Soraya memoleskan sedikit lipgloss di bibir, merapikan seragam yummie chicken lalu melirik bilik toilet. “Cem, cepetan! Keburu bos datang, hukuman lo ditambah, loh!”
Terdengar Cempaka mendecak sesaat. “Harus, ya, gue pakai kostum ini? Sumpah, ini nggak banget, Aya!”
“Siapa suruh lo nantangin macan di sarangnya,” jawab Soraya dengan tenang. “Cepetan keluar, atau gue laporin sama Pak Adrian, nih!” teriaknya kemudian.
Perlahan pintu terbuka. Menampak raut wajah lesu dan muram Cempaka. Sementara, tawa keras berderai terdengar dari Soraya yang melihat sahabatnya dengan kostum ayam. Cempaka langsung menimpuk kepala Soraya sambil berkomat-kamit.
Tanpa menghiraukan Cempaka yang mulai menyerangnya, Soraya malah semakin kesulitan menahan tawa. “Lo cocok banget pakai itu, Cem!”
“Karpet, lo! Semua ini gara-gara bos omes!” cibir Cempaka kesal.
“Ya, lagian kenapa nggak lo terima aja, sih, cinta Pak Adrian? Dia kan, hot!” balas Soraya mengerling jahil.
“Ilfeel, sumpah! Lo pikir aja, masa baru juga selesai bilang, Cempaka, saya cinta sama kamu. Eh, bibirnya monyong-monyong ke gue kayak bibir ikan Dori!” terang Cempaka sambil memonyong-monyongkan bibir.
“Ngapa nggak lo embat aja? Kan lumayan dapat kupon berhadiah!”
“Ogah! Gue nggak suka cowok yang kelewat omes kayak gitu. Biarin dihukum jadi ayam, deh, daripada bibir gue ternoda! Bayangin, gimana nasib dan masa depan gue nanti?” Cempaka berteriak sambil memeluk tubuhnya sendiri dengan mimik muka lebay.
Soraya menoyor kepala Cempaka. “Sengklek!” cibirnya lantas berlalu pergi.
Dengan cepat, Cempaka mengejar Soraya yang pergi meninggalkannya menuju stand ayam goreng. Tempat kerja Cempaka yang saat ini membuatnya harus berperan sebagai maskot dari yummie chicken. Semua ini karena Adrian merasa kesal setelah gadis itu menolak mentah-mentah perasaan lelaki itu, bahkan berani menamparnya.
Perlu beberapa detik mengatur ekspresi wajah dengan senyuman manis, sebelum Cempaka mulai melakukan tugas agung dari Adrian. Gadis itu berdiri di bagian depan stand yummie chicken dengan tangan melambai-lambai dan bibir yang mengembangkan senyuman.
Terlebih, saat Adrian datang hendak melihat bagaimana pekerjaan bawahannya, Cempaka seketika memasang tampang manis bak seekor anak kucing. Tetapi sebenarnya, Cempaka adalah jenis anak kucing liar yang siap menyerang Adrian.
“Yuhu! Yummie chicken is here! Diskon gede-gedean, guys! Siapa yang mau ikutan games menarik di yummie chicken? Yang bisa ngerayu cowok tampan titisan es batu yang dinginnya ngalah-ngalahin pacar yang lagi ngambek ini sampai ketawa, bisa dapat potongan harga sampai lima puluh persen! Tada!”
Cempaka bersimpuh dan mengangkat kedua tangan ke arah Adrian. Seolah-olah tengah mempersembahkan bosnya sebagai kupon berhadiah.
Seketika Adrian menghentikan langkah dan mendelik marah kearah Cempaka. Sementara itu, Cempaka langsung berdiri tegak saat merasakan hawa kemarahan yang berhembus kuat dari Adrian.
“Cempaka! Maksud kamu apa?” bentak Adrian meminta penjelasan.
“Emm, saya mau membuat stand kita ramai pengunjung, Bos. Biar yummie chicken nggak rugi.” Cempaka berbisik seraya tersenyum licik.
“Ayo, ayo! Kupon berhadiah! Yang berhasil ngerayu Bapak Adri—“
Ucapan Cempaka terhenti, saat Adrian memeluknya dari belakang dan membungkam mulut gadis itu dengan tangan. Ia memukul lengan Adrian yang lancang menempel pada permukaan tubuhnya.
Namun, tiba-tiba saja banyak wanita mulai dari yang muda hingga yang tua berbondong-bondong menghampiri stand yummie chicken. Dengan sekuat tenaga, Cempaka melepaskan diri dari Adrian kemudian ia berlari kencang. Adrian yang hendak mengejar Cempaka kesulitan karena dikerubungi banyak wanita. Mereka berebut merayu Adrian agar dapat diskon ayam sebesar lima puluh persen.
Sebenarnya, akan sangat sulit bagi mereka untuk membuat Adrian tertawa. Terlebih, Adrian sedang dikuasai rasa kesal yang menjadi-jadi. Adrian menatap Cempaka yang semakin menjauh dengan marah. Namun, Cempaka hanya menjulurkan lidah dan segera ke luar dari area food fair tersebut.
“Kayaknya, abis ini gue bakal dipecut, eh, dipecat! Cih, biarin aja gue dipecat. Yang penting gue puas udah ngerjain si bos omes. Cemcem dilawan!”
Cempaka menghampiri chocolate-motor matic kesayangan gadis itu. Ia lalu merogoh saku hendak mengambil kunci. Tapi Cempaka lupa, bahwa sekarang ia tengah mengenakan kostum ayam. Lebih parah lagi, tas miliknya tersimpan rapi di meja stand yummie chicken.
Gadis itu menepuk jidat lalu berjalan mondar-mandir mencari ide. Saat ini juga, ia harus kabur sebelum Adrian mengejarnya. Tapi barang-barangnya tertinggal, termasuk dompet dan handphone.
“Duh, gimana ini? Pergi aja, atau masuk lagi? Uh, pergi-masuk-pergi-masuk? Hah, kalau kayak gini gue bisa gila!”
Dengan sangat terpaksa, Cempaka berjalan kembali memasuki area food fair. Ia sudah membuat masalah dan kini harus menantang maut dengan mendekati kembali sarang buaya yang tadi sudah dikerjainya.
Cempaka melihat beberapa orang sedang berbincang di ambang pintu masuk gedung food fair. Gadis itu pun berusaha mencari celah untuk masuk, namun tak ada jalan sedikitpun.
“Permisi, Om-Om, saya mau lewat!” ucap Cempaka meminta perhatian, tapi tidak ada yang menghiraukannya sama sekali. Ia akhirnya menarik jas seseorang yang berdiri membelakanginya. Lelaki itulah yang paling menyita jalan masuk, hingga ia sulit melewatinya.
Sialnya, meskipun Cempaka sudah berpura-pura pusing dan hendak pingsan, tidak ada seorang pun yang menghiraukannya. Tarikan tangan Cempaka pada jas lelaki itu pun tak dihiraukan. Karena teramat kesal, Cempaka membuka topi ayam dari kepalanya dengan kasar.
“Heh, lo minggir, KARPET!” teriak Cempaka dengan keras, hingga membuat semua lelaki di hadapannya menoleh. Tanpa sadar Cempaka memandang lelaki yang berdiri tepat di hadapannya dengan kagum. Untuk beberapa saat, lelaki itu menantikan reaksi Cempaka.
Tetapi gadis itu hanya terdiam, terhanyut dalam pandangan penuh kagum pada lelaki itu.
Akhirnya lelaki itu mengangkat tangan kanan dan menempelkan telunjuknya di kening Cempaka. Tak ada kata terucap hingga lelaki itu menurunkan kembali tangannya. Bahkan, mulut Cempaka bukannya tertutup malah terbuka lebar. Lelaki itu menatap heran pada Cempaka dari ujung rambut hingga kaki. Namun, sama sekali gadis di hadapannya tak bereaksi apa-apa. Karena malas meladeni gadis tidak jelas tersebut, lelaki itu berbalik dan kembali melanjutkan perbincangannya. Mengabaikan Cempaka dengan jantungnya yang sedang melakukan goyang dumang.
Satu menit.
Dua menit.
Cempaka menggeleng-gelengkan kepala dan menyadarkan diri kembali. Ia menghela napas kuat-kuat guna menenangkan hati. Sejenak menatap penampilannya dan tampak meringis.
“Ngapa gue mesti ketemu cowok tampan tiada tara dalam kondisi gue yang sekacau ini? Argh!” Cempaka bergumam seraya menepuk keningnya sendiri.
Tanpa memedulikan penampilan absurd-nya, Cempaka berusaha melewati keempat lelaki di hadapannya. Hanya saja, lelaki-lelaki yang berdiri di depannya terus saja menghalangi jalan.
“Eh, tadi dia nyentuh kening gue, ya? Adaw! Kayak ada krenyes-krenyesnya gitu!”
Cempaka mencolek-colek lelaki yang membuat mulutnya mengangga lebar. Lelaki yang tampan tiada terkira, menurut pandangan Cempaka. Namun, tentu saja, lelaki itu tidak mengindahkan colekan Cempaka seperti sebelumnya. Cempaka merasa sangatlah bodoh karena sudah menyia-nyiakan kesempatan pertamanya tadi.
Beberapa saat setelahnya, lelaki itu tampak berjalan masuk bersama tiga orang temannya ke dalam gedung food fair, tanpa sedikitpun menoleh. Bayangkan, Cempaka yang sejak tadi minta perhatian, malah diabaikan.
“Lihat aja! Jangan panggil gue Cemcem kalau nggak bisa dapatkan hati lo!”
Tanpa sadar, teriakan itu membuat semua pengunjung menoleh. Cempaka celingukan menatap orang-orang yang melihatnya dengan aneh. Ia meringis lalu memukul kostum ayam yang masih saja setia membungkus tubuhnya. Tanpa menghiraukan apapun lagi, Cempaka berlari menuju stand yummie chicken.
Sesaat setelah berada beberapa blok dari stand yummie chicken, Cempaka berjalan mengendap-endap agar tidak bertemu dengan Adrian. Ia berusaha mencari kesempatan untuk masuk dan mengambil barang-barangnya tanpa ketahuan.
Semua karyawan yummie chicken tampak sedang sibuk dengan teriakan pengunjung yang didominasi oleh perempuan. Tatapannya beralih pada sosok Adrian yang masih dikerubungi oleh para pelanggan yang merayu dan mencolek-coleknya, bahkan ada beberapa perempuan yang tampak menggelitiki Adrian sampai pria itu tertawa.
Cempaka terkekeh. “Harusnya gue dapat bonus karena udah bikin yummie chicken laris manis, xixixi! Rasain lu, makhluk mesum!”
Adrian sudah seperti akan pingsan saat ini. Wajahnya penuh dengan bekas lipstick karena mendapatkan ciuman dari beberapa perempuan. Kemejanya pun terlihat kusut. Rambut Adrian yang awalnya rapi, kini terlihat berantakan.
Cempaka berjalan mendekat, mengendap-endap memasuki stand yummie chicken. Ia bersembunyi di balik meja kasir tempat Soraya bertugas.
“Ssst, Ya! Tas gue mana?” bisik Cempaka.
“BUAYA BUNTUNG!” teriak Soraya kaget, saat melihat siluman ayam tiba-tiba bertengger di bawah kakinya. Cempaka memberi isyarat agar Soraya tidak berteriak apalagi menyebut namanya.
“Kenapa, Ya?” tanya Antika yang kebetulan lewat di depan meja kasir sambil membawa pesanan pelanggan.
“Eh, nggak. Gue ngerasa lihat siluman tadi. Tahunya elu, Ka!” jawab Soraya tersenyum kikuk.
“Dasar Opak bulukan!” gerutu Antika sebelum pergi.
Soraya menatap Cempaka saat dirasakan kondisi aman. “Lo ngapain di sini, Cem? Setelah lo ngajak perang Pak Adrian, lo masih berani balik lagi? Ketahuan sama Pak Adrian, lo bisa dikawin paksa, loh!”
Cempaka memukul lengan Soraya dengan kesal. “Mulutmu itu, Nak! Gue nggak ada waktu bercanda.”
“Memangnya gue kelihatan lagi bercanda?”
“Nggak, sih. Wasiat terakhir gue di yummie chicken, bilang sama bos omes kalau gue resign dari sini dan uang pesangon sama bonus hari ini titipin aja ke lo.”
“Uang pesangon sama bonus? Lo ngomong aja, nih, sama dengkul gue!”
Cempaka menatap dengkul Soraya lalu tersenyum. “Dengkul Aya yang kalah menggoda dari dengkul ayam, bilangin sama dia, ya, wasiat gue!”
Soraya menjitak kepala Cempaka. Sedangkan, Cempaka hanya cengengesan atas ucapannya sendiri.
Beberapa saat kemudian, Antika menghampiri Soraya dan memintanya mengantarkan pesanan pelanggan karena gadis itu mendadak sakit perut.
Baru saja Soraya mengangkat nampan hendak berjalan mengantarkan pesanan, Cempaka malah mengambil ayam goreng itu lalu memakannya tanpa merasa bersalah sedikitpun. Sementara, Soraya hanya menggeleng pelan.
“Tas gue mana?”
Soraya menyimpan nampan ke atas meja, kemudian berjalan ke sudut ruangan untuk mengambil tas Cempaka. Sedangkan, Cempaka sibuk mengintip sekitar, memastikan kondisi aman terkendali untuk melarikan diri. Ia menyampirkan tas selempang di leher lalu menatap Soraya.
“Lo fotoin bos omes yang lagi super kucel itu terus whatsapp-in ke gue. Mau gue post di IG!” ucap Cempaka lalu berbalik. “Gue pergi,” bisik Cempaka lantas meraih coklat dingin yang berada di atas nampan tadi.
Soraya menggeleng. “Dasar ikan asin!”
Kali ini, Cempaka sudah tidak dapat menggunakan jurus maling mengendap-endap. Karena sedikit-demi sedikit pelanggan mulai meninggalkan stand setelah berhasil merayu cowok tampan dan mendapatkan diskon setengah harga. Ia pun mulai merangkak menuju pintu keluar stand yummie chicken, saat sebuah sepatu hitam mengkilat tiba-tiba berada tepat di depannya.
Cempaka menyusuri sepatu tersebut dan menemukan sepasang kaki berbalut celana jeans hitam. Semakin tinggi Cempaka mendongak, ia melihat siapa pemilik sepatu itu. Cempaka membulatkan mata dan tanpa sadar membuka mulutnya lebar-lebar. Gadis itu meringis. “Asli, dia lebih seram dari genderuwo! Bos omes!”
Adrian memutar bola mata mendengar gumaman Cempaka. Ia memberi isyarat pada Cempaka untuk bangkit berdiri, tanpa mengeluarkan suara. Dengan lesu, Cempaka mengikuti perintah Adrian. Adrian menatap sebal Cempaka lalu tiba-tiba mengecup pipi gadis itu.
Hanya selang beberapa detik saja, Adrian terlempar karena Cempaka mendorong tubuh lelaki itu kuat-kuat, hingga menimpa banner yang berada di belakangnya. Cempaka mendelik kesal lalu berlari meninggalkan Adrian yang bangkit berdiri. Adrian meneriakkan nama Cempaka dengan keras. Cempaka yang panik terus berlari dan sesekali melihat ke arah belakang, memastikan Adrian tidak berada dekat dengannya. Ia beberapa kali berhenti untuk mencari tempat bersembunyi.
“Cempaka!”
Terdengar suara Adrian berada dekat di belakangnya. Cempaka berbalik dan menemukan Adrian berjalan semakin mendekat. Ia melangkah mundur menjauhi pergerakan Adrian dan bertekad untuk tidak akan menyerah.
Sementara Adrian melangkah maju, dengan sigap Cempaka melangkah mundur.
“Bapak Bos omes, pelis, dong! Pahit-pahit-pahit! Pergi yah, yah, yah?”
Cempaka memelas sambil menangkup minuman yang ia pegang dengan kedua tangan di depan dada, seperti orang yang sedang memohon. Bukannya mengabulkan permintaan itu, Adrian malah berjalan cepat mendekat hingga Cempaka tampak semakin panik dan berjalan mundur tanpa perhitungan.
Tanpa terduga, Cempaka menabrak sebuah kursi. Refleks ia mengarahkan kedua tangan ke belakang, untuk berpegangan pada sisian kursi. Berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang oleng. Minuman yang Cempaka pegang pun terlepas begitu saja. Ia terus menatap waspada ke arah Adrian, namun lelaki itu malah berfokus pada hal lain di belakang tubuh Cempaka.
Didorong oleh rasa ingin tahu, Cempaka membalikkan tubuh. Ia terhenyak dan menutup mulut dengan kedua tangan. “OH. MY. GOD!”
------------------
Nah, kayak gitu tuh kelakuan Cemcem. Semoga kalian suka, ya. Nanti akan ada banyaaaaaaakkk keseruan bareng Cemcem. Siapin mental buat nggak dikira stres karena senyum-senyum sendiri. ????????
Kalau suka ceritanya ????
???? Follow gue, buat dapat tahu update cerita.
???? Like gue, eh, like cerita gue buat mengapresiasi cerita gue.
???? Komentar cerita gue, buat ngasih masukan atau kritik yang membangun.
?Salam cemcemisme! ????
nice story
Comment on chapter 1. Balada Gadis Siluman Ayam