"Eka.." panggil Pak Fito.
"Eka?" panggil Pak Fito lagi.
Entah berapa kali Pak Fito memanggil namaku, hingga akhirnya aku tersadar dari lamunanku. Bahuku terangkat dengan refleks ketika mendengar suara Pak Fito, suara itu sangat dekat terdengar telingaku sebelah kanan.
Aku melihat ke arah kanan, mataku membelalak saat menatap wajah Pak Fito.
"Eh iya Pak." ucapku sambil tersenyum simpul.
"Cengengesan saja kamu! Dari tadi melamun saja? Sekarang kerjakan soal di papan!" pinta Pak Fito.
"Huu..." cibir Mahasiswa yang ada di kelas.
Aku berdiri lalu menjawab soal-soal yang diberikan Pak Fito, beruntung aku bisa menjawab soal-soal yang bisa dibilang hukuman dari Beliau.
"Pintar." ucap Pak Fito terlihat bangga dengan ku karena bisa menjawab soal-soal.
"Terima kasih Pak." ucapku kemudian duduk.
Usai cibiran dari Mahasiswa kini suara tepuk tangan dari mereka yang terdengar. Pak Fito menjelaskan jawaban dari soal di papan tulis.
**
"Jam pertemuan kita sudah habis, sekian. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap Pak Fito setelah melihat jam di tangannya berbunyi Beliau mengemasi buku ke dalam tas lalu berjalan menuju ruangannya.
Aku menarik nafas dalam-dalam, aku merasa malu juga takut dengan Pak Fito terlebih lagi kepada teman-teman di kelas.
"Hei, jangan bengong! Ayo kumpul di Aula!" ajak Fani.
"Iya ayok!" sahut Merry yang duduk di belakangku.
"Iya!" jawabku.
Kami bertiga berjalan menuju Aula, siang ini akan ada kampanye ekstrakurikuler di Kampus.
"Eh kamu tadi kok bisa Ka? Padahal soal dari Pak Fito kan belum Beliau jelaskan?" tanya Merry heran.
"Loh? Pak Fito tadi belum menjelaskan?" tanyaku kebingungan.
"Soal yang kamu jawab tadi belum dibahas Pak Fito, berhubung Beliau melihat kamu melamun jadi diberikan hukuman menjawab soal itu!" tutur Fani menjelaskan.
"Oh begitu, aku tadi sedang memikirkan ekstrakurikuler, begitu sadar Pak Fito memberi aku hukuman." ucapku.
"Kamu belajar dari mana Ka?" tanya Merry yang masih kepo karena pertanyaannya belum aku jawab.
"Jadi, bab tadi aku belajar dari buku di rumah! Aku membeli bab baru untuk pembelajaran." jawabku.
"Pintar kamu Ka!" puji Merry dan Fani bersamaan.
Di ruang Aula sudah banyak Mahasiswa-Mahasiswi duduk di kursi yang sudah dipersiapkan, Panitia DINAMIKA dan 3 Maskot dari masing-masing ekstrakurikuler memasuki ruangan.
3 Maskot itu menjelaskan kegiatan apa saja yang dilakukan selama ekstrakurikuler berlangsung, selain itu maskot juga menjelaskan tentang perlombaan mengenai ekstrakurikuler tersebut.
Hampir 2 jam aku duduk di Aula mendengarkan Maskot serta memikirkan ekstrakurikuler apa yang tepat untukku.
"Sekarang giliran kalian yang harus memilih ya!" ucap Kak Eva.
Panitia DINAMIKA membagikan satu lembar kertas yang akan ditulis oleh Mahasiswa ekstrakurikuler apa yang mereka pilih.
Dalam waktu 20 menit aku harus menentukan ekstrakurikuler pilihanku, STAN Olympic Team pilihanku. Usai menuliskan di kertas, ku berikan kepada Panitia DINAMIKA.
"Saya harap besok Mahasiswa-Mahasiswi yang mengikuti ekstrakurikuler STAN English Club datang!" saran Kak Eva.
"Iya Kak." jawab Mahasiswa-Mahasiswi.
Mahasiswa-Mahasiswi kemudian pulang sedangkan Panitia DINAMIKA masih berada di Aula menjumlah berapa Mahasiswa yang mengikuti masing-masing ??????ekstrakurikuler.
Hari ini aku bersama Fani dan Merry ke Toko Buku, aku mengantarkan mereka membeli buku dengan materi yang sama seperti Pak Fito ajarkan tadi di kelas.
Mataku membelalak saat melihat buku Pabean dengan bab yang berbeda lagi, aku membaca daftar isi pada salah satu buku yang sudah terbuka segelnya.
"Ka.." panggil Merry.
"Iya Mer?" tanyaku.
"Ayo! Aku dan Fani udah selesai." ucap Merry.
"Oh, iya iya. Sebentar Mer." kataku kemudian berjalan menuju Merry dan Fani yang sudah berdiri di dekat kasir.
Ternyata mereka sudah membayar buku-buku Pabean, maka kami berjalan ke tempat parkir masuk ke dalam mobil Merry.
"Berarti kita antar Fani dulu ya!" ucap Merry sambil memasang belt.
"Iya Mer." sahut Fani.
Merry mengendarai mobilnya menuju rumah Fani, baru setelah itu Merry mengantarkan aku pulang.
"Aku turun di depan aja Mer!" ucapku sambil menunjuk arah kiri tepat setelah gang.
Merry langsung menghentikan laju mobilnya tepat di depan gang yang tadi aku tunjukkan.
"Sebenarnya rumah kamu di mana sih Ka?" tanya Merry sambil menengok arah kanan dan kiri.
"Deket kok Mer! Pulang dulu ya, Daaa..." ucapku melambaikan tangan setelah turun dari mobil Merry.
"Makasih ya Ka!" ucap Merry juga melambaikan tangannya.
"Sama-sama." ucapku sedikit berteriak karena laju mobil Merry mulai menjauh.
**
"Assalamualaikum Bu, Nek." sapaku memasuki rumah.
Kondisi yang aneh rumah dikunci, bahkan tidak seperti biasanya Ibu dan Nenek mengabaikan salamku. Justru mereka yang bersemangat saat aku pulang.
Aku menyusuri ruangan dan kamar tidur namun, aku masih belum menemukan keberadaan Ibu dan Nenek. Di dapur aku melihat banyak peralatan memasak yang baru saja digunakan, di luar juga tidak ada tetangga. Panik, bingung dan khawatir sudah ada dibenakku.
Aku menunggu Ibu dan Nenek di teras, untuk mengurangi rasa khawatir aku membaca buku Pabean. Sudah cukup lama aku menunggu Beliau di teras ini, hingga rasa kantukku datang.
"Kamu kok di luar?" tanya Ibu yang datang bersama Nenek.
"Aku menunggu Ibu, aku khawatir dengan Ibu juga Nenek!" sahutku, "Ibu dan Nenek dari mana?"
"Maaf ya sayang, Ibu dan Nenek tidak memberitahukan kepada kamu! Ibu dan Nenek tadi mengantarkan pesanan teman Niken." ucap Ibu.
"Teman Niken? Yang mana ya Bu?" tanyaku.
"Ayo masuk ke dalam!" ajak Nenek.
Kami bertiga masuk ke dalam rumah lalu makan siang, Ibu kemudian menceritakan teman Niken yang memesan makanan.
Sambil memasak aku menceritakan kepada Ibu dan Nenek tentang ekstrakurikuler yang aku ikuti di kampus, Ibu dan Nenek sangat mendukung apalagi beberapa lomba sudah pernah aku ikuti.
"Permisi, Eka." suara dari teras sambil mengetuk pintu.
Aku berjalan, "Iya sebentar!" ucapku kemudian membuka pintu, "Eh Bu Christin. Silakan duduk Bu!"
Ibu menghampiri kami saat mendengar aku memanggil Bu Christin, Mamanya Tania.
"Eh ada Bu Christin, mari silakan duduk!" saran Ibu yang juga ikut duduk di samping Bu Christin.
"Begini Bu, saya memesan makanan ya Bu besok sore saya kesini mengambil nasi. Saya pesan nasi campur ikan ayam sebanyak 200 kotak." ucap Bu Christin.
Aku meninggalkan Ibu dan Bu Christin yang sedang berbicara, sedangkan aku membuatkan minuman untuk Bu Christin.
"Ini Bu, silakan diminum!" saran ku memberikan satu gelas teh manis hangat.
"Makasih sayang, bagaimana kuliah kamu?" tanya Bu Christin.
"Baik Bu, baru hari ini Dosen mengajar." jawabku.
"Iya, Tania juga hari ini pertemuan pertama dengan Dosen di kelas. Dia selalu aja merayu Papanya untuk segera mengirim sepeda motornya ke Malang, tapi kami khawatir jika Tania membawa kendaraannya. Apalagi Tania kan sembrono." kata Bu Christin.
"Iya, demi keselamatan Tania sebaiknya tidak dikirim motornya." ucapku.
"Iya Ka, oh iya Bu Zahra ini uang DP dari saya." kata Bu Christin kemudian mengeluarkan amplop putih yang berisikan sejumlah uang diberikan kepada Ibu.
Ibu menghitung uang di dalam amplop, "Terlalu banyak ini Bu!"
Bu Christin menolak, "Gak Bu, sudah saya hitung. Jangan memberikan harga berbeda Bu, hanya karena saya sudah mengenal keluarga Ibu Zahra. Kan sekarang belanja bahan-bahan mahal."
"Terima kasih ya Bu!" ucap Ibu.
"Iya Bu Zahra, oh iya saya pamit pulang ya." ucap Bu Christin.
Bu Christin menjabat tangan Ibu, sedangkan aku mencium punggung tangannya. Karena Nenek sedang shalat maka Bu Christin memutuskan langsung pulang.
"Alhamdulillah ya Nak, dapat pesanan." ucap Ibu.
"Iya Bu, alhamdulilah. Akhir-akhir ini banyak pesanan." ucapku.
"Pesanan? Pesanan apa?" tanya Nenek.
"Jadi tadi Bu Christin kemari Nek, beliau memesan nasi campur 200 kotak." ucapku.
"Oh, untuk kapan itu?" tanya Nenek.
"Buat besok sore Bu." jawab Ibu.
Kami melanjutkan memasak, beberapa makanan yang sudah matang aku letakkan di dalam Tupperware.
Aku bersama Ibu bergantian mandi lalu berangkat ke Warung untuk berjualan, karena kondisi Warung ramai Nenek juga ikut membantu melayani pembeli.
nice dan fresh story authorr!! :)
Comment on chapter Prolog