KRING...KRING...KRING...
Suara bel masuk kelas sudah berbunyi, ini hari terakhir siswa-siswi menghadapi Ujian Akhir Semester. Suasana di kelas dari ramai berubah menjadi hening, tidak ada suara siswa-siswi di dalam kelas. Kita terfokus pada lembar soal dan lembar jawaban diatas meja.
Hari ini Bapak/Ibu Guru juga mengumumkan hasil yang didapatkan siswa-siswi, nilai yang aku peroleh sangat bagus dan memuaskan.
Pada saat penerimaan Raport, wali kelas mengadakan rapat di dalam kelas bersama wali murid untuk membahas ujian nasional yang akan dihadapi oleh siswa-siswi pada tahun ajaran berikutnya.
Ibu dan Bu Ratna membahas SMA mana yang tepat untuk aku mendaftarkan diri dan melanjutkan sekolah, aku sempat mendengar hal itu! Namun keinginanku sangat berbeda, aku akan mendaftarkan diri sebagai calon siswi SMK Bakti bukan SMA favorit.
"Hasil Raport kamu gimana Eka?" tanya Nabil teman satu kelas.
"Aku belum mengetahuinya Nab, Ibu masih ada di dalam!" kataku sambil menunjuk ruang kelas yang masih banyak wali murid, "aku lihat nilai kamu boleh kan Nab?"
Nabil kemudian memberikan Raport yang sudah diberikan oleh sang Ayah, aku memperhatikan nilai-nilai itu! Hingga akhirnya Ibu keluar dari kelas, beliau memberikan Raport kepadaku.
"Sebentar ya Bu, aku lihat nilainya." kataku membuka Raport lalu memperhatikan nilai demi nilai yang ditulis oleh Bu Ratna.
"Iya, kali ini tidak ada ranking. Bu Ratna tadi menyampaikan begitu." kata Ibu menungguku duduk dikursi di depan kelas.
Teman-teman juga melihat nilai yang aku dapatkan, aku melihat ekspresi wajah mereka terkejut dengan nilai yang aku peroleh. Memang angka yang ada di Raport tidak kurang dari 85, bahkan nilai 90 hingga 95 yang sering terlihat di kolom nilai.
"Wah hebat kamu Eka." ucap Nabil.
"Nilai kamu juga bagus Nabil." kataku memuji nilainya, memang Nabil memiliki tingkat kecerdasan yang bagus sayangnya Nabil sendiri tidak pernah mengasah kemampuannya.
Bahkan selama ini isi otaknya hanyalah segala permasalahannya dengan pacarnya, Nabil menceritakan segala rahasianya kepadaku. Aku mencoba bersikap terbuka dengannya namun tetap tidak bisa.
**
"Wah, langsung daftar di SMA favorit aja besok Ka.." kata Ridlo.
"Ah kamu bisa saja Dlo! Aku mau daftar di SMK untuk besok." kataku.
Teman-teman menatapku dalam diam, aku mengetahui sebenarnya mereka ingin menanyakan Sekolah yang aku pilih.
Bu Ratna keluar dari ruang Kelas yang tentunya membubarkan kerumunan aku bersama teman-teman.
"Sudah.. Sebaiknya kalian pulang, jangan lupa persiapkan diri kalian untuk menghadapi Ujian Nasional!" saran Bu Ratna lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
"Iya Bu.." kata siswa-siswi.
"Aku pulang dulu ya! Dadaa..." kataku kemudian pulang bersama Ibu.
Di perjalanan pulang Ibu menanyakan kepadaku tentang perkataan ku di Sekolah tadi, aku menjelaskan kepada Ibu karena ingni belajar akutansi lebih dalam lagi. Kami sempat berdebat, Ibu memintaku untuk melanjutkan sekolah di SMA Negeri, tetapi aku tetap menolak.
"Assalamualaikum Nek." sapaku masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam Nak." kata Nenek keluar dari dapur.
"Loh Ibu masak apa?" tanya Ibu terkejut saat mengetahui Nenek memasak.
"Ini, tadi Ibu masak makanan kesukaan cucu Nenek." kata Nenek meletakkan makanan kesukaanku di meja makan, "Ayo makan dulu!" pinta Nenek.
Aku dan Ibu duduk kemudian makan bersama Nenek.
"Bagaimana nilai di sekolah?" tanya Nenek.
"Bagus Nek." jawabku.
"Oh iya, semalam Bu Cicik memberikan Nenek brosur SMA Negeri. Kamu coba daftar ya!" pinta Nenek.
"Ehm, Eka mau daftar SMK Nek!" kataku, "Eka mau mendalami ilmu Akutansi Nek, Bu! Kalau SMK kan bisa mendalami Akutansinya, kalau SMA Negeri hanya mempelajari seputar akutansi saja Nek, Bu!" kataku menjelaskan alasan masuk SMK.
"Bukannya kamu mau jadi lulusan mahasiswi Sekolah tinggi akutansi?" tanya Nenek.
"Iya Nek! Eka masih ingin mewujudkan cita-cita itu! Makadari itu Eka masuk SMK supaya bisa cepat bekerja, kalau uang Eka sudah terkumpul akan mendaftarkan diri di sekolah tinggi akutansi Nek, Bu!" kataku.
"Oh, begitu." kata Nenek.
"Ya sudah, Ibu memasak dulu ya!" kata Ibu berjalan masuk ke kamar mengganti pakaiannya kemudian memasak di dapur.
"Iya Bu! Nanti Eka bantu jualan ya Bu!' ucapku sambil meletakkan piring yang akan dicuci.
Nenek sudah siap membantu Ibu memasak di dapur, sedangkan aku mencuci piring lalu mengganti pakaian kemudian belajar.
Selama libur sekolah aku membantu Ibu berjualan menggantikan Nenek, Eka tidak tega melihat beliau terlalu lelah apalagi siang Nenek juga membantu Ibu memasak di dapur.
**
Libur kenaikan kelas yang hanya 14 hari itu tidak terasa, sekarang waktunya siswa-siswi masuk sekolah seperti biasanya. Bu Ratna selaku wali kelas memberikan pengarahan tentang ujian nasional dan tambahan pelajaran yang akan diberikan Bapak/Ibu Guru.
"Mulai hari Senin depan anak-anak kelas 3 akan mendapatkan tambahan pelajaran dengan mata pelajaran sesuai ketentuan ujian nasional!" kata Pak Rudi saat upacara tadi pagi.
Di perjalanan pulang aku mampir ke toko buku, membeli buku kumpulan soal-soal ujian nasional. Di sebelah kiri aku berdiri ada buku Akutansi yang tersusun rapi diantara banyaknya buku, aku membaca daftar isi pada buku Akutansi.
Dinginnya angin membuat aku tersadar, apalagi matahari semakin tenggelam. Aku berjalan ke kasir membayar buku kumpulan soal-soal.
"Assalamualaikum Nek, Bu!" sapaku bersamaan dengan masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam Nak! Kenapa baru pulang? Dari mana saja?" tanya Ibu.
"Maaf Bu, tadi Eka membeli buku. Di sana Eka membaca buku Akutansi eh lupa waktu Bu! Maaf ya Bu." kataku mencium punggung tangan Ibu.
"Ya sudah kamu di rumah saja ya! Biar Nenek yang membantu Ibu." pinta Nenek.
"Iya Nek." kataku.
Memang Ibu memintaku untuk tidak membantu beliau menjual makanan di warung, beliau memintaku untuk belajar dan belajar mengingat beberapa bulan lagi aku akan menghadapi ujian nasional.
Kesibukanku hanyalah sekolah dan belajar walaupun hari libur, meski begitu aku tidak merasa bosan dengan membaca dan menjawab soal-soal pada buku yang kubeli.
**
Saat ujian Nasional aku tidak merasa kesulitan karena soal-soal hampir mirip di buku yang aku beli.
Hari pengumuman tiba.
Semua siswa-siswi berkumpul di Aula, karena Pak Rudi akan mengumumkan hasil ujian nasional.
"Semuanya sudah berkumpul ya? Oke.. saya akan mengumumkan danem kalian!" ucap Pak Rudi yang duduk diantara Bapak/Ibu Guru seluruh Wali kelas IX.
"Eka Salima Salsabila..." ucap Pak Rudi belum selesai namun disusul dengan tepuk tangan riuh siswa-siswi lainnya, "Eka. Selamat ya! Nilai kamu paling tinggi di Kabupaten." kata Pak Rudi melanjutkan kata-katanya.
"Hah?" kataku terkejut.
"Iya, selamat ya!" kata Pak Rudi dan Bapak/Ibu Guru yang ada di Aula.
Ucapan juga berasal dari teman-teman satu kelas juga kelas lain, usai pengumuman Pak Rudi memberikanku hadiah berupa formulir pendaftaran SMA Negeri terfavorit di Surabaya namun aku menolak tawaran beliau. Aku memberitahukan kepada beliau bahwa akan melanjutkan sekolah di SMK serta memberikan alasannya, dengan rasa kecewa Pak Rudi akhirnya menerima kembali formulir itu serta mencoba berbesar hati menerima keputusanku.
nice dan fresh story authorr!! :)
Comment on chapter Prolog