung karena tidak sekelompok dengan Anin, Angga, Ahmad, dan Nisa melainkan bersama anak-anak yang terbilang suka menghilang dan kurang ada tanggung jawabnya.

Ayu ingin marah, namun ia tidak bisa. Anin yang melihatnya melotot, tidak suka dengan cara ketua kelas membagi kelompok. Ingin rasanya ia marah-marah, tetapi dicegah oleh Ayu.

"Udah tidak apa-apa," ucap Ayu.

"Ya tapi gak bisa gitu dong. Harusnya di diskusiin dulu. Mana kamu dapetnya sama anak-anak yang kayak gitu lagi." omel Anin.

"Udah tenang aja. Aku bakal menangani semuanya."

"Yaudah terserah kamu saja."

Bukan hari keberuntungan bagi 5 sahabat itu. Tadi pagi, Angga keisangan dan telat masuk ke kampus. Dosen mata kuliah pertama terkenal galak, Angga pun terkena ocehannya. Ahmad yang tadi membawa bekal dari tempat kos, makanannya tiba-tiba terjatuh dan tidak menyisakan satupun makanan. Ayu tidak dapat kebagian untuk sekelompok dengan sahabatnya. Nisa ngerasa bingung karena teman sekelompok mata kuliah lain nya tidak masuk padahal tugas harus dikumpulkan besok. Sedangkan Anin, ia merasa sangat kesal hari ini karena sudah banyak orang yang membuatnya kecewa dan marah.

Rasanya lucu jika dipikir-pikir. 5 sahabat sekaligus mendapatkan hari yang buruk pada hari yang sama.

"Argh,.. masih kesel gue." Ahmad memukul-mukul meja dengan pelan. Kesalnya bukan main. Rencana untuk nabung malah gagal.

"Wailah tenang aja. Besok bisa mulai nabung kan?" oceh Anin jutek.

"Ya kalo hari ini nabung, tabungan gue bakal nambah NIn."

"Iya sih.."

"Hahahaha..." suara tawa Ayu dan Nisa terdengar hingga kuping Anin.

"Kalian kenapa?" tanya Anin penasaran.

"Ini nih si Nisa abis ngelawak. Kocak banget dah." 

"Yeuu... kamu aja tuh pikirannya liar." Nisa membela diri.

"Enggak-enggak. Kamu emang lucu lawakannya."

Anin menggeleng. bingung melihat dua sahabatnya itu.

"Woy!" Angga menepuk pundak Ahmad.

"Darimana aja lu Ngga?"

"Kepo banget dah lu." Angga duduk dibangkunya.

"Eh Ngga, gue punya lawakan nih." Ucap Nisa

Angga menoleh dan menunggu lawakan Nisa. Nisa pun menceritakan lawakannya. Angga tampak bingung pada awalnya.

"Ngga... ketawa dong!" omel Nisa.

"Hahaha" Angga pun tertawa.

"Gue ngeliat sesuatu dari dalam diri Angga." ucap Ayu dalam hatinya sambil memperhatikan sahabatnya itu.

 

.....

 

"Aku langsung pulang kok.." Ucap Nisa di dalam teleponnya.

"Bohong..."

"Serius Rangga.."

"Awas ya.. aku gak mau sampe denger kamu deket sama cowok-cowok lain."

"Iya tenang aja."

 

Rangga namanya. Seorang anak laki-laki yang berhasil membuat hati Nisa luluh tanpa ada alasan. Mereka sudah berpacaran sejak mereka Sekolah Menengah Atas. Rangga dan Nisa terlihat saling menyayangi, tetapi bagi orang lain ada suatu hal yang bisa menyakitkan Nisa.

Rangga dikenal dengan sosok seseorang yang overprotective. Dia tidak mau Nisa dekat dengan teman laki-lakinya. NIsa yang awalnya tidak menyalahkan sebuah permasalahan dengan temannya, Rangga membuat Nisa agar ia menjauhi temannya itu. Kejam, namun Nisa tetap menyayangi Rangga.

"Siapa Nis?" tanya Ayu melihat Nisa setelah selesai menelpon Rangga.

"Rangga.."

"Kenapa dia?"

"Hem.. kayaknya kita gak jadi ke mall deh." Nisa lesu.

"Loh? kok gak jadi?" 

"Si Rangga nyuruh aku pulang langsung."

"Kok gitu?"

"Ah sudahlah. Sudah biasa aku."

"Terus kamu tidak jadi beli hadiah untuknya?" 

"Itu gampanglah.. hahaha." Nisa kecewa tetapi memaksakan dirinya untuk tetap bahagia.

"Tipe cowok lo tuh gimana dah?" Anin penasaran mendengar percakapan Nisa dan Ayu.

"Ah dia.. dia orangnya baik, pehatian, dan.."

Belum terjawab sepenuhnya Anin menambahkan jawaban Nisa dengan ejekan, "Overprotective?"

Nisa terdiam.

"Anin..."

"Ya udah kebaca si pacar kamu itu orangnya begitu. Pake segala nyuruh langsung pulang."

"Iya Nis. Kamu udah berapa lama suka diginiin sama dia?" Tanya Ayu yang sebenarnya kesal mengetahui kelakuan Rangga.

"Dari dulu sih. Dari pas baru pacaran sama dia."

"Pas baru pacaran sama dia udah gitu? gila yaaa..." Ayu makin kesal.

"Ya kan biasa kali pacar begitu. Ingin melindungi aku.. Eaaa..." jawab Nisa seolah-olah dirinya merasa tidak apa-apa.

"Heem.. yaudahlah. Kan kamu yang menjalani jadi semua tergantung padamu. Kalo aku boleh kasih saran ya hati-hati aja dan kalo kamu ngerasa tidak kuat jangan dilanjutkan. Kasian kamunya."

Nisa mengangguk.

"Si Rangga tuh kurang bersyukur bisa punya pacar kayak kamu Nis."

"Apaan sih.."

"Ya emang benar kan?"

 

.....

 

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Disebelah Ayu belum terlihat ada Anin. Nisa pun juga belum terlihat keberadaannya. Angga dan Ahmad tidak perlu dipertanyakan lagi karena mereka sudah terbiasa datang telat.

Ayu mulai khawatir. Khawatir karena teman-temannya belum datang. Kehilangan teman untuk satu hari saja membuat dia merasa tidak nyaman. Tidak ada yang bisa ia ajak becanda.

"Woy!!" Ahmad membuat Ayu terkejut.

"Duh Ahmad. Ngagetin aja." Ucap Ayu tanpa marah.

"Anin mana?"

"Belum dateng tuh."

"Bolos kali tuh anak hahaha. Yaudah Yu." Ahmad duduk didepan Ayu.

Tidak lama kemudian Angga pun datang dan seperti biasanya ia hanya menyapa Ahmad.

"Sebal." Batin Ayu melihat kelakuan Angga.

"Weh Angga. Anin mana?" Tanya Ahmad kepada teman sebangkunya itu.

"Mana gue tau. Abis main kali tadi malem sampe kesiangan."

"Lu emang abis ngajak bertarung kemaren?"

"Enggak, gue gak ada kontak-kontakan sama dia."

"Oalah.."

 

"Rina!" Ayu memanggil teman sekelompoknya.

"Apa?"

"Itu, tugas kita gimana? minggu depan udah presentasi."

"Oh ya? gampanglah bagi-bagi aja kita." balas Rina.

Ayu tidak yakin dengan ucapan Rina. Ia tidak yakin teman sekelompoknya itu akan mengerjakan tugasnya karena dua hari yang lalu Rina bilang ia akan mengerjakan tugasnya, namun pada kenyataannya tidak mengerjakan. "Nasib" slogan Ayu untuk teman sekelompoknya itu.

 

.....

 

Sebagai seorang introvert, kehilangan satu teman dekat saja membuat dirinya tersiksa. Teman yang dapat mengerti dia, teman yang dapat tau keburukan dia, teman yang tulus membagi suka dan duka mereka. Itu semua adalah sebuah warna kehidupan sang introvert. Baginya tidak ada yang penting selain sebuah kedekatan dibandingkan sebuah penghianatan yang ada. Punya banyak teman tidaklah berarti.

Mendengar kabar Nisa akan pergi langsung dari mulut Nisa sendiri, jujur Ayu merasa kecewa dan sedih. Mengapa teman dekatnya harus pindah begitu saja.

Kabar Nisa ingin pindah jurusan dan kampus tidak hanya sebatas diketahui oleh Ayu, tetapi Anin, Angga, dan Ahmad pun sudah mengetahui.

“Kenapa pindah? Sayang loh. Bertahan aja disini.” Saran Anin.

“Hehe.. gak kuat.”

“Yaa.. yang ngerasain salah jurusan gak cuman aku aja. Aku juga Nis. Aku bertahan disini karena yaa aku gak mau sia-sia aja.” Curhat Anin agar Anis dapat mengerti.

“Apa benar hanya karena gak kuat? Gak kuat kenapa? Kuliahnya kah?”

“Hehe.. iya kuliah dan jujur teman-teman disini.”

Ayu menoleh ke arah Anin, memastikan bagaimana perasaan Anin ketika mendengar ucapan Nisa tadi.

Anin yang tidak sadar Ayu mempehatikannya kembali memberi saran kepada Nisa.

“Kalo masalah teman, kamu tenang aja. Selama kamu benar kamu gak bakalan ngerasa kesepian. Lagipula buang-buang waktu kamu Nis.”

“Hehe.. tetap ah mau pindah. Passion aku bukan disini.”

“Yaudah Nis. Terserah kamu saja mau gimana. Aku tidak ingin memaksa kamu harus tetap disini. Masa depan semua di tangan kamu.” Ucap Ayu.

“Yak betul tuh kata Ayu. Gue sebagai temen lu ya hanya memberi saran. Selebihnya kamu sendiri yang menentukan semuanya.”

“Iya, terimakasih kawan-kawan atas sarannya.”

 

.....

 

NIsa menarik tangan Ayu. Ada hal yang ingin dibicarakan oleh Nisa hanya berdua saja dengan Ayu. Ayu merasa bingung dibuatnya karena tidak biasanya Nisa seperti ini.

"Yu, kamu ngerasa ada sesuatu yang aneh gak?"

"Maksudnya?"

"Iya ada yang aneh aja."

Ayu semakin tidak mengerti, "Aku gak ngerti Nis."

"Itu si Anin, dia kok deketnya sama Angga sama Ahmad aja sih? Gak terlalu merhatiin kita."

"Hah?" Ayu terkejut melihatnya.

"Iya. Kamu emang gak ngerasa beberapa hari ini dia ngejauh dari kita?"

Ayu menggeleng, "Enggak tuh Nis."

"Heem.. gitu ya. Kalo aku ngerasa Anin sekarang gitu."

Tidak ada kata yang bisa diucapkan oleh Ayu. Ayu benar-benar tidak merasakan itu, tetapi disisi lain ia merasa apakah dirinya tidak peka?

"Yaudahlah gak apa-apa. Mungkin perasaan kamu aja Nis dia kayak gitu."

"Aku serius.. aku jujur agak sebel. Cuman yaudahlah."

 

Nisa dan Ayu pun kembali ke kelas setelah mereka keluar untuk berbicara berdua dan shalat.

Ayu pun menoleh ke arah Anin yang terlihat sedang asyik bermain dengan Angga dan Ahmad. Anin tersadar dan menoleh ke arah Ayu serta mengajaknya untuk ikut bermain dengannya.

"Sini" Ajak Anin mengaba-ngaba.

"Iya nanti ya." Jawab Ayu yang kemudian mengambil sebuah barang di tasnya.

"Yuk ke Anin Nis."

"Hah? eh.. ayuk."

 

Mereka bermain. Membincangkan hal-hal aneh dan tertawa bersama. 4A, dan juga Nisa, terkenal sebagai perkumpulan anak-anak aneh. Aneh dalam artian mereka dapat mencerna setiap omongan yang aneh-aneh walaupun ditanggapi dengan berbagai macam tanggapan oleh masing-masing dari mereka.

"Gue udah gak ngerti lagi dah sama orang yang bikin meme ini. Gak ada kerjaan banget." Ucap Ahmad sambil menahan tawa.

"Eh, gue kasih tau ya. Ini namanya imajinasi yang kuat." jawab Angga menanggapi Ahmad yang sedaritadi mecoba untuk menahan tawa.

"Kreatif cuy." Tambah Anin.

"Apaan sih? kalian ngomongin apaan?"

"Ini nih meme ini." Ahmad menunjukkan gambar meme yang telah lama mereka perbicangkan. 

"Bodo amat." Nisa kesal melihatnya.

"Kan... gue aja gak habis pikir sama ini meme." ucap Ahmad.

"Tawa nama Mad." Anin meledek.

"Enggak."

"Halah, bentar lagi juga nyengir lu." Tambah Angga mengejek Ahmad.

 

.....

 

"Aku sama Angga sama Ahmad pergi jajan dulu ya." Anin menepuk pundak Ayu yang sedang asyik megobrol dengan Nisa.

"Oh yaa.."

Anin, Angga, dan Ahmad pergi ke kantin untuk membeli makanan. Ayu dan Nisa saat itu tidak pergi makan karena mereka sedang berpuasa.

"Yu.."

"Kenapa Nis?"

"Mereka itu kenal sama kamu dari awal?"

"Hemm.. enggak sih. Yang pertama banget sih Anin terus lama kelamaan kenal sama Angga sama Ahmad."

"Oh gitu.."

"Emang ada apa?"

"Enggak apa-apa sih. Kok makin kesini aku liat kamu sama mereka ngejauh gitu?"

"Maksud Nisa apa?" Batin Ayu setelah mendengar ucapan Nisa.

"Ngejauh gimana maksud kamu? aku tidak mengerti."

"Ah... itu. biasanya kan dia sering ngajak kita jajan. DIa kayaknya sekarang maunya deket sama Angga sama Ahmad aja."

"Perasaan kamu aja kali. DIa kan tau kita lagi sering puasa. Makanya kadang gak ngajak ke kantin."

"Tapi jujur, aku sedikit kesal melihatnya. Aku kayak gak dianggap."

"Hah? ngomong apaan sih kamu Nisa. Gak boleh ngomong gitu."

"Hehe ya begitulah."

 

Sementara di kantin. Anin, Angga, dan Ahmad sedang menyusun rencana untuk pergi ke kantin fakultas sebelah.

"Besok, kita harus makan disana. Titik." Ucap Anin dengan nada tegas.

"Kayanya pengen banget lu kesana."

"Ah jelas lah. Lagian ngapain ada peraturan kayak gitu."

"Haha.. ya dah besok ya kesana." Ahmad menyetujuinya dan disusul oleh Angga.

"Eh iya ngomong-ngomong nih ya. Gue ngerasa ada sesuatu deh di antara kita."

"Maksudnya apa Nin?" Angga mencoba mencerna ucapan Anin.

"Ya ada yang berbeda aja. Jujur gue ngerasa aneh."

"Aneh apanya sih Nin? perasan baik-baik aja."

"Ih pokoknya gue ngerasa ada yang aneh aja diantara kita."

"Maksudnya si Ayu?" Ahmad menebak yang dimaksud Anin.

"Heem..."

"Siapa?" Tanya Ahmad.

"Iya itu pokoknya ada yang aneh diantara kita."

"Kan bener pasti si Ayu." Ucap Ahmad dengan penuh keyakinan.

"Gue gak ngomong apa apa Mad. Kok lu main menilai gitu aja."

"Hahaha.. dia sensian. Gue becanda woy."

"Iya dah iya."

"Tapi bener kan si Ayu?" Ahmad menggoda Anin.

"Bener-bener ya lu. Gue gak ngomongin Ayu." Anin membentak Ahmad yang tidak mengerti dirinya sedang merasa bingung.

 

.....

 

Mahasiswa dan mahaswi dari Fakultas Pertambangan dan Perminyakan berkeliaran di zona kantin mereka. Anin, Ayu, Angga, dan Ahmad dengan serunya memperhatikan mereka yang ternyata diam diam juga memperhatikan 4A. Sensasinya luar biasa jika bisa diungkapkan dengan kata-kata. Siapa yang berani masuk ke zona itu selain mereka yang berani untuk pergi kesana.

4A memang telah mempersiapkan itu dari jauh-jauh hari dan baru saat itu mereka memiliki kesempatan melaksanakan misi mereka yang bisa dibilang diluar nalar para mahasiswa selain Falkutas Pertambangan dan Perminyakan.

"Hahaha... sumpah gue ngakak dah." Ucap Ahmad yang sehabis memergoki seseorang memperhatikan mereka.

"Bodo ah. Lagian ngapain coba. Gak guna." Anin merasa tidak peduli dengan pandangan para mahasiswa kepada dirinya itu.

"Tadi gue liat mereka omongin kita tuh." Angga menambahkan.

"Yang mana?"

"Tuh Nin yang disebelah sana."

Dua anak perempuan dan tiga anak laki-laki benar saja sedang memperhatikan gerak gerik 4A. Sambil berbisik, mereka memasang raut wajah sinis.

"Wailah emang ini kampus punya dia apa."

"Haha.. bener dan gue mau ngakak."

"Udah ketawa aja Mad. Gak ada yang larang." Angga memukul pundak Ahmad.

"Tapi bener juga sih, kita udah gila banget ini beraninya kesini." Ayu angkat bicara.

"Wah.. pengalaman ini mah namanya Yu hahaha.." Jawab Ahmad.

"Besok kita kesini lagi ya."

Ayu, Anin, dan Ahmad terkejut seketika mendengar ajakan Anin yang tidak main-main itu.

"Kenapa teman-teman? seru kan? hahaha..."

"Ya ampun Nin.." Angga bingung dengan kelakuan temannya itu dan kelakuan dirinya sendiri yang berani melakukan hal sekonyol ini.

 

.....

 

Ujian Tengah Semester. Apa yang bisa dibayangkan ketika melihat kata itu?

Ayu, Angga, Anin, Ahmad, dan Nisa bersiap - siap membawa tugas mereka masing - masing. Tiga buah maket berwarna - warni ada di tangan mereka masing - masing. Beberapa UTS bisa dibawa pulang oleh mereka dan dikerjakan di rumah. 

Meja telah tersusun rapih sesuai dengan kelompok dan dosen pembimbing mata kuliah masing - masing kelompok. Ayu dan Ahmad satu kelompok dengan enam mahaiswa lainnya sedangkan Anin dan Angga satu kelompok dengan Nisa serta empat mahasiswa lainnya.

Ayu menoleh ke samping kananya. Igni, teman Ayu yang absennya berada di atas absen Ayu, tampak belum datang. Presentasi akan dimulai sesuai dengan nomor urut absen. Jika Igni datang terlambat, secara otomatis Ayu yang akan menjadi orang pertama untuk presentasi. 

"Semangat.." Ahmad menepuk pundak Ayu yang sedang tegang - tegangnya.

"Iya. Semangat juga lu."

Dosen pembimbing kelompok Anin, Angga, dan Ayu telah datang. Dengan muka jutek yang seperti biasanya, ia menaruh kertas-kertas penilaian dan berkeliling untuk melihat hasil kerja mahasiswa - mahasiswa nya.

"Gilaa.. gue takut dah." Kata Angga melihat Anin yang sedang sibuk membetulkan maketnya.

"Hahaha santai sajaa..." Jawab Anin menenangkan hati Angga.

 

Sepuluh menit berlalu. Igni sudah datang. Ayu pun selamat dari bencana yang dapat membuatnya mati beku. Di sisi lain, Anin mempesiapkan diri untuk presentasi karena ia orang pertama yang akan presetasi.

"Selamat Pagi bapak.." Igni mulai berbicara mempresentasikan apa yang telah ia kerjakan.

Di samping Igni, Ayu memperhatikan Igni dan mencoba untuk memperhatikan kata - kata yang keluar dari mulut Igni.

 

Anin dengan tegasnya mempersentasikan hasil karyanya. Angga yang duduk di samping kedua dari Anin melihat maket di sekelilingnya.

"Bagus-bagus banget." ucapnya dalam hati.

NIsa yang duduk di antara Angga dan Anin hanya bisa terdiam karena sangking gugupnya.

"Ini adalah ruang semi terbuka. Saya terinspirasi dari bentuk bunga yang kuncup.." 

"Anin terinspirasi dari bentuk bunga yang kuncup? Apa kabar gue yang bentuknya gini-gini aja." Angga menyadari bahwa ia membuat maket tanpa tahu apa sebenarnya yang ia buat.

 

Setelah Igni, Ayu pun presentasi. Sebagai seorang Introvert, ia merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Untungnya, ia sudah mempersiapkan kata - kata yang ia jadikan bahan presentasi.

"Selamat Pagi bapak dan teman - teman saya sekali. Kali ini saya akan mempresentasikan tiga hasil karya saya. Hasil karya ini menggunakan berbagai macam bahan yang kemudian saya jadikan sebagai ruang terbuka, semi terbuka, dan tertutup.." 

Ayu menjelaskan dengan lugasnya tanpa mempedulikan keadaan sekitarnya yang bisa membuat dirinya kagok.

 

Jam ujian pun selesai. Setelah membereskan meja masing - masing, Ayu, Anin, Angga, Ahmad, dan Nisa pun segera berkumpul di kantin. Mereka menceritakan bagaimana ujian mereka.

"Gue gak tau mau ngomong apa sangking gugupnya hahaha.." cerita Ahmad.

"Sama Mad. Gue aja kaget pas Anin cerita dia dapet inspirasi dari bungan yang kuncup. Gue liat maket gue langsung mikir. Gue buat apaan hahaha.." Nyambung Angga.

"Lah, lu gak tau aja Ngga. Sebenernya juga gua gak tau gue ngomong apaan. Gue main asal ngomong aja. Yang penting yakin." Anin membalas omongan Angga.

"Aku mah apa atuh. Presentasi juga bingung mau ngapain." ucap Nisa.

"Gue mah nyatet dulu tadi mau ngomong apaan."

"Tapi gue liat - liat lu takut tuh pas si Igni belom dateng hahaha." Ejek Ahmad.

"Ya kalo dia gak dateng. Gue orang pertama yang bakal presentasi Mad."

"Hahahaha.."

 

.....

 

Hari itu adalah hari dimana Nisa mengetahui suatu hal yang membuat dirinya bisa menebak. Ayu, teman dekatnya, menceritakan semua isi hatinya kepada Nisa. Nisa bisa melihat dari mata Ayu bahwa Ayu tidak dapat membohongi dirinya sendiri.

"Sejak kapan?" tanya Nisa mencoba meyakinkan semua yang ada di benaknya.

"Sejak pertama kali deket sama dia. Maksudnya pas pertama kali deket sama dia terus lama - lama aku bisa ngeliat sesuatu dari dalam diri dia."

"Sebenernya aku juga bisa liat sih kalo kamu itu punya perasaan sama Angga. Aku cuman bisa diem aja karena aku gak mau rahasia kamu terbongkar haha.."

"Sejak kapan kamu tahu soal ini?"

"Dari dulu hehe.."

Ayu tersipu malu. 

"Angga orangnya baik kok. Waktu itu aku pernah dianterin sama dia sampe halte terus dia beliin aku jajanan semacam permen gitu."

"Oh ya?"  Ayu terkejut, namun hanya bisa ia pendam di dalam hatinya. Ayu tahu jika ia menunjukkan rasa irinya justru akan lebih menyakiti dirinya sendiri.

"Iya.. dia baik banget Yu. Kamu sendiri kenapa bisa suka sama Angga?"

"Haha.. aku juga gak tau Nis. Rasanya tumbuh begitu aja. Aku kayak ngeliat sesuatu aja dari dalam diri dia tapi entah apa."

"Terus, kamu ingin mengungkapkannya?"

"Ya gak tau haha. Ini kan rahasia hati aku dan saat ini kan permasalahannya bunga tumbuh di tanah tandus dimana aku punya perasaan yang salah sama sahabat aku."

"Hehe.. good luck ya."

Ayu tersenyum, "Iya.. semoga cepat menghilang."

 

.....

 

Ayu dengan senangnya memilih dua kelinci yang akan dibeli oleh ayahnya untuknya. Sudah lama sekali Ayu ingin mempunyai binatang peliharaan sebagai pengiburnya di rumah. Ayu adalah sosok pecinta binatang terutama kucing, namun karena ayahnya tidak suka jika Ayu melihara kucing, Ayu akhirnya memilih kelinci, binatang ke dua kesukaan Ayu,

"Pilih yang putih aja.. lucu itu." Ibu Ayu membantu Ayu memilih kelinci yang bagus dan lucu. 

"Beli dua kan? satu lagi apa?" Ayu menyetujui pilihan ibunya itu.

"Ini aja warna item lebih lucu." Jawab Putra, kakak Ayu.

"Ah iyaa.. bagus itu." Ayah Ayu menyetujui pilihan kakak Ayu.

"Berapa bang?" Ibu Ayu mulai melakukan tawar menawar dengan penjual kelinci.

"Oh ini..."

 

Ponsel Ayu berdering. Pesan singkat NIsa diterima oleh Ayu. Mereka sedang berbicang lewat pesan singkat untuk menanyakan kabar Nisa apakah Nisa diterima apa tidak dan ternyata..

"Alhamdulillah Yu, aku diterima." Pesan Nisa untuk Ayu.

Ayu yang melihatnya senang sekaligus sedih. Bagaimana tidak, temannya itu akan pindah.

"Alhamdulillah Nisa. Selamat ya." Balas Ayu selesai membaca pesan singkat yang dikirim Nisa.

"Iya terimakasih ya Ayu."

"Berarti besok kamu tidak lagi ke kampus dong?"

"Besok aku mau ke kampus. Aku mau nyelesaiin UTS haha kan nanggung tinggal satu lagi."

"Oh gitu, okelah. sampai bertemu di kampus besok."

 

Ayu menghela nafas. "Sayang sekali, tapi mau gimana." batinnya. Ayu kembali sibuk memilih kelinci sampai pada akhirnya Ayu menerima pesan singkat dari Anin.

"Ayu?" kata Anin lewat pesan singkat.

"Iya Anin kenapa?" Ayu segera membalas pesan singkat Anin.

"Si Nisa gimana? dia keterima?"

Ayu bingung, "Memangnya Nisa tidak memberitahu Anin jika dia diterima?" ucapnya dalam hati.

"Memang kamu belom dikasih kabar dari nya?"

"Heem.. belom tuh. Kan dia lebih sering cerita sama kamu."

"Oh gitu, iya dia bilang katanya diterima, tetapi besok dia masih ke kampus untuk menyelesaikan UTS."

Anin tidak membalas pesan singkat terakhir Ayu. Sambil menunggu balasan Anin, Ayu merasakan ada hal yan aneh, namun ia tetap berfikir positif.

"Baiklah haha.." Anin membalas setelah 10 menit berlalu.

 

.....

 

Senin, hari pertama setelah selesainya ujian tengah semester. Tugas dibagikan oleh para dosen mata kuliah Percancangan Arsitektur. Dosen memberikan proyek ke-2 dimana para mahasiwa harus membuat pos pengawas pantai. Terpampang di kertas tugas bahwa pos itu harus muat kurang lebih 4 orang pengawas. Ruang dan sirkulasi harus sangat diperhatikan demi kenyamanan pengguna pos tersebut. Bentuk pantai dibebaskan. 

Ayu, Anin, dan Angga hanya dapat menatapi kertas tersebut. Mereka mulai memasuki dunia merancang bangunan. Perasaan sedih, senang, terkejut, dan tegang dirasakan oleh mereka terkecuali Ahmad yang dengan dewasanya menerima keadaan.

"Heem.. udah masuk merancang nih." ucap Anin diiringi helaan nafas.

"Semangat guys. Pasti bisa.." Ahmad mencoba memberi semangat kepada tiga sahabatnya itu.

"Iya lu juga Mad. Jangan kita doang." balas Anin.

"Gue mah udah ikhlas." 

Ayu dan Angga serentak memperhatikan Ahmad yang dengan tegarnya menerima semuanya.

"Yu, Ngga. Dibawa santai saja.." Ahmad menoleh ke arah Ayu dan Angga yang tidak membalas ucapan semangat dari Ahmad.

"Iya iya.." Angga kesal.

"Hadeh.. cobaan apa lagi ini. Besok mau presentasi mata kuliah Pengantar Arsitektur. Sekarang disuruh mulai ngerjaian proyek baru. Kenapa hari gue begini amat. Masih mending kelompok mata kuliah Pengantar Arsitektur gue bener. Ini mah.." batin Ayu yang tidak mendengar percakapan Ahmad dan Angga.

"Woy! bengong aja." Ahmad membuat Ayu terkejut.

"Hahaha..." Ayu terbangun dari lamunannya.

 

Hari selasa, tepat dimana presentasi mata kuliah Pengantar Arsitektur akan berlangsung. Anin, Angga, dan Ahmad terlihat tenang karena mereka telah mengerjakan tugas mereka dengan baik. Sedangkan Ayu, ia kebingungan karena ia sendiri yang mengerjakan presentasi mata kuliah itu. Ayu tidak bisa berfikir jernih hingga membuat dirinya memasukkan kata kata yang tidak penting ke dalam slide presentasi. Padahal dosen mata kuliah yang bersangkutan tidak suka jika slide materi presentasi dibuat dengan menggunakan yang panjang lebar tanpa ada poin-poin penting. "Kumat lagi kan, kelompok aku belom dateng Nin." ucap Ayu kepada Anin yang sedang asyik memainkan ponselnya.

"Yaudah tungguin aja Yu."

"Tungguin sampe kapan? Tahun jebot? dari dulu gini terus. Di kirimin pesan singkat pada susah balesnya." Ayu mendumel.

"Ya.. emang karakter begitu. Tapi kamu udah selesai bikin materinya kan?"

"Udah, tapi aku gak tau ini bakalan bener apa enggak."

"Yaudah tidak apa-apa. Yang penting udah ngerjain. Aku sarankan juga bilang ke dosen kalo kelompok kamu itu gak ada yang kerja. Susah banget buat diajak kerja sama."

"Heem.. iya nanti aku coba bilang deh."

Presentasi pun dimulai. Kelompok pertama yang maju adalah kelompok Anin.

Ayu yang duduk dibarisan kedua dari depan memperhatikan teman-temannya itu presentasi sambil mengambil kesempatan menoleh ke arah dosen yang memasang raut wajah tidak enak.

"Haduh, kayaknya bu Rita bakalan marah nih." Ucap Ayu dalam hati meramal apa yang akan diucapkan oleh dosen killer nya itu.

"Kalian ngejelasin apa sih? Saya kurang ngerti. Materi yang kalian presentasi itu tidak nyambung dengan pokok bahasan. Kalian baca gak sih?" Bu Rita berbicara dengan nada Tegas seperti orang yang kecewa dengan hasil tugas mahasiswa nya.

"Maaf bu, tapi kami sudah membacanya." Ahmad dengan berani menjawab omelan Bu Rita.

"Kalo kalian baca tidak mungkin kalian presentasi seperti ini."

"Iya maaf bu. Boleh kami lanjutkan?"

"Iya lanjutkan aja."

Sementara di tempat duduk Ayu, Ayu berkeringat dingin melihat apa yang telah terjadi dengan teman-temannya di depan.

"Gak kebayang kalo gue ngomong disitu sendirian dan materinya gak jelas. Bisa-bisa nilai gue ancur." ucap Ayu dalam hati.

 

Anin, Angga, dan Ahmad pun selesai presentasi. Kini giliran kelompok Ayu yang maju. Hari itu kelompok Ayu yang datang hanya Igni dan Andi. Mereka bertiga maju ke depan, namun Igni dan Andi tampak tidak merasa bersalah karena tidak membantu Ayu mengerjakan tugas-tugasnya.

"Selamat siang ibu dan teman-teman sekalian. Kali ini kami akan mempresentasikan..." Ayu membuka presentasi dan mulai mempresentasikan tugas nya. Tidak disangka bahwa tugas yang dikerjakan oleh Ayu itu sama sekali tidak sama dengan apa yang diperintahkan dosen.

"Bukan ini yang saya maskud." Bu Rita marah kepada kelompok Ayu.

"Yu, lu emang ngerjainnya gimana deh?"

"Ya gue kerjain. Gue kan nanya ke kalian materi yang kemarin gue kerjain bener apa enggak. Kata kalian salah dan yang bener ini. Jangan sepenuhnya salahin gue dong." balas Ayu kesal.

Kelompok Ayu hanya bisa terdiam mendengar omelan Bu Rita.

"Sudah, sudahi saja presentasinya. Saya bingung dengan kelompok ini." 

"Baik bu. Maaf kami belum bisa sempurna." Kelompok Ayu pun berhenti presentasi dan entah akan mendapatkan nilai atau tdak.

 

.....

 

Ayu turun dari mobilnya. Tanpa disengaja ia melihat ketua angkatan sedang berbicara dengan kakak kelas dengan muka yang serius. Entah apa yang mereka bicarakan, namun yang Ayu tahu pasti bahwa akan ada acara berkumpul bersama setelah kuliah seperti biasanya. Setelah puas memperhatikan perbincangan sang ketua angkatan dan kakak kelasnya, ia bergegas pergi menghampiri Anin yang berada di perpustakaan.

Anin yang duduk di pojok perpustakaan melihat kedatangan Ayu yang terburu-buru menghampiri dirinya.

"Tadi aku ngeliat ada si Rena sama kak Bayu tuh." Ayu cerita.

"Kayaknya mereka ngomongin sesuatu deh. Mungkin acara angkatan. Soalnya di liat-liat mereka ngomong serius banget."

"Heem.. mungkin kali. Biarkan saja." Anin lanjut membaca bukunya.

"Kamu baca apaan Nin?"

Anin menunjukkan buku yang ia baca. Terpampang cover buku yang bergambarkan arsitektur jaman dahulu yang berarti Anin sedang membaca buku sejarah Arsitektur.

Ayu memutuskan untuk pergi mencari buku yang menurut dia berkesan. Lorong demi lorong Ayu telusuri. Buku-buku di sekitar dirinya membuat Ayu bingung untuk memilihnya. Ayu punya kebiasaan sulit untuk memutuskan buku yang akan ia baca karena terlalu banyak hal yang ia suka.

 

Pernah suatu ketika ia pergi bersama temannya ke toko buku untuk membeli buku yang ia cari. Ia mendapatkan buku itu, namun buku lain membuat dirinya tergoda. Alhasil, Ayu menghabiskan waktu berjam-jam untuk memilih buku mana yang akan ia beli. Temen Ayu dengan sabarnya menunggu dan menjawab setiap pertanyaan yang diutarakan oleh Ayu.

"Menurut lo mending beli ini apa ini?" Tanya Ayu kepada temannya itu.

"Menurut lo aja yang mana. Lo mau baca yang mana dulu."

"Gue bingung yang mana. Semuanya tertarik buat gue sih."

"Ya lu juga semua dibikin tertarik. Pilih aja yang paling banget lu suka dan pengen baca." Temen Ayu sedikit jengkel dengan kelakuan Ayu walaupun sebenarnya ia terbiasa dengan sifat Ayu jika bertemu dengan buku-buku yang ia suka.

"Hem.." ternyata omongan teman Ayu tidak membuat Ayu cepat memutuskan.

 

Akhirnya Ayu pun menemukan buku yang paling ia suka. Buku komik. Ya komik. Entah apa yang dia pikirkan, namun baginya komik lebih menarik ketimbang buku arsitektur.

Ayu kembali ke tempat duduk dan melirik ke arah Anin sambil menyengir tanpa rasa bersalah.

"Itu kamu seriusan baca begituan? haha.. udah ketebak." ucap Anin sambil mengejek Ayu.

"Hehe.. iya nih. Kayaknya lebih menarik komik ketimbang buku arsitektur saat ini."

"Saat ini ya? bukannya tiap saat? haha." Anin kembali mengejek.

"Ah udah.. jangan gitu ah. Jujur aja, kamu juga kan lebih tertarik main games ketimbang baca buku yang sekarang kamu baca?"

"Stt.. diem diem aja haha."

Ayu cekikikan melihat Anin bertingkah laku seperti orang yang baru saja ketauan melakukan kesalahan fatal dan tidak ingin ada yang tahu.

 

Pukul 11 siang. Tandanya adalah satu jam lagi kelas akan dimulai. Ayu dan Anin bergegas menuju kelas. Sesampai dikelas, mereka menemukan teman-teman sekelas mereka berkumpul. Mereka melirik ke segala arah untuk menemukan Angga dan Ahmad. Angga dan Ahmad berada paling belakang sambil memperhatikan teman-teman kelas yang sedang bersiap-siap mendengarkan omongan ketua angkatan.

"Ayu, Anin. Ayok duduk." ucap Rena setelah melihat Ayu dan Anin baru datang.

Ayu tersenyum dan duduk di dekat Ahmad serta Angga.

"Ngga, Mad. Ada apa sih?" Tanya Anin, beridiri sambil bingung.

"Mungkin ada sangkut pautnya sama tadi pagi Nin." Ayu tersadar dengan kejadian pagi itu.

"Gue juga gak tau ini kenapa. Kayaknya sih ada yang penting." jawab Ahmad.

"Lu sih Yu.." Angga menuduh Ayu dengan candaan.

"Kok gue?" Ayu mendengarnya pun bingung.

"Jadi.. besok kan hari Jum'at. Besoknya hari sabtu kan ya.. nah besok kita bakalan ke ancol buat ngumpul bareng-bareng gitu.." Rena mulai mengumumkan pengumuman penting.

"Wahhh gue sih pasti ikut. Yegak?" Salah seorang dari temen mereka antusias mendengarnya.

"Yoi."

"Semuanya harus ikut. Gue gak mau tau ya." Rena terdengar memaksa seperti biasanya.

"Heem iya deh iya." ucap Anin dengan suara pelan sambil memasang muka jengkel.

Ayu menoleh ke arah Anin dan memastikan temannya itu tidak akan ngamuk.

"Udah itu aja sih haha. Maaf mengganggu kalian ya.."

4A kembali ke tempat duduk mereka begitu juga dengan anak-anak lain.

"Hem, gue mau cerita sama kalian."

"Cerita apa Nin?" Ahmad penasaran.

"Gini.. bokap nyokap gue udah jengkel banget sama aturan disini. Maksudnya kenapa sih harus ada pemaksaan gitu. Bingung aja gitu."

"Haha yaa.. gak lu doang. Gue juga kok Nin." ucap Ahmad membela Anin. Ayu dan Angga hanya terdiam menyimak Anin bercerita.

"Ya gitulah. Gue sebenernya udah jengkel banget sih kayak gini. Gue cuman minta aja sama kalian, kalo kalian gak suka sama akan sesuatu. Ngomong aja ya. Kasian sama diri kalian sendiri. Apalagi Ayu sama Angga. Setidaknya kalo kalian gak suka dan gak berani ungkapin, bilang aja ke gue. Biar gue yang ngomong sama mereka." Anin melanjutkan omongannya.

"Haha.." Ahmad tertawa lelah.

"Iya Nin makasih ya." ucap Ayu merasa senang melihat Anin seperti itu.

"Gue mah kuat Nin kuat haha.." Angga ikut menjawab.

 

.....

 

"Bokap gue lagi ke kaprodi." Anin duduk di depan Ayu dengan tatapan yang serius.

"Gue udah gak tahan sama semua ini." lanjut Anin.

Ayu hanya dapat menatap balik temannya itu tanpa bisa mengucapkan satu kata pun dari mulutnya. Bagi Ayu memang ini semua terasa berat dan terlalu memaksa, tetapi Ayu tidak bisa membayangkan jika bapaknya Anin datang dan memarahi anak-anak angkatan. Anin akan merasakan efek dari semua itu. 

"Bokap gue juga bakal ketemu kok sama ketua angkatan."

Ayu masih diam seribu bahasa. Entah, ia merasa ini semua terlalu menegangkan untuk dibayangkan dan terjadi di dalam kenyataannya.

"Kok diem aja Yu?" tanya Anin mengetahui temannya itu tidak dapat bersuara.

"Enggak apa-apa Nin." Ayu seperti biasanya sulit untuk mengungkapkan hal yang ia pikirkan.

"Mudah-mudahan semuanya berubah deh." Anin memutar balikkan badannya. Pergi begitu saja keluar kelas.

"Itu anak mau kemana ya?" batin Ayu memperhatikan temannya itu.

Tidak lama Anin pergi. Angga datang dan menghampiri Ayu yang sedang mengosongkan pikirannya agar dapat di isi dengan nasib Anin.

"Yu, Anin sama Ahmad dimana?"

"Hah? tadi si Anin udah dateng cuman sekarang pergi keluar. entah kemana. Ahmad belum dateng tuh." Ayu tersadar.

"Oh gitu.." 

"Ngga, lu tau gak kalo bokapnya Anin ke kampus?" 

"Tau kok." jawab Angga tanpa mengalihkan wajahnya untuk menatap Ayu.

"Gue ngerasa khawatir."

"Khawatir kenapa lu?" Angga masih belum mengalihkan wajahnya.

"Ya khawatir, kalo ini bakalan timbul efek bagi Anin." Ayu terus melihat Angga yang sibuk dengan telepon genggamnya.

"Hah? efek apaan? haha," pada akhirnya Angga memalingkan wajahnya kepada Ayu.

"Ya kan bapaknya.."

"Bapaknya nganterin Anin ke kampus kan?" Angga memotong pembicaraan Ayu.

Mereka seketika terdiam. Ayu terkejut mendengarnya. Kesal dan ingin marah kepada temannya itu. Ayu kira Angga mengetahui bahwa bapak Anin ke kampus untuk membicarakan masalah angkatan. Ternyata di luar dugaan.

"Ngga.." Ayu menahan emosi memanggil Angga.

"Kenapa?"

"Lu tau gak apa yang ada di pikiran gua?

"Enggak tuh.." 

"Gue kira lu tau kalau bokapnya Anin ke kampus mau membicarakan masalah angkatan haha.."

"Ngakak. Haha.. gue gak tau kalo masalah itu."

"Haha yaudah kalo gak tau masalah itu. Tadi gue ngasih tau lu haha."

 

Anin kembali ke studio bersama bapaknya. Bapa Anin mirip sekali dengan Anin. Dengar - dengar orangtua Anin adalah orang yang bekerja di bidang hukum. Pantas saja memang jika keras sifatnya, seperti Anin yang tidak takut.

"Saya mau ketemu ketua angkatan." Bapak Anin angkat bicara.

"Saya pak." Sang ketua angkatan menunjuk dirinya dan menghampiri Bapak Anin.

"Boleh saya bicara?" Suasana studio hening dan sangat tegang. Tidak ada yang berani bicara sampai Bapak Anin, Anin, dan ketua angkatan keluar dari studio. Terdengar mereka berbisik-bisik bingung dan ingin tahu apa yang terjadi.

"Itu bapaknya Anin?" Kata-kata itu terdengar tidak jauh dari tempat duduk Ayu.

"Iya kayaknya. Ada apa ya?" Teman satu kelas gue mencoba melihat Bapak Anin, Anin, dan ketua angkatan yang berdiri dan berbicara serius di depan kelas.

Ayu menanggil Angga perlahan-lahan.

"Ngga..."

"Heem?"

"Gue takut deh."

"Kenapa?" Angga bingung.

"Ya takut aja."

"Berdoa aja gak akan terjadi apa-apa."

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6668      1494     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Rinai Hati
488      258     1     
Romance
Patah hati bukanlah sebuah penyakit terburuk, akan tetapi patah hati adalah sebuah pil ajaib yang berfungsi untuk mendewasakan diri untuk menjadi lebih baik lagi, membuktikan kepada dunia bahwa kamu akan menjadi pribadi yang lebih hebat, tentunya jika kamu berhasil menelan pil pahit ini dengan perasaan ikhlas dan hati yang lapang. Melepaskan semua kesedihan dan beban.
I have a dream
270      221     1     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
School, Love, and Friends
16505      2601     6     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Hati Yang Terpatahkan
1846      839     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Kisah yang Kita Tahu
5107      1446     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...