Sinar matahari mulai menerobos lewat celah-celah jendela kamarku, sontak aku melihat jam beker di samping tempat tidur. Bangun sesiang ini baru pertama kali untukku, aku beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Sarapan aku abaikan demi mengejar waktu, jam sudah menunjukkan pukul 8.40. Meskipun jam masih pagi, namun bagiku ini siang! Aku tidak pernah bangun jam 8 berangkat di jam 8.30.
"Permisi Pak." sapaku ketika masuk kelas.
"Jam berapa ini? Kamu lupa ya hari ini ada kelas?" tanya Pak Budi Dosen yang mengajar pelajaran Pajak.
"Maaf Pak, saya terlambat! Tadi bangun kesiangan." ucapku dengan sangat berhati-hati.
"Ya sudah, silakan duduk!" saran Pak Budi.
Aku menghela nafas dalam-dalam, bersyukur Pak Budi tidak memarahiku atau memberikan hukuman kepadaku.
***
Jam mengajar Pak Budi sudah selesai, aku bergegas ke kantin bersama Merry dan Fani. Sambil menunggu makanan dan minuman datang mereka mengintrogasi ku, mengapa aku bisa datang terlambat.
"Ini Neng, makanannya!" ucap Mang Udin penjual bakso di kantin.
"Terima kasih Mang." ucapku.
"Ayo makan!" ajak Merry.
"Hai.. Hai.. yang namanya Eka Salima Salsabila yang mana ya?" tanya salah satu Mahasiswi.
"Hah? Itu namaku kak! Ada apa ya?" jawabku kemudian kembali bertanya.
"Kamu diminta menemui Pak Fito!" ucap Mahasiswi.
"Oh iya, terima kasih ya Kak! Sebentar lagi aku kesana." kataku.
"Iya, sama-sama." kata Mahasiswi.
Aku meneguk es jeruk yang tadi ku pesan serta menelan bakso di mulut, "Eh Fan, Mer, aku menemui Pak Fito dulu ya!"
"Trus makanan kamu gimana Ka?" tanya Fani.
"Nanti saja Fan! Eh iya ini uangnya." ucapku mengeluarkan uang lalu meletakkan di atas meja.
"Hati-hati Ka, kita tunggu di sini!" teriak Merry.
Segera ku percepat langkahku menuju ruang Dosen Pak Fito, panggilan seperti ini sangat membuatku tertekan dan khawatir. Perasaan campur aduk ku temui Pak Fito, mencoba menanyakan kepentingan apa Beliau memanggilku?
"Permisi Pak." kataku.
"Iya, silakan masuk Eka!" pinta Pak Fito, "Silakan duduk Eka."
"Iya Pak." kataku kemudian duduk, "Ehm, ada apa ya Pak? Bapak memanggil saya?"
"Iya, saya tadi dapat pemberitahuan dari Pak Budi katanya kamu terlambat ya? Apa benar?" tanya Pak Fito.
"Iya Pak, saya tadi terlambat." ucapku.
Dalam hati aku berdoa, semoga Pak Fito tidak memberikan hukuman.
"Kamu saya hukum! Kamu saya skors!" ucap Pak Fito dengan tegas.
Mataku membelalak menatap mata Pak Fito, wajah beliau terlihat serius tidak ada senyum dari mulutnya. Namun yang masih membuatku heran, apakah Pak Fito tidak bisa mentolerir kesalahan yang ku lakukan.
"Maaf Pak, tapi apa tidak ada toleransi untuk saya? Apalagi saya melakukan hanya satu kali." kataku.
"Wah, kalau Mahasiswi saya seperti kamu ya terlalu enak buat mereka! Mereka jadi lebih sering melakukan pelanggaran, apabila di hikum meminta toleransi dengan alasan baru pertama kali melakukan pelanggaran! Maaf saya tidak bisa mentolerir kesalahan Mahasiswi, apalagi Mahasiswi baru seperti kamu! Silakan pergi." ucap Pak Fito dengan tegas.
"Baiklah Pak. Saya permisi." ucapku kemudian keluar dari ruangan Pak Fito.
Aku berjalan menuju kantin di sana masih ada Fani dan Merry menungguku.
"Kalian masih di sini?" tanyaku.
"Iya Ka." jawab Merry.
"Eh kamu kenapa Ka?" tanya Fani.
"Gak Fan, aku baik-baik saja!" ucapku duduk kemudian mendengus sebal.
"Oh, ya sudah." ucap Fani.
Aku mengeluarkan laptop dari ranselku, aku mencoba menghubungi Tania namun akun facebooknya sudah tidak online sejak beberapa hari yang lalu justru rasa kesalku semakin bertambah. Sebenarnya aku menghubungi Tania ingin menceritakan kejadian hari ini kepadanya, sayang dia tidak sedang online.
***
"Aku ke atas dulu ya!" pamit Fani panik saat melihat jam di tangannya, "Daaa Eka, Merry." ucapnya sambil melambaikan tangan.
"Hati-hati!" ucapku memberikan setengah senyuman.
"Nanti tunggu di sini ya Fan!" saran Merry.
"Iya kan aku nebeng." sahut Fani yang kini sudah berada di ujung anak tangga.
**
"Sebenarnya kamu ada masalah apa Ka? Wajah kamu berbeda, gak seperti biasanya. Memang apa yang terjadi?" tanya Merry.
"Aku baik-baik saja Mer!" ucapku melemparkan senyum simpul.
"Hey, ayo masuk!" panggil Kak Eva dari ruang ekstrakurikuler Olympic Team letaknya juga ada di lantai atas.
Aku dan Merry berjalan menuju ruang ekstrakurikuler, sayangnya ketika berada di lantai atas Merry meminta ku menemaninya ke toilet.
Cukup lama aku menunggu Merry di dalam kamar mandi, jalan mondar-mandir yang aku lakukan.
"Aduhh! Maaf ya Ka, perut ku mules! Sepertinya gak beres ini!" ucap Merry.
"Duh! Udah satu jam aku nunggu kamu Mer." ucapku.
"Iya maaf ya! Ayo kita ke ruangan ekstrakurikuler!" ajak Merry.
"Iya ayo!" sahutku.
Dengan percaya diri yang cukup aku bersama Merry masuk ke dalam ruangan, tetapi Kak Eva langsung melarang kami masuk.
"Kalian dari mana saja? Kalian kan yang tadi ada di kantin kan?" tanya Kak Eva.
"Iya kak." jawabku.
"Lantas kenapa baru sekarang kalian berdua masuk? Jarak kantin dan ruangan ini kan dekat, tentu tidak perlu waktu yang lama." kata Kak Eva.
"Kak, sebaiknya di luar saja!" ucap Kak Pelita.
"Biarkan di sini saja Ta', supaya Mahasiswa-Mahasiswi lainnya tidak meniru mereka berdua. Buat Mahasiswa-Mahasiswi lainnya tolong diperhatikan ya! Jangan meniru teman kalian! Kemarin sudah diberikan catatan jadwal ekstrakurikuler, saya harap tidak akan terlambat. Harusnya kalian mempunyai tanggung jawab, apalagi kalian nantinya akan bekerja. Jika Pimpinan mengetahui keterlambatan bisa-bisa kamu langsung dipecat!" ucap Kak Eva panjang lebar.
Kak Eva bicara panjang lebar aku mendengarkan dengan menundukkan wajah, rasanya tidak berdaya lagi aku juga malu karena ditonton oleh Mahasiswa-Mahasiswi. Sesekali aku melihat Merry yang berdiri di samping ku, dia merintih kesakitan sambil terus memegang di bagian perutnya.
"Sekarang kalian saya beri hukuman!" ucap Kak Eva.
"Aduh Kak, perutku sakit sekali!" rintih Merry kini wajahnya terlihat semakin pucat.
"Maaf Kak, tapi Merry sedang sakit! Coba Kak Eva lihat, sejak tadi dia menahan sakitnya." ucapku memberanikan diri.
GUBRAAAK...
Tiba-tiba Merry pingsan, beberapa pembimbing ekstrakurikuler membopong tubuh Merry menuju ruang kesehatan. Aku ikut membawa Merry ke ruang kesehatan, ketakutan terlukis di wajahku. Aku cemas melihat Merry seperti itu!
"Eka, sebaiknya kamu kembali ke ruang ekstrakurikuler!" saran Kak Pelita.
"Iya Kak." ucapku.
**
Di ruang ekstrakurikuler, Kak Eva masih saja belum memperbolehkan aku duduk.
"Sekarang, kamu saya beri hukuman. Kamu harus mencari buket bunga yang ada di ruang fakultas." sahut Kak Pelita.
"Ruang fakultas?" tanyaku.
"Iya, ruang fakultas! Sudah, sebaiknya kamu cepat mencari!" pinta Kak Eva.
"Iya Kak." ucapku.
Aku turun segera mencari buket bunga, keluar masuk ruang fakultas. Seluruh ruang fakultas sudah aku telusuri namun juga tidak ada buket bunga.
"Buket siapa ini ya?" ucap Pak Fito keluar dari ruangannya sedang memegang buket bunga di tangan kanannya.
Mendengar ucapan Pak Fito aku langsung menghampiri Beliau, "Permisi Pak, itu buket bunga yang saya cari."
"Ah, masa ini milik kamu? Kalau ini punya kamu kenapa bisa ada di ruangan saya? Ooh saya tau, jangan-jangan kamu sedang mencoba merayu saya ya? Ahh saya tidak mempan! Kamu akan tetap saya skorsing, tapi terima kasih ya buket bunganya. Lumayan untuk istriku." ucap Pak Fito.
"Tapi Pak, itu buket bunga saya! Saya diberi hukuman oleh Pembimbing ekstrakurikuler karena saya terlambat mengikuti ekstrakurikuler." ucapku yang tidak sengaja menceploskan perihal keterlambatan ku.
"Apa? Jadi kamu juga terlambat masuk ekstrakurikuler? Kamu tau kan kalau saya yang mengabsensi ekstrakurikuler? Mau kamu saya beri Alpha? Saya tidak percaya kalau buket ini milik kamu! Sekarang, ayo kita ke ruang ekstrakurikuler!" ajak Pak Fito.
Aku melangkahkan kakiku, sebenarnya terasa berat saat ucapan Alpha dari mulut Pak Fito. Aku masih memikirkan buket bunga itu!
"Siang semuanya!" ucap Pak Fito dengan sumringah.
"Siang Pak." jawab Mahasiswa-Mahasiswi
"Siang Pak, eh ada Pak Fito." ucap Kak Eva dan Kak Pelita.
"Iya, maaf ya saya datang ke sini. Begini saya menanyakan siapa yang meletakkan buket bunga ini di ruangan saya?" tanya Pak Fito.
"Tidak ada Pak." jawab Mahasiswa-Mahasiswi yang mengikuti ekstrakurikuler.
"Kami juga tidak Pak!" sahut Pembimbing dan Panitia ekstrakurikuler.
Pak Fito menatapku dengan tatapan sinisnya, membuatku sangat takut.
"Kenapa kamu mengaku jika buket ini yang kamu cari?" tanya Pak Fito.
"Saya kira itu Pak." jawabku yang masih menunduk.
"Waduh, sepertinya salah faham Pak! Tadi kami memberikan hukuman untuk Eka, tetapi yang saya maksud itu mencari buket bunga di ruang kelas fakultas." sahut Kak Eva.
"Aku sudah mencarinya Kak! Tetapi aku tidak menemukan." ucapku masih saja menunduk.
"Gak mungkin pindah Ka! Saya tadi yang meletakkan di ruang fakultas kok!" sahut Kak Pelita.
"Oh, jadi kamu mengada-ada ya? Karena kamu tidak menemukan buket bunga lantas mengaku ini buket bunga milik kamu!" ucap Pak Fito dengan intonasi kemarahannya.
"Duh, Pak Fito benar-benar marah ini!" gumam ku dalam hati.
Aku tidak menatap mata bahkan wajah Pak Fito, saat melihat wajah Mahasiswa-Mahasiswi yang tegang membuatku semakin ketakutan.
"Begini saja, untuk membuktikan silakan kamu ikut denganku!" ajak Kak Pelita.
"Semuanya boleh ikut! Supaya kalian juga percaya!" pinta Pak Fito.
Kak Pelita bersama Kak Eva berjalan menuju ruang fakultas dibelakangnya juga ada Pak Fito, aku bersama Mahasiswa-Mahasiswi.
"Ini buktinya, buket bunga yang ku letakkan masih berada di sini!" ucap Kak Pelita yang tiba terlebih dahulu kemudian menunjukkan buket bunga ditangannya kepada kami yang saat itu terhenti di depan ruang kelas.
"Aneh." ucapku dengan pelan.
"Waah... Kamu jangan menuduh Pak Fito Ka, tega sekali kamu!" ucap Mahasiswa-Mahasiswi membully ku.
"Sudah terbukti kan?" sindir Pak Fito.
"Iya Pak, saya tidak tau kalau buket bunga yang Bapak pegang itu memang milik Bapak! Maafkan saya ya Pak, sekali lagi saya minta maaf." ucapku yang tidak berdaya.
"Sudah sudah, maafkan kesalahan ini ya Pak!" ucap Kak Pelita.
"Tidak bisa begitu dong!" ucap Pak Fito.
"Hei, tunggu Kak!" cegah salah satu Mahasiswi dari dalam ruang fakultas.
"Iya ada apa?" tanya Kak Pelita.
Mahasiswi menghampiri Kak Pelita, "Itu bunga saya Kak!"
"Loh?" tanyaku.
"Kenapa?" tanya Mahasiswi yang meminta buket bunga.
"Ya Allah, apalagi ini? Cobaan apalagi yang Engkau berikan ya Allah?" keluh ku di dalam hati.
Tiba-tiba.. keluarlah Merry bersama Mahasiswa-Mahasiswi lainnya membawa kue tart juga balon-balon yang bertuliskan "Happy Birthday".
Melihat kejutan ini membuatku terkejut dan tidak menyangka.
"Happy Birthday Ekaa.." ucap Mahasiswa-Mahasiswi.
Kami masuk ke dalam ruang kelas Fakultas, ternyata Merry dan beberapa Mahasiswi sudah menyiapkan kejutan ini! Aku berdoa sebelum meniup lilin, ucapan bergantian diberikan Mahasiswa-Mahasiswi juga Panitia dan Pembimbing ekstrakurikuler.
"Selamat ya Eka! Oh iya besok kamu boleh masuk kok! Skors dari saya tadi hanya bagian dari kejutan ini!" ucap Pak Fito menjabat tanganku serta senyum di wajahnya kini terlihat.
Entah bagaimana yang aku rasakan, tetapi aku merasa lega karena akhirnya semua adalah bagian dari rencana kejutan Party untuk ku.
"Terima kasih ya teman-teman semua, terima kasih juga untuk Kakak-kakak Panitia dan Pembimbing juga untuk Pak Fito yang sukses membuat aku lemah tak berdaya." ucapku.
"He-he-he, maafkan aku ya Eka!" ucap Kak Eva dan Kak Pelita tertawa lepas.
"Udah, jangan khawatir lagi." ucap Merry dan Fani menenangkan aku.
"Gimana kamu?" tanyaku.
"Aku? Aku gak apa-apa." jawab Merry dengan santainya.
"Jadi kamu juga bohong?" tanyaku.
"Iyaa." ucap Merry menelan kue tart di mulutnya kemudian tertawa.
"Ya Allah, tega kamu Mer!" ucapku.
"Setelah ini kalian bisa pulang!" ucap Kak Eva.
"Iya, untuk Eka dan Merry bisa melihat catatan teman-teman yang lain ya!" saran Kak Pelita.
"Iya Kak." ucapku dan Merry bersamaan.
Selesai makan kue tart kami pulang, seperti biasa aku, Feni dan Merry pulang bersama-sama.
nice dan fresh story authorr!! :)
Comment on chapter Prolog