Read More >>"> Perfect Love INTROVERT (Eight) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perfect Love INTROVERT
MENU
About Us  

Tepat jam 9 Pagi Tania bersama Papa dan Mamanya datang, kedua orang tua Tania menjemput juga meminta izin kepada Ibu dan Nenek.

"Iya Bu, Pak! Tapi anak saya tidak merepotkan Ibu dan Bapak kan?" tanya Ibu.

"Tidak Bu" kata Bu Christin (Mamanya Tania) tersenyum memandang Pak Dito, "Kami tidak merasa terepotkan kehadiran Eka, justru kami bersyukur Tania tidak kesepian selama perjalanan ke Malang." ucap Bu Christin.

"Eka pamit ya Bu, Nek!" kataku lalu pamit mencium punggung tangan Ibu dan Nenek.

"Permisi ya Bu, Nek kami berangkat." kata Pak Dito.

"Iya, hati-hati ya Pak, Bu." ucap Ibu dan Nenek.

Aku, Tania dan kedua orang tua Tania masuk ke dalam mobil lalu Pak Dito mengendarai mobilnya menuju Malang, selama di Mobil Tania bersamaku membaca buku bank soal Akutansi.

Hanya terdengar suara musik yang diputar Pak Dito di dalam mobil, Pak Dito fokus menyetir sedangkan Bu Christin sibuk mengerjakan laporan sambil menyanyikan lagu-lagu tembang kenangan yang diputar di dalam mobil.

4 jam berlalu, kami sampai juga di STAN Malang. Aku menemani Tania bersama kedua orang tuanya masuk ke dalam universitas STAN, Tania memastikan jadwal masuk kuliahnya sedangkan Pak Dito dan Bu Christin mengurus segala administrasi selama kuliah.

Setelah mengurus administrasi dan melihat jadwal kami melanjutkan pergi mencari kost untuk Tania, disekitar PKN STAN memang banyak kost namun Tania belum merasa nyaman begitu melihat kondisi rumah kost.

Sudah banyak kost yang kami kunjungi, keluar masuk beberapa kamar hingga akhirnya aku menemukan tempat kost yang cocok untuk Tania.

"Sepertinya tempat kost ini cocok untuk kamu Tan!" saran ku.

"Astaga, aku juga mau ngomong seperti itu loh Ka!" ucap Tania.

"Ya Tuhan selera kalian sama ya." ucap Bu Christin dengan tertawa terbahak-bahak.

"Iya nggak nyangka ya Ma." sahut Pak Dito.

"Tania mau kost di sini aja Pa, Ma." ucap Tania.

"Iya, Mama dan Papa akan membayar. Sekarang kita menemui Ibu kostnya ya!" ajak Bu Christin.

Pak Dito, Bu Christin, Tania dan aku berjalan menemui Ibu kost yang sedang menjelaskan kepada calon mahasiswi yang juga akan kost di tempat ini.

Pak Dito membayar cash kamar kost yang ternyata senilai Rp 10 juta, memang kost ini mahal tetapi setara dengan fasilitas yang juga ada di kost ini. Fasilitas ACWi-fi, TV, kamar mandi di dalam kamar, disetiap kamar terdapat PLN yang sudah memakai token, disetiap kamar mahasiswi diperbolehkan membawa barang elektronik.

"Ini Nak, kuncinya." kata Bu Tika (Ibu kost) memberikan kunci kamar yang kini sudah menjadi milik Tania.

"Terima kasih Bu." kata Tania.

Setelah melihat ruangan-ruangan yang ada di rumah kost, kami pulang.

"Pa, kita makan ya!" ajak Bu Christin.

"Iya Ma." jawab Pak Dito.

Pak Dito kemudian menghentikan laju mobilnya menuju rumah makan terdekat karena mereka sudah terasa lapar.

"Kalian pesan apa?" tanya Bu Christin.

"Eka sudah makan Tante, Om." kataku.

"Itu kan tadi pagi, ayo makan!" ajak Bu Christin.

Tania memesankan makanan untukku, karena merasa tidak enak dengan kedua orang tua Tania aku memakan makanan itu!

"Kita mau kemana lagi sayang?" tanya Pak Dito.

"Kita refreshing yuk Pa, Ma!" ajak Tania.

"Boleh! Mau kemana?" tanya Bu Christin dengan semangat dan antusias.

"Mau ya Ka!" pinta Tania.

Aku mengangguk, "Iya."

Sebenarnya aku ingin liburan, tetapi aku merasa takut dengan Ibu dan Nenek apalagi belum meminta izin kepada beliau. Tania menatapku dalam, mencoba menangkap apa yang sedang aku pikirkan.

"Ini Ka, kamu telfon Ibu ya! Biar tenang." saran Tania kemudian memberikan ponselnya.

Aku tersenyum menerima ponsel Tania, "Terima kasih Tan! Kamu yang paling mengerti." ucapku.

"He-he-he iya dong Ka, udah lama kita berteman." kata Tania.

"Permisi ya Tante, Om!" pintaku.

Aku berjalan menjauh dari tempat duduk Tania dan kedua orang tuanya makan, lalu menelfon ponsel Ibu.

"Assalamualaikum. Hallo Bu, ini Eka. Bu, Tania dan orang tuanya mengajakku untuk jalan-jalan! Kemungkinan Eka akan pulang malam hari Bu." kataku meminta izin.

"Waalaikumsalam. Iya, tidak apa-apa Nak!" kata Ibu, "hati-hati ya." lanjut Ibu sebelum mematikan ponsel Tania yang sedang aku pinjam.

Aku menghampiri Tania beserta kedua orang tuanya menungguku sedang menelfon. Kami langsung pergi dari rumah makan itu, Pak Dito mengendarai mobilnya menuju obyek wisata sesuai keinginan putrinya.

Obyek wisata Museum Angkut menjadi pilihan Pak Dito dan Bu Christin, kami masuk dan berpencar dari Papa dan Mama Tania. Sayang sekali Poppy dan Nila tidak ikut masuk obyek wisata bersama kami, sudah bisa dibayangkan jika ada Nila dan Poppy bersama kami akan ramai. Tentunya Nila akan terus ngobrol tidak ada henti, Nila selalu ahli dalam hal berbicara.

Aku dan Tania foto bersama di bangunan yang ada di dalam obyek wisata ini, obyek ini sangatlah bagus. Keindahan obyek wisata ini membuatku lupa akan waktu, beruntung kita bertemu dengan Papa dan Mama Tania di kuliner Nusantara.

"Makan yuk!" ajak Tania.

"Aku masih kenyang Tan." ucapku menolak ajakan Tania dengan halus, "Aku shalat dulu ya!" pamitku.

"Aku antar!" paksa Tania, "Daa Papa Mama." ucap Tania segera mengejar langkahku yang mulai menjauh dari Papa dan Mama Tania duduk.

Tania menungguku di luar masjid, kami berjalan menuju parkiran karena Papa dan Mama Tania sudah menunggu kita di sana.

"Ini Tan, Ka! Dimakan ya!" ucap Bu Christin memberikan camilan untuk aku dan Tania.

"Iya Tante, terima kasih." ucapku.

Kami pulang menuju Surabaya, di perjalanan aku tertidur lelap. Bahkan Tania rela pindah duduk di belakang supaya aku bisa tertidur dengan posisi yang nyaman, aku juga tidak mengetahui saat Bu Christin dan Pak Dito berhenti di Pasar Lawang membeli oleh-oleh juga makanan untuk aku dan Tania yang juga sedang tidur di belakang.

"Eka, Ka, Ka.." kata Ibu membangunkan tidurku.

Seperti mimpi, mana mungkin ada suara Ibu? Apalagi aku sedang bersama Tania dan kedua orang tuanya.

"Ka.. Eka.. Bangun Nak!" kata Ibu lagi dengan sabar membangunkan tidurku.

Perlahan aku membuka mata, aku terkejut saat melihat Ibu dihadapanku.

"Eh Ibu." kataku membuka memejamkan mata berkali-kali untuk memperjelas penglihatan ku.

"Kamu sudah di depan rumah sayang! Ayo turun!" ajak Ibu.

Aku turun dari mobil, "Astaghfirullah Eka tertidur ya Tante, Om. Maaf ya Tante, Om." kataku.

"Tidak masalah Ka, santai saja! Oh iya ini buat kamu, Ibu juga Nenek." kata Bu Christin memberikan kantong plastik.

"Kenapa jadi repot-repot begini Bu?!" kata Ibu merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa Bu!" kata Bu Christin, "Oh iya, sudah malam kami pamit dulu ya!" kata Bu Christin kemudian masuk ke dalam mobil.

Pak Dito juga masuk dalam mobil lalu pulang, aku bersama Ibu dan Nenek masuk rumah. Aku shalat lalu melanjutkan tidur karena masih mengantuk.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    nice dan fresh story authorr!! :)

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Temu Yang Di Tunggu (up)
15123      2403     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Black Roses
27495      4005     3     
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
injured
1158      629     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
Wannable's Dream
33861      4852     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Power Of Destiny
10984      2586     4     
Fan Fiction
Lulu adalah seorang wanita yang mempunyai segalanya dan dia menikah dengan seorang cowok yang bernama Park Woojin yang hanya seorang pelukis jalanan di Korea. Mereka menikah dan mempunyai seorang anak bernama Park Seonhoo. Awal pernikahan mereka sangat bahagia dan sampai akhirnya Lulu merasa bosan dengan pernikahannya dan berubah menjadi wanita yang tidak peduli dengan keluarga. Sampai akhirnya L...
Truth Or Dare
7602      1397     3     
Fan Fiction
Semua bermula dari sebuah permainan, jadi tidak ada salahnya jika berakhir seperti permainan. Termasuk sebuah perasaan. Jika sejak awal Yoongi tidak memainkan permainan itu, hingga saat ini sudah pasti ia tidak menyakiti perasaan seorang gadis, terlebih saat gadis itu telah mengetahui kebenarannya. Jika kebanyakan orang yang memainkan permainan ini pasti akan menjalani hubungan yang diawali de...
Gomawo
2219      873     10     
Fan Fiction
Dia, datang. Dia, merubah. Dia, dunia. Hidup seorang Park Jihoon berubah 180 derajat setelah bertemu dengannya. Seorang yeoja bernama Yi Rang yang telah merubah dunianya. Yang membuatnya bahagia sekaligus berdebar menunggu kedatangannya. Yang membuatnya mampu untuk berani menggenggam tangan yeoja tersebut dengan penuh ketulusan.
You Are The Reason
1958      780     8     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...