Kegiatan DINAMIKA tidak seperti apa yang aku bayangkan, tidak lagi ada perpeloncoan seperti beberapa tahun yang lalu.
Panitia DINAMIKA ramah-ramah mereka mengajak kami untuk melihat di area sekitar kampus, kegiatan di dalam kelas hanya saat Dosen mengisi acara.
Kegiatan DINAMIKA sudah selesai, semua Miba masuk ke kelas sesuai jurusan prodi masing-masing.
Meski kelas dimulai besok namun kegiatan di kelas diisi untuk perkenalan dengan teman-teman satu kelas jurusan prodi yang sama.
Aku mendapatkan teman baru, namun tidak seperti Niken dan Tania. Niken berbeda jurusan dengan aku, dia lebih memilih jadwal kuliah malam karena saat pagi hari Niken gunakan untuk bekerja. Jika mengingat Tania, membuat aku kangen dengan sahabat sepertinya.
"Hai Ka, kamu melamun saja!" ucap Fani.
"Eh kamu Fan, bukan melamun. Aku hanya memikirkan IPK." kataku menyimpan rasa kangen terhadap Tania.
"Ya Allah, kan masih lama Ka! Kantin yok!" ajak Fani.
"Waduh kebetulan aku masih kenyang Fan, kamu ke kantin dulu aja Fan." kataku menolak ajakan Fani.
"Oke duluan ya." pamit Fani berjalan menuju Kantin.
Aku melihat sekeliling, tidak ada Mahasiswa-Mahasiswi di kelas maka dari itu aku berjalan menuju Perpustakaan.
Perpustakaan di kampus membuat aku nyaman karena koleksi buku-bukunya lengkap hanya ada buku pelajaran, banyak mahasiswa-mahasiswi juga di ruangan ini.
Aku mengambil buku tentang Kepabeanan lalu memilih tempat duduk yang kosong, tepatnya di depan jendela dengan kaca bening semilir angin membuat aku semakin betah di tempat ini. Meski sudah ada AC???? tetapi masih terasa panas jika tidak ada angin semilir dari luar, apalagi cuaca di Surabaya panas matahari tidak pernah absen.
"Hai, kamu Mahasiswi baru ya?" tanya salah satu Mahasiswi ketika duduk di samping kiri aku duduk.
"Iya Kak." jawabku menoleh wajah Mahasiswi itu secepat kilat karena sedang konsentrasi membaca buku pabean.
"Jangan panggil Kak, kita seumuran kok! Aku juga Mahasiswi baru. Nama aku Vanya, nama kamu siapa?" tanya Miba yang ternyata bernama Vanya.
"Nama aku Eka, salam kenal ya." kataku menjabat tangan Vanya.
"Iya, kamu jurprod (jurusan prodi) apa Ka?" tanya Vanya.
"Aku Bea dan Cukai Van, kalau kamu?" tanyaku.
"Kalau aku jurprod akutansi Ka." kata Vanya.
"Kalau aku dulu SMK akutansi Van, tapi sekarang pengen di Bea Cukai." ucapku sambil tersenyum.
"Oh gitu." kata Vanya.
"Hey Maba Miba Bea Cukai diharap masuk kelas karena Dosen akan segera masuk!" pinta Penjaga Perpustakaan.
"Van, aku ke kelas dulu ya. Daaa.." kataku mengembalikan buku lalu berjalan menuju kelas.
Ketika sampai di kelas aku langsung duduk karena Dosen bersama assistennya sudah berdiri di dekat pintu.
Dosen memperkenalkan diri bersama assistennya, kemudian assisten menuliskan jadwal pelajaran untuk besok pagi.
Dosen juga menjelaskan peraturan selama Beliau mengajar di kelas ini, semua Mahasiswa-Mahasiswi hanya memperhatikan serta mendengarkan apa yang diucapkan Dosen.
"Pertemuan ini kita akhiri sampai di sini ya!" kata Pak Fito selaku Dosen pengajar Bea dan Cukai.
"Sampai besok ya!" ucap Kak Rida.
"Iya Pak, Kak." jawab Mahasiswa.
**
"Assalamualaikum Bu, Nek." sapaku masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam Nak." jawab Ibu keluar dari dapur membawa makanan lalu meletakkan makanan di meja makan.
"Kuliah kamu gimana Nak?" tanya Nenek.
"Belum ada pelajaran Nek, hari ini perkenalan dengan Dosen juga assistennya." ucapku berjalan menuju kamar untuk mengganti pakaian.
"Ayo makan!" ajak Ibu menyiapkan makanan untukku.
"Terima kasih Bu. Oh iya Bu, nanti Eka pinjam ponsel Ibu ya? Eka kangen Tania Bu, Eka akan menelfon dia." tanya Eka.
"Iya sayang. Kamu pakai ponsel Ibu saja!" kata Ibu.
Aku menyelesaikan makan setelah itu baru menelfon Tania, sahabatku.
**
"Hallo Tan."
"Eh Hallo Ka, gimana kamu? DINAMIKA di Surabaya gimana?" tanya Tania.
"Seru sih Tan! Tapi percuma gak ada kamu!"
"Ya elah, segitu cintanya kamu sama aku sayang." kata Tania.
"Iya lah! Gue sayang elo. He-he-he." ucapku kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Idih, kamu gombal mulu Ka." ucap Tania.
"Iya deh iya, gimana kuliah kamu?" tanyaku.
"Di sini Mibanya cuek-cuek Ka, gak seperti kita! Aku kangen sama kamu, besok kita main yuk!" ajak Tania.
"Loh? Memangnya weekend kamu pulang Tan?"
"Pengennya sih Ka! Aku kangen sama kamu! Kangen sama Papa Mama juga." ucap Tania, "eh tapi sepedanya belum diantar Papa ke Malang! Mungkin besok kalau pulang aku naik bus."
"Jangan Tan!" ucap Ibu.
"Eh Ibu, apa kabar Bu? Nek?" tanya Tania.
"Baik Nak." sahut Ibu dan Nenek.
"Duh kompak banget Bu!" ucapku.
"Gimana kabar kamu? Sehat kan?" tanya Ibu.
"Puji Tuhan Tania sehat Bu, Tania kangen kalian." ucap Tania.
"Sabar Tan, kan kamu belum ada sepeda! Lagi pula kalau naik bus pulang pergi pasti kamu capek." kata Ibu menasihati Tania.
"Iya Tan, Minggu depan sudah mulai pelajaran kan?" tanyaku.
"Iya Ka." jawab Tania.
"Sudah kalian tahan dulu kangen-kangenannya!" saran Nenek.
"Iya Nek." kata Tania, "Eh Ka, udah dulu ya! Soalnya aku mau mandi."
"Oke Tan, baaey." kata Eka.
"Iya, salam buat Nenek juga Ibu ya." kata Tania.
"Iya Tan." ucapku.
***
Aku kembali membantu Ibu dan Nenek yang sedang memasak makanan di dapur, sore harinya aku segera mandi mengangkut makanan ke Warung bersama Ibu.
Teman-teman kuliah banyak yang tidak mengetahui kalau aku dan Ibu berjualan di ujung jalan, sehingga mereka kaget ketika membeli di Warung Ibu.
Niken menjadi pembeli tetap semenjak mengetahui kalau Ibu berjualan makanan, apalagi karena Ibunya Niken tidak pernah memasak.
"Hai, kok tadi kamu gak kuliah Ken?" tanyaku sambil memberikan nasi bungkus pesanannya.
"Aku ambil kuliah sore Ka, kalau pagi aku kerja." jawab Niken.
"Oh, kerja di mana kamu Ken?" tanyaku lagi karena penasaran.
"Aku kerja serabutan Ka, tapi alhamdulilah kemarin melamar pekerjaan di konter diterima." ucap Niken.
"Oh, gaji berapa Ken?" tanyaku.
"Kalau gaji belum terlalu banyak Ka, mungkin satu juta." jawab Niken, "kamu mau Ka? Nanti aku bilangkan bosku."
"Ehm.. Aku pikir-pikir dulu ya Ken."
"Iya Ka, eh iya aku balik dulu ya. Daaa." ucap Niken.
Niken kemudian pulang, aku melanjutkan membantu Ibu yang sedang dikerumuni pembeli.
nice dan fresh story authorr!! :)
Comment on chapter Prolog