Suara nyanyian dan petikangitar bersenandung di dalam sebuahbusyang menambah kecerian para penumpang. Para penumpang yang memakai seragam berwarna kuningyang bertuliskan,Semangat, Belajar, Berprestasidi bagian depannya.
Raisa dan Sisca duduk bersebelahan. "Apa kau sudah putus dengan Haikal?" tanya Sisca.
Raisa hanya mengangguk.
Sisca merasa senangdengan kabar ini, sebenarnya dia juga tidak suka dengan sifat Haikal. "Jadi, apa kauakan menerima Shandy sebagai pacarmu?" goda Sisca.
"Apaan sih, Sisca. Ganjen banget deh. Masa habis putus langsung cari pengganti," kata Raisa membalas godaan Sisca.
"Aduh Raisa, enggak usah munafik deh. Kamu lihat tuh Shandy," kata Sisca sambil menunjuk Shandy yang sedang duduk mendengarkan musik melaluiearphone-nya,"kurang apa coba? Ganteng, atletis, tajir lagi."
"Aku masih ragu, Sis. Takut mengalamikesalahan yang sama," ucap Raisa.
Sisca sangat mengerti keadaan Raisa sebelumnya. "Pengalaman itu hanya sebagai pelajaran Raisa, kamu jangan takut untuk mencoba kembali," kata Sisca, "aku enggak mau punya sahabat yang pasrah menerima keadaan. Enggak ada usahanya.Aku enggak suka lihat orang seperti itu."
"Siscaaa ... Bawel deeeh!" kata Raisa terharu."Makasih, ya.Aku akan ingat kata-katamu."
Sisca juga terharu mendengar kata-kata Raisa."Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku, jadi aku akan senang jika melihatmu bahagia."
Bus itu sampai di pabrik pengolahan aluminium. Setelah meminta izin dan memberikan ucapan terima kasih pada pihak perusahaan tersebut, mereka diizinkan masuk.Semua murid-murid diberikan helm sebagai pelindung keselamatan.Terik matahari tidak menghalangi keinginan mereka untukmemandang takjub ke sekeliling pabrik. Mereka diajak ke tempat penyimpanan bahan baku terlebih dahulu, mendengar beberapa penjelasan, lalu mereka pergi ke gudang hasil pengolahan berupa ingotatau batangan aluminium. Setelah puas melihat gudang bahan baku dan gudang hasil pengolahan, mereka menuju ke tempat produksi. Tempat ini disebut ruangreduksi, di bagian inilah proses penting dalam pengolahan aluminium.
Di bagian reduksi ini terdapat medan magnet yang sangat kuat, jadi seluruh murid harus meninggalkan barang-barang yang berupa logam di dalam bus.
Setelah meletakkan barang-barang, mereka menuju ke ruang reduksi yang sangat jauh dari tempat parkir bus. Di dalam ruang reduksi itujuga sangat panas, karena menggunakan pemanas pada suhu yang sangat tinggi.
Raisa lupa kalaudirinya memakai gelang kakiemas di kaki kanannya. Dia melepaskannya, tapi dia enggan kembali ke bus yang jaraknya cukup jauh. Dia hanya menggenggamnya di telapak tangan, berpikir tidak akan mengalami masalah. Entah mengapaada seseorang yang menyenggolnya, lalu gelang kaki emas itu terlepas dari genggamannya. Karena medan magnet yang tinggi di ruang reduksi, gelang kaki emas itu tertarik menuju mesin reduksi. Raisa tercengang, dia tidak ingin kehilangan gelang kaki pemberian papanya.Dia lalu berlari mengejar gelang yang tertarik medan magnet itu, tapi dia bertabrakan dengan seorang teman yang memegang sebuah kayu.
Shandy melihat gelang kaki seseorang terlepas dan tertarik medan magnet. Dia berpikir sejenak untuk menolong mengambil gelang kaki itu. Dia melihat sebatang kayu yang panjangdi dekat dinding,lalu meraihnya dan dengan cepat menghambat tarikan magnet pada gelang kaki itu. Tapi dia bertabrakan dengan Raisa -- si pemilik gelang kaki itu.
Shandy bangkit dan berlari kembali mengejar gelang kaki yang sudah hampir masuk ke dalam mesin reduksiyang panas. Untunglah dia berhasil meraihnya dan mendapatkan kembali gelang kaki itu. Dia kembali ke Raisa dan melihat keadaannya.
"Kau tidak terluka?" tanya Shandy.
"Tidak!" kata Raisa dan memberikan senyuman manis ke Shandy.
Shandy menyerahkan gelang kaki itu dan berkata, "Lain kali hati-hati, Raisa."
Raisa hanya tersenyum mendengar kata-kata Shandy. Biasanya dia sangat marah jika Shandy memerintah atau menasehatinya. Tapi kali ini tidak, dia menjadi penurut. "Makasih, ya, Shan!" hanya itu yang bisa diucapkannya.
Jam makan siang pun tiba. Murid-muridmembuka makanan yang berasal daricatering mama Shandy. Seluruh murid sangat tergiur dengan tampilan menu makan siang mereka. Nasi putih dengan beberapa lauk; rendang, ayam semur, sambaludang, urab, dan emping yang dibungkus terpisah. Tanpa kata-kata lagi, setelah membaca doa, mereka langsung melahap makan siang itu.
Shandy menghampiri Raisa dan memberikannya sebotol jus jeruk dingin. "Hei. Ini untukmu. Ambillah!" kata Shandy. Dia lalu duduk dan makan di sebelah Raisa.
Raisa mengambil botol jus itu. "Ini masakan mamamu? Ini sangat lezat, Shan!" puji Raisa.
Shandy hanya tertawa."Mamaku hanya memberikan resep dan mengatur saja. Semua karyawannya yang memasak," kata Shandy.
"Tapi sama saja, kan, ini tetap masakan mamamu. Seorangwanita pasti bangga jikabisa memasak makanan yang lezat untuk keluarganya."
"Kamu bisa belajar dengan mamaku, jika kamu mau," usul Shandy.
Raisa tersedak dan meminum minumannya. "Makasih, ya, Shan.Kamusudah sering membantuku. Padahal aku sering kasar denganmu."
"Kamu pasti tahu, aku melakukan itu semua karena aku sangat .... " Shandy menghentikan perkataannya, "enggak usah dilanjutin deh."
"Iya. Aku tahu kok," kata Raisa.
Shandy tertawa mendengarnya, begitu juga Raisa. Mereka lalu melanjutkan makan siang itu dengan malu-malu kucing.
***
Stevi menyelesaikan tugas kelompoknya bersama Tino, dia langsung bergegas ke mobil menemui Pak Ono. Sesampainya di mobil, dia hanya melihat Pak Ono sendiri.
"Sherly belum pulang, Pak?" tanyanya.
"Belum, Non. Mungkin dia bermain bersama Maliq," jawab Pak Ono.
Stevi tercengang mendengar kalau Maliq juga ada di sini. "Maliq juga di sini?"
"Iya, Non. Nyonya tidak bisa menjemput Den Maliq hari ini."
"Terus, ke mana dia?" tanya Stevi yang mulai khawatir.
"Tadi pamit ke saya untuk pergi ke toilet,tapi sampai sekarang belum kembali," jelas Pak Ono.
Stevi mulai cemas."Sudah berapa lama dia ke toilet, Pak?"
"Sudah hampir dua puluhmenit, Non."
Stevi berlari ke dalam sekolah, mencari ke kelas Sherly, namun tidak menemukannya. Dia berlari ke toilet laki-laki dan masuk ke dalamnya, tapi tidak ada satu pun orang di dalam toilet. Lalu melihat ke halaman sekolah, tidak ada tanda-tanda kedua adiknya itu. Dia akhirnya bertanya ke satpam, "Pak, ada lihat Sherly bersama adik saya yang masih SD?"
"Saya tadi melihat adik kamu ke toilet, tapi sayatidak melihatnya keluar. Kalau Sherly, saya tidak ada lihat. Kenapa Stevi?"
Kecemasan Stevi terjawab sudah. "Pak Ono!" teriaknya keras.
Pak Ono tergopoh-gopoh berlari menuju Stevi. "Ada apa, Non?"
"Maliq dan Sherly hilang. Pak Ono bagaimana sih?" tanyanya khawatir.
Warna wajah Pak Ono berubah putihmendengarnya dan langsung mencari mereka berdua. Satpam juga ikut membantunya mencari di dalam sekolah.
Stevi meneleponnomor Sherly berkali-kali, tapi nomor itu sedang tidak aktif. Pak Ono dan satpam kembali menemui Stevi dan mereka tetap tidak menemukan Sherly dan Maliq di dalam sekolah.
Tidak ada pilihan lain, Stevi lalu menelepon mamanya. "Halo, Mama. Maliq dan Sherly hilang. Iya, Ma.Kami sudah mencarinya di dalam sekolah, tapi mereka berdua tidak kami temukan.Cepat, ya, Ma!Stevi takut sekali."
Setelah mendengar kabar dari Stevi, Bu Asri menelepon Pak Fauzi. "Mas! Maliq dan Sherly hilang. Stevi sudah mencarinya, tapi mereka tidak ditemukan. Di sekolahnya Stevi dan Sherly. Iya, Mas.Aku juga segera ke sana."
Pak Fauzi yang saat itu sedang memantau proyek pembangunan untuk perusahaan Langit Emas, langsung berlari ke mobil setelah mendapat telepon dari istrinyayang menangis karena kedua anaknya hilang.
Bu Asri tiba di sekolah Stevi lebih dulu, dia bertemu dengan Stevi, dan Stevi langsung memeluknya sambil menangis. "Apa mereka diculik?" tanya Bu Asri.
"Stevi tidak tahu, Ma. Tapi tidak ada tanda-tanda penculikan," kata Stevi.
"Pak Ono tidak melihat seseorang yang mencurigakan?" tanya Bu Asri ke Pak Ono.
"Maaf Nyonya, sebelumnyasaya tidak mengira mereka berdua akan hilang. Saya tidak melihat seseorang yang mencurigakan."
Tak lama, Pak Fauzi juga tiba di sekolah Stevi. "Bagaimana? Apa mereka sudah ditemukan?"
"Belum, Mas. Bagaimana ini?" tanya Bu Asri cemas, "kita lapor polisi saja," jawab Bu Asri dari pertanyaannya sendiri.
"Sudah berapa lama mereka hilang?"
"Pastinya tidak tahu, Tuan. Perkiraan saya sekitar satu jam," jawab Pak Ono.
Tidak ada tanda-tanda keberadaan Sherly dan Maliq hingga sore hari, walau mereka sudah meminta bantuan ke polisi. Pak Fauzi akhirnya menelepon Shandy, "Halo, Shandy. Kamu sudah di mana? Sherly dan Maliq hilang, kami belum menemukannya sampai sekarang. Sesampainya di sekolah kamu langsung ke sekolah Stevi, ok!"
***
Di dalam bus, Shandy duduk di sebelah Raisa dan berbicara tentang ketiga adiknya yang mempunyai sifat yang berbeda-beda.
Sisca yang mengalah berpindah tempat duduk, meminta Shandy untuk menyanyikan sebuah lagu. "Shandy, nyanyi dong!Kami belum pernah dengar kamu nyanyi!" seru Sisca. Sisca lalu mengambil gitar dan memberikannya ke Shandy.
Raisa tertawa melihat tingkah Sisca."Sisca ... Jahat banget siihh!"
Shandy mengambil gitar itu dan berkata, "Aku akan coba menyanyikan sebuah lagu."
Raisa heran, dia tidak pernah menyangka Shandy bisa bermain gitar. Menurutnya setiap orang punya bakat masing-masing di bidangnya. Shandy mempunyai bakat di pelajaran dan olah raga, tapi bukan di musik. "Bisa?" tanyanya.
Shandy tersenyum sambil malu-malu berkata, "Lagu ini aku nyanyikan untuk seorang wanita yang bernama Raisa Putri Sundoro."
Seluruh murid bersorak, antara percaya atau tidak pada bakat menyanyi Shandy.
Shandy mulai memetikkan gitarnya dengan mulus dan menyanyikan lagu Tercipta Untukmu dari Ungu. Suaranya yang merdu dan permainan gitarnya yang sangat baik membuat semua murid yang berada di dalam bus terpelongo. Suara tepuk tangan meriah diberikan setelah Shandy menyelesaikan nyanyiannya.
Cowok yang bisa bermain musik adalah tipe Raisa.Pria ini punyasemua hal yang aku dambakan.Dia memberikan senyuman ke Shandy dengan mata berbinar-binar.
Murid-murid lain menyuruh Shandy menyanyikan satu lagu lagi, tapi Shandy menolak dengan alasannya suaranya hampir habis. Dia lalu mendapat sorakan dari murid-murid lain "Huuu .... "
"Aku enggak pernah tahukalau kamu bisa bermain musik," kata Raisa.
"Jadi, kamu suka jika aku bermain musik untukmu?" tanya Shandy sambil memberi senyum lebar.
"Setiap hari, ya. Mau?" tantang Raisa.
Shandy bergumam,"Hmm.Berat .... "
Mereka tertawa riang di dalam bus yang berjalan bersama langit senja. Mengantarkan mereka ke tempat yang sangat nyaman, rumah.
Ponsel Shandy berdering, menampilkan 'Papa' di layar ponselnya. "Halo, Pa. Di jalan pulang, Pa.Ada apa, Pa? Shandy akan ke sana setelah sampai di sekolah," kata Shandy panik.
"Ada apa?" tanya Raisa heran.
"Adikku. Sherly dan Maliq hilang di sekolah dansampai sekarang belum ditemukan," kata Shandy, "berapa lama lagi kita sampai?"
Raisa melihat arlojinya."Satu jam lagi."
Shandy menemuisupir dan mengatakan agar mengemudi lebih cepat, karena dia ada keperluan. Supir yang sudah mengenal Shandy sebagai anak pemilik bus, langsung menyetir dengan sangat cepat.
keren, cerita dan diksinya
Comment on chapter Prolog