Loading...
Logo TinLit
Read Story - Meja Makan dan Piring Kaca
MENU
About Us  

     Hari ini murid-murid berprestasi mendapat formulir untuk melanjutkan sekolah ke universitas yang mereka inginkan. Shandy yang merupakan juara umum di sekolah pasti mendapatkan formulir tersebut. Raisa juga mendapat formulir itu, karena dia sering memenangkan perlombaan debat Bahasa Indonesia di sekolah.

     Shandy dan Raisa sedang menikmati kopi dan teh di cafe dekat sekolahnya sambil bercanda ringan dan mencari kesamaan atau pun perbedan keduanya. Mereka sudah sangat dekat, tapi masih sebatas teman dekat saja.

     Shandy teringat tentang formulir untuk memilih universitas yang akan dituju. "Kamu akan memilih kampus mana?" tanyanya.

     "Kalau kamu, kampus mana yang akan kamu pilih?" tanya Raisa kembali.

     "Kamu malah balik bertanya," jawab Shandy kesal. Dia berpikir sejenak, "hmm. Aku akan memilih kampus di kota ini dan tetap tinggal bersama keluargaku."

     Raisa mengangguk dan tersenyum. "Aku mungkin tidak mengisi kertas itu," jawab Raisa sambil menyedot minumannya.

     "Kenapa?" tanya Shandy heran.

     "Aku akan pergi ke luar negeri dan memilih New York sebagai negara tujuan."

     Shandy diam sejenak. "Apa kamu tidak ingin bersamaku di sini?" tanyanya ragu-ragu.

     Raisa tidak menjawab pertanyaan Shandy, dia hanya memberikan senyuman padanya.

     Shandy mengerti arti dari senyuman itu. Dia juga tidak ingin menghambat Raisa untuk mengejar impiannya hanya karena dia takut kehilangan Raisa. Tapi tidak dapat dihindari, hatinya sakit membayangkan Raisa yang akan meninggalkannya pergi jauh.

     Pertemuan itu berakhir dengan mengantar Raisa pulang ke rumahnya. Seperti biasa, Shandy hanya mengantarnya sampai di depan rumah Raisa.

     Di tengah perjalanan pulang, Shandy tidak bisa berpikir jernih. Pikirannya terus mengingat Raisa yang akan pergi jauh darinya. Aku tidak akan membiarkannya pergi begitu saja, aku akan membuat ini menjadi resmi. Shandy memutar kemudinya, dan pergi ke mall untuk membeli sebuah gelang di toko emas. Dia melihat-lihat dengan seksama dan memilih satu gelang emas yang dia rasa bagus di tangan Raisa. Harga dari gelang emas itu cukup mahal untuk anak seumurannya -- sekitar sepuluh juta. Dia mengingat dan menghitung tabungannya, lalu dengan yakin membelinya.

     Pagi ini, seluruh murid sudah berada di kursi masing-masing. Menunggu pelajaran berharga dari para guru di sekolah. Shandy menghampiri Raisa yang terlihat sangat ceria di kursinya. "Raisa. Aku ingin mengajakmu makan malam. Apa kau bisa?"

     "Bisa," jawab Raisa yang terlihat senang. Warna wajahnya semakin bertambah merah. "Dimana kita akan bertemu?"

     "Kita bertemu di cafe seberang Merdeka Walk pukul tujuh malam. Bagaimana?"

     "Baiklah. Aku akan bertemu denganmu di sana."

     Raisa begitu bahagia saat diajak makan malam oleh Shandy kali ini. Dia berdandan di depan meja rias, merias wajahnya dengan sangat sempurna lalu memilih dress yang tidak telalu mewah namun akan membuat orang terkesan saat melihatnya. Dia pamit pada orangtuanya untuk menghadiri sebuah acara bersama seorang teman. Orangtuanya memberi izin.

      Raisa menuju cafe dengan perasaan bercampur aduk. Dia bahkan menghentak-hentakkan kakinya dan menghentakkan jari tangannya di setir mobil seperti sedang mendengarkan lantunan musik yang ceria. Sesampainya di cafe, dia bertanya ke resepsionis posisi meja makan yang di pesan oleh Shandy. Resepsionis menunjuk arah meja makan tersebut, dan Raisa menuju kesana. Meja makan yang berada di lantai tiga itu bertemakan outdoor romantic, pengunjung bisa melihat seluruh hiruk pikuk dan gemerlap kota Medan. Shandy yang berpenampilan ala bad boy rebel sudah berdiri di depan meja makan dan mengulurkan tangannya. Raisa lalu meraih tangan itu dengan senyuman manis.

     Saat Raisa membuka pintu kaca di depannya, Shandy langsung terpesona melihat Raisa. Matanya tidak berkedip memandang wanita cantik dan anggun di depannya. Shandy merasa beruntung menjadi laki-laki yang mengajak wanita cantik ini makan malam. 

     "Kamu sangat cantik sekali, Raisa," puji Shandy dan dia mengulurkan tangannya.

     Raisa tersenyum dan menyambut tangan Shandy. "Terima kasih. Kamu juga keren walau berpenampilan simple seperti ini," jawabnya.

     Shandy tertawa. "Ini adalah penampilan yang disukai banyak wanita," ucap Shandy. "Oh, ya. Aku lupa. Ini untukmu!" Shandy memberikan seikat mawar merah yang dia pegang di belakang punggungnya.

     Raisa menerima bunga mawar itu, mencium aromanya, lalu tersenyum pada Shandy sambil menunjukkan susunan gigi putihnya.

     Shandy mempersilahkan Raisa duduk di meja makan, dan mereka memakan menu pembuka yang sudah disediakan. "Apa kamu suka dengan tempat ini?"

     Raisa langsung menganggukkan kepalanya. "Ya. Aku sangat menyukainya. Kamu ternyata romantis juga."

     Shandy hanya tersenyum. Dia lalu berjalan ke sudut ruangan, mengambil gitar, lalu menyanyikan sebuah lagu tentang cinta untuk Raisa. Suaranya yang merdu dan permainan gitarnya yang mulus, membuat hati Raisa meleleh. Setelah selesai menyanyikan lagu di depan Raisa, Shandy merogoh saku celananya. Dia mengambil hadiah yang sudah dia siapkan kemarin, kemudian dia berlutut, dan membuka kotak perhiasan di depan Raisa.

     "Kamu pasti tahu aku sangat mencintaimu. Kamu adalah wanita yang bersemayam di hatiku selama ini. Raisa, aku tahu kalau aku sering membuatmu kesal, tapi itu aku lakukan hanya untuk mencari perhatianmu. Setelah mendengarmu ingin pergi ke luar negeri, aku tidak mau kehilanganmu. Aku sangat menyayangimu, Raisa. Aku ingin menjadi seseorang yang selalu kamu impikan di malam hari dan yang selalu kamu rindukan di pagi hari," kata Shandy memohon.

      Raisa hanya diam mendengar pernyataan Shandy, dia bahkan tidak memberikan sepatah kata apa pun untuknya.

     Shandy menunggu jawaban dari Raisa, namun Raisa hanya diam membisu. "Aku tidak akan melarangmu pergi ke luar negeri untuk melanjutkan sekolahmu. Aku hanya ingin hubungan kita ini menjadi resmi dalam satu kata cinta," sambung Shandy.

     Raisa menghela napasnya dan mulai berbicara. "Aku tidak akan pergi ke luar negeri. Aku akan melanjutkan sekolah Hukum di kota ini. Mungkin jika ada waktu dan kesempatan, aku akan melanjutkan gelar master di sana. Tapi untuk saat ini, aku akan tinggal di kota ini bersamamu. Dan itu artinya .... " Raisa lalu menerima pemberian Shandy.

     "Kamu menerimaku?" tanya Shandy memastikan.

     Raisa mengangguk. "Iya!"

     Shandy sangat senang sekali mendengarnya, dia lalu bangkit dan mengambil napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dengan suara teriakan. "Kamu tahu Raisa, kamu sudah dua kali menolakku. Jika kali ini kamu masih menolakku, aku akan lompat ke lantai satu."

     Raisa tertawa. "Seharusnya aku menolakmu saja tadi, jadi tidak akan ada orang yang tidak tahu malu sepertimu menggangguku lagi."

     Shandy hanya tersenyum mendengarnya. "Terima kasih, ya! Aku akan membuktikan padamu, bahwa kamu tidak menyesal telah menerimaku." 

     Raisa tersenyum kembali. "Iya," jawabnya, "pasangin dong gelangnya!"

     Shandy berlutut dan memasang gelang emas itu di pergelangan tangan Raisa. Gelang emas itu sangat bagus berada di tangannya yang putih dan mulus.

     "Ini pasti sangat mahal. Kamu tidak takut aku menjualnya?" tanya Raisa menggoda.

     Shandy hanya tertawa mendengarnya.

     Mereka melanjutkan makan malam itu dengan hati bahagia sebagai sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.

     

 

***

 

     Surat pengumuman masuk perguruan tinggi melalui jalur undangan dari sekolah telah diterima oleh masing-masing kandidat. Shandy diterima di jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, Raisa diterima di jurusan Hukum Universitas Sumatera Utara, Sisca diterima di jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Medan, dan Nando diterima di jurusan Olah Raga Univeristas Negeri Medan. Sedangkan Jerry, dia diterima di jurusan Pertanian Institut Pertanian Bogor. Mereka merasa senang sekali karena selangkah lagi impian mereka akan terwujud. Mereka tinggal menunggu pengumuman Ujian Nasional dalam dua minggu lagi.

     Saat makan malam di meja makan, Shandy mengumumkan kabar dirinya yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri itu. Seluruh orang di meja makan tersebut merasa sangat bangga padanya.

     Bu Asri yang sangat bangga pada Shandy langsung bangkit dan memeluknya di kursi. "Kamu memang anak Mama, Shandy!"

     Pak Fauzi yang mendengar kata-kata tersebut langsung cemburu. "Enggak bisa gitu, Shandy itu anak Papa!"

     Mereka semua langsung tertawa bahagia. "Mama ada usul," kata Bu Asri memotong tawa bahagia itu, "kita akan membuat satu hadiah untuk diberikan pada masing-masing orang yang kita sangat sayangi. Momen ini juga sangat menarik, kita akan mengadakannya saat pengumuman kelulusan. Shandy yang akan lulus SMA, Stevi yang lulus SMP, Maliq yang lulus SD, dan Sherly yang akan naik kelas. Bagaimana? Apa kalian setuju?"

     Tanpa pikir panjang, keempatnya langsung setuju dengan usul Bu Asri. Mereka langsung memikirkan hadiah yang akan diberikan pada hari tersebut.

     Kelulusan mereka sudah diumumkan dan mereka dinyatakan lulus oleh Dinas Pendidikan. Dan malam itu, mereka sudah menyiapkan kado untuk perayaan kelulusan ini dengan sangat rapi dan menarik. Mereka berkumpul di ruang keluarga dan membawa semua kado yang sudah disiapkan. Pak Fauzi memberikan ucapan selamat pada keempat anaknya, karena telah berhasil lulus dan naik kelas.

     Pemberian hadiah ini dimulai dari Shandy yang memberikan hadiah ke Stevi berupa sepatu high heels yang sudah dia impikan satu bulan ini.

     "Dari mana Abang tahu kalau aku menginginkan ini?" tanya Stevi.

     "Aku pernah melihatmu membuka majalah fashion dan raut wajahmu sangat menginginkannya."

     "Terima kasih, ya, Bang!" ucap Stevi. Kemudian dia memberikan hadiah ke Sherly berupa kacamata fashion yang sangat cocok untuknya.

     Sherly sangat senang sekali, "Terima kasih, ya, Kak!" jawabnya. Sherly juga memberi hadiah yang sangat besar ke Maliq berupa skateboard bergambar Spiderman.

     Maliq berteriak, "Wow. Wow. Wow. Aku sangat menyukainya. Kak Sherly, I love you full!"

     Sherly dan lainnya tertawa mendengarnya. "I love you too, Maliq," jawab Sherly.

     "Maliq hampir lupa, Maliq memberikan ini ke Bang Shandy. Selamat, ya, Bang Shandy atas prestasinya," kata Maliq.

     Shandy tertawa mendengar kata-kata manis Maliq. "Kamu tidak cocok berkata manis, Maliq." ucapnya. Shandy membuka hadiah itu, dan dia tercengang saat membukanya karena dia mendapat jam tangan G-Shock. Shandy mengira jam tangan ini seharga satu juta rupiah. Dari mana anak kecil ini mendapatkan uang?

     Seluruh orang juga tercengang melihat hadiah itu. "Dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli ini, Maliq?" tanya Sherly.

     "Aku merampok bank!" katanya asal ke Sherly. Kemudian dia tertawa melihat wajah Sherly yang ketakutan. "Enggak loh, Kak Sher. Aku hanya bercanda," katanya, "aku membuka celengan ayamku untuk membeli ini tiga hari yang lalu. Terus, aku minta tolong Pak Ono mengantarkanku ke mall untuk membeli jam ini. Apa Bang Shandy menyukainya?"

     Seluruh orang masih terharu mendengar Maliq membuka celengannya untuk membeli hadiah itu. "Tentu. Aku sangat menyukainya. Terima kasih, ya, Maliq!"

     Pak Fauzi dan Bu Asri sangat bahagia melihat keempat anaknya. Mereka begitu dekat dan saling menyayangi satu sama lain.

     "Sekarang giliran Papa dan Mama yang memberikan hadiah," kata Maliq.

     "Pasti Papa dan Mama akan memberi hadiah padaku, karena aku mendapat juara satu di kelas," sahut Sherly.

     "Mana bisa gitu, Kak. Papa dan Mama pasti memberikan hadiah padaku, karena aku lulus SD," kata Maliq sewot.

     Pak Fauzi, Bu Asri, Shandy, dan Stevi tertawa melihat tingkah keduanya. Mereka bertengkar untuk mendapatkan simpati yang lebih. "Sudah tidak usah bertengkar," kata Pak Fauzi, "Papa dan Mama menyayangi kalian semua."

     "Iya. Shandy, Stevi, Sherly, dan Maliq, semuanya anak kesayangan Mama dan Papa," kata Bu Asri. "Sebagai hadiah untuk kalian berempat, Mama dan Papa mengajak kalian liburan ke ... Paariisss," teriak Bu Asri.

     Keempatnya langsung bersorak bahagia mendengar hadiah jalan-jalan itu, dan langsung membayangkan Paris di depan mata mereka.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (29)
  • ditastar

    Kenapa aku sangat bodoh?! (pakai tanda tanya di depannya, Bung).

    Comment on chapter Prolog
  • ddherdi

    Sobat, boleh kasih saran? Coba pelajari lagi tentang kalimat bercetak miring. Dan dialog tag.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Terima kasih @TaniaWahab Siap, saya akan pelajari lagi.

    Comment on chapter Prolog
  • TaniaWahab

    Ceritanya bagus. Saya suka. Sarannya adalah pelajari lagi tentang partikel, awalan, dan akhiran. Dan penulisan kata apa pun ditulis terpisah. Bukan apapun.

    Comment on chapter Prolog
  • SusanSwansh

    @lanacobalt semangat terus Kak. Anjing menggonggong, biarin aja. Nanti kalau capek juga diam. Hehe. I like your story. Good luck.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Terima kasih @SusanSwansh nanti aku koreksi lagi penulisannya.

    Comment on chapter Prolog
  • SusanSwansh

    @Limlaui kata siapa jelek. Bagus, kok. Inspiratif. Diksinya juga bagus. Cuma ada beberapa kata yang tidak sesuai dengan KBBI. (fikiran--pikiran) Novel jelek itu, novel yang ditulis tidak dengan hati. Tapi ini feelnya dapet, kok. Mungkin, selera kamu saja Kawan yang berbeda. Tapi, ya, nggak perlu mindikte karya orang juga. Itu tidak baik. Dan seburuk-buruknya orang itu adalah yang suka mencela.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Terima kasih supportnya

    Comment on chapter Prolog
  • Limlaui

    Novelnya jelek

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Grey
254      215     1     
Romance
Silahkan kalian berpikir ulang sebelum menjatuhkan hati. Apakah kalian sudah siap jika hati itu tidak ada yang menangkap lalu benar-benar terjatuh dan patah? Jika tidak, jadilah pengecut yang selamanya tidak akan pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya patah hati.
Toget(her)
1561      736     4     
Romance
Cinta memang "segalanya" dan segalanya adalah tentang cinta. Khanza yang ceria menjadi murung karena cinta. Namun terus berusaha memperbaiki diri dengan cinta untuk menemukan cinta baru yang benar-benar cinta dan memeluknya dengan penuh cinta. Karena cinta pula, kisah-kisah cinta Khanza terus mengalir dengan cinta-cinta. Selamat menyelami CINTA
Teman Hidup
6991      2515     1     
Romance
Dhisti harus bersaing dengan saudara tirinya, Laras, untuk mendapatkan hati Damian, si pemilik kafe A Latte. Dhisti tahu kesempatannya sangat kecil apalagi Damian sangat mencintai Laras. Dhisti tidak menyerah karena ia selalu bertemu Damian di kafe. Dhisti percaya kalau cinta yang menjadi miliknya tidak akan ke mana. Seiring waktu berjalan, rasa cinta Damian bertambah besar pada Laras walau wan...
IDENTITAS
715      490     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
PATANGGA
923      624     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
November Night
394      283     3     
Fantasy
Aku ingin hidup seperti manusia biasa. Aku sudah berjuang sampai di titik ini. Aku bahkan menjauh darimu, dan semua yang kusayangi, hanya demi mencapai impianku yang sangat tidak mungkin ini. Tapi, mengapa? Sepertinya tuhan tidak mengijinkanku untuk hidup seperti ini.
Sunset In Surabaya
382      277     1     
Romance
Diujung putus asa yang dirasakan Kevin, keadaan mempertemukannya dengan sosok gadis yang kuat bernama Dea. Hangatnya mentari dan hembusan angin sore mempertemukan mereka dalam keadaan yang dramatis. Keputusasaan yang dirasakan Kevin sirna sekejap, harapan yang besar menggantikan keputusasaan di hatinya saat itu. Apakah tujuan Kevin akan tercapai? Disaat masa lalu keduanya, saling terikat dan mem...
Apakah kehidupan SMA-ku akan hancur hanya karena RomCom? [Volume 2]
1778      824     0     
Romance
Di jilid dua kali ini, Kisaragi Yuuichi kembali dibuat repot oleh Sakuraba Aika, yaitu ia disuruh untuk bergabung dengan klub relawan yang selama ini ia anggap, bahwa melakukan hal seperti itu tidak ada untungnya. Karena godaan dan paksaan dari Sakuraba Aika terus menghantui pikirannya. Akhirnya ia pun terpaksa bergabung. Seiring ia menjadi anggota klub relawan. Masalah-masalah merepotkan pun d...
Bulan dan Bintang
6130      1629     1     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
Dialogue
9917      2027     1     
Romance
Dear Zahra, Taukah kamu rasanya cinta pada pandangan pertama? Persis senikmat menyesapi secangkir kopi saat hujan, bagiku! Ah, tak usah terlalu dipikirkan. Bahkan sampai bertanya-tanya seperti itu wajahnya. Karena sesungguhnya jatuh cinta, mengabaikan segala logika. With love, Abu (Cikarang, April 2007) Kadang, memang cinta datang di saat yang kurang tepat, atau bahkan pada orang yang...