Beberapa hari yang lalu aku sudah menyerahkan formulir pendaftaran SMK Bhakti yang sudah terisi beserta foto copy raport, nanti sore akan ada pertemuan di Aula SMK Bhakti membahas MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) atau biasa dikenal MOS (Masa Orientasi Siswa).
Jam 2.30 siang aku berangkat menuju SMK Bhakti, jaraknya memang cukup jauh makadari itu aku berangkat 30 menit sebelum acara dimulai.
Begitu sampai di SMK Bhakti, aku menyusuri ruang kelas mencari Ruang Aula ternyata letaknya berada di lantai atas.
Aku duduk di salah satu kursi yang menurutku nyaman, karena sudah banyak siswi datang. Acara dimulai diawali dengan sambutan Bapak Kepala Sekolah dilanjut Bapak/Ibu Guru Staff dan kakak-kakak OSIS.
Setelah mendengarkan sambutan Pak Kepala Sekolah, Bapak/Ibu Guru dan Panitia OSIS siswi memasuki kelas yang sudah ditentukan oleh pihak Panitia OSIS.
Aku berjalan mencari ruang kelas "Kelompok Biru" setelah menemukan ruangannya, aku masuk dan duduk di bangku depan. Saat itu aku bebas memilih bangku apa saja karena belum banyak siswi yang berada di dalam ruang kelas.
"Hai.. Di sini kosong? Bolehkah aku duduk di sini?" tanya siswi yang baru saja memasuki ruang kelas.
"Iya boleh, silahkan!" kataku mempersilahkan dia duduk, "namaku Eka Salima Salsabila, nama kamu siapa?" tanyaku kepadanya seraya memperkenalkan diri.
"Namaku Ayu Kamila, panggil Ayu aja!" kata Ayu kemudian menjabat tanganku.
Belum sempat berkenalan dengan Siswi lainnya beberapa Panitia OSIS masuk kelas untuk memperkenalkan diri, selain Panitia OSIS Siswi juga diminta memperkenalkan diri masing-masing. Panitia OSIS menuliskan bahan-bahan apa saja yang harus mereka rangkai, sambil mendengarkan perkenalan dari teman-teman kami juga mencatat tulisan Kak Meli.
Setelah pulang aku pergi ke Pasar untuk membeli bahan-bahan sesuai ketentuan masing-masing kelompok, tidak terasa matahari semakin tenggelam aku pulang. Dari tempat aku memberhentikan angkutan umum terlihat Warung Ibu sedang ramai, aku membantu beliau melayani para pembeli Nasi.
Ibu bertanya, "Kok pulangnya jam segini Nak?" sambil sibuk membungkus nasi.
"Eka membeli bahan-bahan Bu!" kataku kemudian memperlihatkan kantung plastik yang berisi bahan-bahan.
"Lebih baik kamu pulang saja! Biar Nenek yang membantu Ibu, lagi pula kamu capek kan?" sahut Nenek.
Memang wajahku terlihat sedang lelah, aku menuruti saja perintah Nenek dan Ibu. Ketika sampai rumah aku merangkai bahan-bahan yang tadi ku beli juga menyiapkan perlengkapan wajib dibawa selama MOS berlangsung.
***
Hari pertama menjalani MOS aku merasa khawatir terlambat masuk sekolah, ternyata pagar gerbang belum dikunci. Semua Siswi, Bapak/Ibu Guru dan Panitia OSIS mengikuti upacara di lapangan. Kemudian dilanjut acara di kelas masing-masing.
Hingga hari ke empat MOS berlangsung dengan berbagai kegiatan termasuk kegiatan tentang kekompakan bersama anggota kelompok, permainan Riddle berhasil kelompok Biru menangkan saat tantangan meminta tanda tangan kepada Bapak/Ibu Guru dan Panitia OSIS ternyata aku yang mendapatkan tanda tangan terbanyak alhasil pihak Panitia OSIS memberikan hadiah kepada kelompok kami.
Hari ke lima MOS, semua Siswi menjalani test hasilnya akan menentukan di kelas mana kita akan belajar. Selesai menjawab soal-soal test semua Siswi pulang, karena hasilnya akan diumumkan keesokan harinya.
***
Sebelum pengumuman semua Siswi berkumpul di Aula, Panitia OSIS mengumumkan siapa saja Siswi yang masuk kelas Akutansi. Namaku terpanggil diawal pengumuman, aku segera menuju kelasku. Menyusuri ruangan kelas hingga sampai akhirnya menemukan kelas Akutansi-1, belum banyak Siswi berada di Kelas sehingga aku bisa memilih tempat duduk yang nyaman buatku.
Siswi-siswi berkenalan dengan teman satu kelas, namun perkenalan terhenti karena Bapak/Ibu Wali Kelas masuk memberikan jadwal mata pelajaran dan membentuk Pengurus Kelas.
Aku duduk bersama Felicia Tania yang biasa ku panggil Tania, berteman dengannya sangatlah nyaman.
Libur semester 1 Tania sering bermain ke rumah, sebenarnya aku malu mengajaknya berkunjung ke rumah apalagi rumahku kecil dan tak sebagus dengan rumahnya. Tetapi Tania tetap saja memaksa ingin berkunjung ke rumah, sejak saat itu Tania mulai mengerti bagaimana pengorbanan Ibu membesarkan aku sendiri bersama dengan Nenek.
Tania salut dengan pengorbanan Ibu dan Nenek membesarkan aku dengan pendapatan Warung yang tidak bisa ditentukan nominalnya. Tania menceritakan kepadaku bahwa keinginannya juga sama dengan keinginanku, menjadi mahasiswi Sekolah Tinggi Akutansi Negara. Banyak hal yang kami lakukan selama liburan tak terkecuali membantu Ibu dan Nenek memasak di dapur, serta membeli bahan-bahan ke Pasar.
nice dan fresh story authorr!! :)
Comment on chapter Prolog