Suara kicauan burung dari luar rumah dan terik matahari yang mulai menerobos masuk melalui celah jendela kamarku, menyilaukan mata saat melihat jam beker ternyata sudah menunjukkan jam 6.
Aku tidak pernah bangun siang seperti ini! Apa mungkin karena lelah membantu Ibu? atau lelah membuat proposal semalam suntuk.
Sarapan pagi aku lalaikan demi mengejar waktu masuk sekolah, beruntung sampai di sekolah gerbang belum ditutup. Aku segera berlari menuju kelas meletakkan tas di bangku kemudian mengikuti upacara di Lapangan.
Upacara ini pertama bagi Siswi baru untuk kelas X, XI dan XII karena sudah memasuki tahun ajaran baru. Tahun ini aku sudah memasuki kelas XII tentunya beberapa bulan lagi akan disibukkan dengan tambahan pelajaran yang akan diberikan Bapak/Ibu Guru di sekolah, kegiatan aku membantu Ibu juga berkurang.
"Eka." panggil Tania saat upacara selesai namun aku masih berdiri ditempat aku berbaris.
"Eh apa Tan?" tanyaku terkejut dengan tangan Tania yang juga memukul bahuku.
"Ayo ke kelas! Ngapain di sini? Melamun apa kamu?" tanya Tania menggandeng Eka kemudian berjalan menuju kelas.
"Nggak melamun Tan! Sedang memikirkan kesibukan kita beberapa bulan lagi!" jawabku dengan tersenyum.
"Iya ya. Eh bagaimana Prakerin kamu?" tanya Tania.
"Baik kok Tan, semua berjalan lancar. Kamu gimana?" tanyaku kemudian duduk di bangku karena sudah sampai di kelas.
"Sama udah beres semua kok." jawab Tania.
Aku dan Tania Prakerin di tempat yang berbeda, itulah yang membuat kami jarang bertemu namun disaat bertemu seperti ini bangku kami akan ramai karena curhatan Tania.
Membicarakan soal Prakerin membuatku teringat bahwa Pak Adi memintaku untuk bekerja di kantor tersebut dengan posisi jabatan Staff Administrasi di kantor beliau, aku baru menyadari bahwa tawaran ini yang membuatku berfikir semalaman suntuk dan menyebabkan bangun tidur ku kesiangan.
Aku belum menceritakan kepada Ibu juga Nenek, kali ini aku lebih memilih menceritakan tawaran Pak Adi kepada Tania, Poppy dan Nila. Tetapi jawaban Poppy dan Nila justru membuatku merasa aneh, karena mereka mengatakan untuk menerima tawaran Pak Adi dan membiarkan formulir pendaftaran beasiswa hangus.
"Ikuti apa kata hati kamu saja Eka! Kamu harus meminta saran kepada Ibu dan Nenek, beliau berhak mengetahui tawaran yang diberikan Pak Adi." ucap Tania saat perjalanan pulang menuju rumahku.
"Iya Tan, kamu benar. Nanti aku beritahukan kepada Ibu dan Nenek untuk mencari solusinya." kataku.
Poppy, Nila dan Tania memanglah berbeda. Poppy memiliki sifat yang cuek dan masih kekanak-kanakan dalam menghadapi masalah dia tidak pernah memikirkan sebab akibat terlebih dahulu, kalau Nila orangnya hampir sama dengan Poppy memiliki sifat cuek dan tidak pernah memikirkan perasaan orang lain yang diketahuinya hanyalah tentang Cowok. Memang mantan Nila ada dimana-mana meski begitu Nila tidak pelit dengan aku, Poppy dan Tania. Kalau sifat Tania memiliki sifat easy going yang mudah bergaul dengan siapapun, dia sudah mengerti bagaimana kesulitan yang menimpaku juga keluargaku.
"Aku boleh ya disini dulu Ka!" pinta Tania saat berada di kamarku.
"Iya. Memangnya ada apa Tan?" tanyaku.
"Aku suntuk Ka, Papa dan Mama selalu bertengkar mereka selalu meributkan pekerjaan masing-masing yang terlalu sibuk itu! Bahkan disaat weekend mereka selalu gak ada waktu buatku. Kami jarang ke Gereja karena tidak kompak, Papa dan Mama selalu sibuk saat weekend entah sibuk dengan siapa?" ucap Tania diiringi air matanya menetes membasahi wajahnya yang cantik.
"Aku tahu rasanya kok Tan, tapi bersyukur kamu masih memiliki kedua orang tua yang utuh!" kataku.
Ibu masuk ke kamar, "Loh ada apa Tan? Eka kenapa Tania?" tanya Ibu panik saat melihat Tania tangis sesenggukan.
"Nggak Bu, tadi Tania sedang curhat." kataku.
Ibu duduk, "Sudah ya Nak Tania, jangan menangis. Sebenarnya ada apa?" tanya Ibu membelai rambut ikal Tania yang terurai menutupi wajahnya.
Tania hanya terdiam dia tidak mampu mengatakan kepada Ibu sehingga aku yang menceritakan alasan Tania sampai menangis. Aku bersama Ibu memeluk Tania untuk menenangkannya supaya tidak menangis sejadi-jadinya, Tania juga membalas pelukan kami.
"Kalau kamu mau menginap di sini juga tidak apa-apa Nak!" ucap Nenek membuka suara saat melihat kami berpelukan.
"Iya Nak!" ucap Ibu.
"Terima kasih ya Nek, Bu. Tania merasa nyaman berada diantara keluarga ini! Tapi lebih baik Tania pulang saja! Lain kali Tania tidur sini." kata Tania.
Tania pamit pulang, aku berterus terang kepada Ibu dan Nenek tentang tawaran dari Pak Adi. Tepat saja, jawaban Ibu dan Nenek sama persis dengan Tania.
**
Sore ini aku ditemani Ibu datang ke kantor Pak Adi menemui beliau, ketika memasuki ruangannya aku dan Ibu membicarakan tawaran beliau. Ibu memilih kata-kata yang tepat untuk menolak, aku juga memberitahukan kepada Pak Adi jika mendapatkan beasiswa di STAN. Pak Adi menerima keputusan yang kami pilih, apalagi beasiswa baginya juga sangat penting karena gelar dan nilai sekarang menjadi pedoman seseorang dalam mencari pekerjaan.
nice dan fresh story authorr!! :)
Comment on chapter Prolog