Kini Raffa setelah pulang kantor, dia memutuskan untuk menjemput Viola dirumah sakit dimana Viola bekerja. Dia berencana mengajak Viola ke suatu tempat
“mau kemana Raf?”
“nanti juga kamu tau”
Akhirnya mereka sampai ditempat yang dimaksud Raff, iya ini adalah restoran milik keluarganya. Restoran yang waktu itu pertama kali Raffa dan Viola makan bersama, namun sangat sepi hanya ada beberapa mobil. Lalu mereka masuk dan Viola mendapati keluarganya dan keluarga Raffa lengkap ada anaknya ka Dian juga
“loh ko ada mamah papah?” tanya Viola
“ka dian? Ka dion juga?” lanjutnya
“kan ada yang mau ngelamar?” kata Raka menggoda
“ngelamar?siapa?”
“aku” kata Raffa
“kamu?”
“iya”
“iya jadi kita semua berkumpul disini untuk mengadakan lamaran yang akan dilaksanakan oleh Raffa untuk Viola” kata Beni
“iya sebelumnya Raffa udah izin serius ke papah” kata Raka
“iya jadi maksud dan tujuan aku pengen semuanya kumpul biar pada nyaksiin acara lamaran aku buat kamu”
“jadi aku disini berdiri sebagai RAFADIKA NURANSYAH” menekankan perkataan pada namanya
“ingin melamar putri dari Papah Raka yang tak lain adalah VIOLA ANANDINI SAHITYA. Akankah Viola berkenan menerima lamaran saya?”
“Will you marry me?” ucap raffa dengan lantang sambil menyodorkan sebuah cincin kepada Viola lalu Viola mengangguk sebagai jawaban iya
Melihat jawaban itu Raffa kegirangan dan langsung memakaikan cincin kepada Viola dan sebaliknya
Setelah beberapa minggu mengadakan acara persiapan untuk pernikan Raffa dan Viola akhirnya tiba disaat dimana Raffa dan Viola menjadi sepasang suami istri. Acara ini dihadiri oleh kolega-kolega besar dari keluarga Raffa maupun Viola. Teman-temannya sewaktu SMA juga tak sedikit yang menghadiri pernikahan mereka
Raffa dengan lancar mengucapkan ikrar pernikahannya, tak ada hambatan apapun saat dia mengatakannya. Setelah semua mengucapkan sah. Viola mencium punggung tangan Raffa, dan Raffa mencium kening Viola. Keduanya tersenyum
“nikah juga” ucap Sandi
“bentar lagi juga lo nyusul, udah tunangan kan lo” tanya Viola, dan Sandi mengangguk
“wih selamat ya” ucap Dimas yang datang bersama Elen
“kapan punya anak?” tanya Raffa kepada Dimas, Dimas dan Elen memang lebih dulu menikah dibandingkan mereka. Namun keduanya belum juga dikarunia anak
“doaiin aja” Dimas mengelus perut Elen
“wah, lo lagi hamil?” tanya Viola memegang tangan Elen
“iya, jalan 4 minggu”
“wah selamat yah” Elen tersenyum
“yaudah kita duduk duluan” diangguki keduanya
“selamat ya”
“selamat”
“makasih, La” Raffa merangkul Viola dengan sangat senang
“makasih kembali Raffa” Viola tersenyum