Pak Wanto menyeleksi Siswi kelas akutansi 1 dan 2, karena 2 bulan lagi akan ada lomba cerdas cermat yang diadakan oleh Universitas ternama di Surabaya.
"Lomba akan diadakan di Sekolah Tinggi Akutansi Negara." kata Pak Wanto.
"Lomba apa sih itu Pak?" tanya Tania.
"Lomba cerdas cermat Akutansi, materi yang nanti dilombakan ya Akutansi." kata Pak Wanto.
"Oh, ini Pak. Eka ikut!" ceplos Tania.
"Ssstt.. kenapa kamu bilang Pak Wanto Tan?" tanyaku geram dan mencubit paha Tania.
"Aduh.. aduh.. Sakit tau Ka! Udah deh, kan kamu pengen jadi mahasiswi STAN!" pinta Tania dengan kemarahannya karena aku cubit.
"Oke di kelas ini Eka Salima Salsabila ya! Satunya siapa lagi?" tanya Pak Wanto kepada Siswi-siswi.
"Tania Pak!" sahut Poppy yang duduknya berada di belakang bangku kami.
"Ng.. Ng.. nggak Pak!" bantah Tania dengan gugup.
"Di kelas ini ada 2 Pak siswi yang berprestasi, yaitu Febri. Kenapa nggak Febri dan Eka saja Pak? Perwakilan dari kelas kami!" saran Rindi yang sebagai Ketua kelas.
"Febri kemana dia?" tanya Pak Wanto.
"Febri ikut rekreasi kantor Papanya Pak." sahut Dini yang juga tetangga Febri.
"Ya sudah, dari kelas ini Eka dan Febri ya! Besok kasih tau Febri. Mulai besok siang akan ada tambahan pelajaran." ucap Pak Wanto kemudian berjalan masuk menuju Ruang Guru.
**
Aku sempat marah dengan apa yang dilakukan Tania, namun seperti sebelum-sebelumnya marahku hanya sebentar. Kami tidak akan tahan saling diam dengan kondisi satu bangku seperti ini! Teman-teman memberikan ucapan selamat kepadaku mereka seolah menaruh harapan supaya aku dan Febri bisa lolos dan mengalahkan kelas sebelah.
Sebagai permintaan maaf Tania, aku memintanya untuk mengantarkan ke Toko Buku. Tania mau menuruti permintaanku dengan mengantarkan ke Toko buku usai pulang sekolah, aku membeli buku Akutansi dengan bab lain yang tidak aku punya.
"Gimana Eka?" tanya Tania.
"Iya, kamu cari buku apa?" tanyaku.
"Ini aja! Buku Bank Soal STAN!" jawab Tania menunjukkan buku soal STAN yang dipegang.
**
"Assalamualaikum Bu, Nek!" ucapku masuk ke dalam rumah, disusul Tania masuk rumah.
"Waalaikumsalam Nak!" kata Ibu keluar dari dapur menemui aku dan Tania.
"Bu, Nek! Alhamdulillah Eka akan ikut lomba cerdas cermat." ucapku penuh semangat.
"Alhamdulillah Nak!" ucap Ibu dan Nenek kemudian memelukku.
"Ehm, gitu tadi ada yang nolak Bu! Giliran sekarang malah senang." ucap Tania mencibirku dengan senyum simpulnya.
"Argh kamu Tan! Tadi ya tadi sekarang ya sekarang! Tapi terima kasih ya Tan." ucapku.
"Iya Eka, oh iya Bu. Nek. Tania menunggu di sini boleh kan?" tanya Tania.
"Nunggu siapa Tania?" gumam ku didalam hati.
Aku merasa ada yang aneh dengan Tania, dia membawa sepeda motor sendiri lalu sedang menunggu siapa Dia?
"Iya Nak, tidak apa-apa." ucap Ibu.
Ibu dan Nenek melanjutkan memasak sedangkan aku bersama Tania mempelajari Akutansi di teras. Saat makanan sudah matang Tania bersamaku mengantarkan makanan ke Warung, karena sudah sore Tania memutuskan untuk pulang apalagi Tania mengetahui jadwalku membantu Ibu ketika sore hari.
***
Pulang sekolah aku dan Febri menemui Pak Wanto yang berada di Aula, ternyata sudah ada Rani dan Farah yang juga mengikuti seleksi.
Pak Wanto datang bersama Bu Fini membawa beberapa buku Akutansi, Bu Fini juga mengajar Akutansi namun beliau mengajar khusus kelas XI. Pak Wanto menyampaikan amanat dari Bapak Kepala Sekolah, siswi kelas XI tidak diperbolehkan mengikuti lomba ini dikarenakan sedang mempersiapkan data-data untuk Prakerin (Praktek Kerja Industri).
Jam les selesai, kami pamit pulang berjalan menuju gerbang dan masih membicarakan materi Akutansi yang baru saja mereka pelajari. Kedatangan Tania membuatku terkejut, aku tidak menyangka dirinya masih berada di sekolah. Memang di kelas Tania berjanji akan menungguku supaya kami pulang bersama-sama, aku mengira itu gurauan. Ternyata dia serius, Tania memboncengku mengantarkan pulang.
***
Hari perlombaan tiba, semua peserta datang bersama orang tua tentunya didampingi oleh Bapak/Ibu Guru dari sekolah masing-masing. Tania kecewa dengan peraturan perlombaan, padahal dirinya sangat menginginkan berada di ruangan perlombaan memberikan semangat untuk peserta dari SMK Bhakti. Meski tidak bisa memberikan semangat secara langsung, Tania masih bisa memantau skor yang diperoleh Eka juga perwakilan SMK Bhakti melalui Kak Dio tetangganya mahasiswa di STAN.
Babak Final, namaku dan Febri terpanggil. Akhirnya kami berdua bisa lolos masuk babak Final, sayangnya dibabak final peserta yang tidak bisa menjawab dengan tepat akan keluar sebagai Juara Harapan 1, Harapan 2, Juara 3, Juara 2 dan Juara 1. Soal pada babak Final sangatlah sulit, soal itu memang diluar kepala Siswi kelas X, XI dan XII.
Febri keluar dengan Juara Harapan 1, Juara Harapan 2 telah diraih Gita, Juara 3 diraih oleh Anton, Juara 2 namaku terpanggil dan Juara 1 adalah Cindy yang berasal dari SMA Negeri terfavorit di Surabaya.
"Cindy, Eka dan Anton. Silakan maju ke depan!" pinta salah satu Juri.
Aku mengajak Cindy dan Anton maju ke depan di atas panggung, semua Panitia berkumpul bersama Dewan Juri untuk memberikan trofi, uang tunai dan piala beserta sertifikat. Sebagai tambahan pihak Juri memberikan kepada Juara 1, 2 dan 3 formulir pendaftaran calon mahasiswa-mahasiswi STAN Surabaya.
"Terima kasih Pak, Bu." kataku.
"Iya selamat ya!" ucap Juri yang memberikan formulir pendaftaran.
Usahaku tidak sia-sia apa yang aku inginkan akhirnya terwujud, setelah foto dengan beberapa Juri dan Pihak Sekolah yang hadir aku dan Ibu pulang. Di rumah, Nenek tersenyum bangga. Beliau mengetahui kabar Juara 2 yang aku dapat dari Ibu.
"Tetapi Eka tidak bisa meraih Juara 1 Nek!" kataku sambil memanyunkan bibirku.
"Tidak apa-apa Nak!" ucap Nenek kemudian memelukku.
Aku mencoba berbesar hati menerima kegagalan itu mengingat sudah mendapatkan formulir pendaftaran STAN, formulir itu khusus diperuntukkan calon beasiswa saja.
nice dan fresh story authorr!! :)
Comment on chapter Prolog