Raffa menitikkan airmata membaca surat itu,iya ini Raffa, Raffa yang lemah ketika orang yang dia sayang meninggalkannya
“apa maksudnya ini?” tanya Raffa, semua diam berniat tak menjawab
“Apa maksudnya?”
“APA MAKSUDNYA!?”
“Raf lo tenang dulu” kata Mawar
“dimana Ola?”
“Raf tenang Raf” kata Sandi
“Gimana gue bisa tenang, sekarang coba kaliab di posisi gue? Apakalian bisa tenang?” semua diam
“diem kan?”
“Raf, yaudh gue bakal kasih tau lo sekarang”
Mawar menjelaskan semuanya kepada Raffa dengan sangat detail, tak terasa air mata Raffa seorang lelaki yang terkenal badboy bisa menitikan airmatanya sederas ini. Setelah Mawar menjelaskan semuanya Raffa beranjak pergi
“lo mau kemana?” Raffa tak menjawab dia terus melangkahkan kakinya keluar rumah itu
Raffa melajukan motornya ke tempat seseorang yang membuatnya sangat membencinya kali ini. Dia sekarang sudah berada disini, dia di kantor polisi. Dia berniat menemui Danu untuk bicara dengannya
“sadar Lo?” kata Danu
“basa-basi”
“ngapain lo kesini?”
“menurut lo gue ngapain kesini?” Danu tersenyum miring
“walaupun sekarang gue di penjara, gue bahagia karena lo menderita Raf”
“Shit!” Raffa langsung menarik baju tahanan Danu dan langsung meninjunya, setelah terdengar suara keributan polisi langsung melerainya. Raffa tidak mendapat luka lebam apapun karena Danu tak berniat melawan
“gara-gara lo. Ola pergi” Raffa berteriak di cekalan para polisi itu
“gue pastiin lo ga hidup tenang, Dan”
Sekarang disini Raffa dia duduk sendiri di bangku taman di pinggir Danau, biasanya dia dan Viola akan kesini kalau mereka sedang jenuh untuk sekedar menonton genangan air danau saja
“kenapa kamu pergi, La” Raffa tersenyum pedih
“kenapa kamu harus nemuin si bangsat itu, La”
“argh” Raffa berteriak
“aku kangen kamu, La”
___
Sekarang adalah hari terakhir dimana seluruh siswa SMA Mulia Harapan melaksanakan Ujian Nasionalnya. Mereka tampak bersemangat karena sekarang adalah penentuan masa depan mereka
“Lo jangan murung terus dong, Raf” Ucap Fino
“liat lo yang sekarang, Lo udah kaya mayat hidup. Lo kurus banget” Dimas menambahkan
“gimana gue mau nafsu makan kalo Ola ga ada disini sekarang” Mereka menatap Raffa sedih
“Raf, ini udah 10 bulan sejak kejadian itu lo masih belum bisa lupain Ola?” tanya Mawar
“iya Raf udah lo jangan pikirin dia terus”
“lo bilang apa? lo bilang jangan pikirin dia terus? Lo tau apa sih hah? Lo semua tuh gaakan ngerti keadaan yang gue alamin sekarang. Lo tuh cuman ngerasa kasihan kan sama gue. Udah lah gausah peduli” Raffa pergi
“selalu aja begini” ucap Sandi
“kita harus bisa memahami keadaan Raffa” mereka mengangguk
Hari ini adalah hari dimana mereka dinyatakan lulus. Seperti biasa Raffa dinyatakan lulus sebagai pemegang nilai tertinggi disini. Kini Raffa melanjutkan jenjang pendidikannya di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bersama dengan kedua temannya yang tak lain adalah Bagas dan Fino. Raffa mengambil jurusan management dan bisnis, karena Raffa akan menjadi penerus usaha keuarga Nuransyah, Kakanya Dian Sahira Nuransyah sudah menikah dengan kekasihnya Dion Elvaro dan sudah memilik satu orang anak laki laki
“Raf” panggil Fino saat mereka sedang berada di kantin. Yap, ini sudah 3 tahun sejak mereka kuliah disini. Sebentar lagi mereka akan melaksanakan wisuda dan mereka akan dinyatakan lulus
“lo jangan ngelamun terus dong”
“iya Raf, bahkan udah berapa cewe yang lo tolak demi Ola” kata Bagas
“lo harus belajar buka hati lo buat yang lain Raf” Kata Fino
“secantik apapun mereka, gue lebih sayang ke Ola”
“gue ngerti, tapi ini udah hampir 4 tahun lo gini terus” kata Fino
“bagaimanapun keadaannya gue gaakan cari cewek lain”
“Tapi Raf..” kata Bagas
“apa? lo berdua sih enak ga ngerasain apa yang gue rasain. Lo berdua cuman bilang tanpa harus merasakan. Lo berdua bilang emang gampang. Tapi gue? Ah udahlah gaakan ada yang ngerti juga” Raffa tersenyum miring
“bukan gitu, Raf” kata Fino
“bukan gitu? Terus gimana? Udahlah lo berdua ga usah so care sama gue. Sekali lagi lo berdua mau hasut gue untuk cari cewe lagi gue pastiin gue gaakan mau kenal lo berdua lagi” Raffa pergi meninggalkan Fino juga Bagas
“hmm, kasian gue liat Raffa yang terus kaya gitu” kata Bagas
“iya, makin hari dia makin kurus udah gitu kerjaan dia ngelamun aja, nafsu maknnya juga berkurang”