Didalam perjalanan mereka tidak terlibat pembicaraan sama sekali mereka hanya memutuskan dia satu sama lain, sampai akhirnya sekarang mobil Viola sudah berada tepat di depan rumah Raffa
“yaudah gue balik” kata Viola
“engga, lo masuk dulu”
“oke deh” Viola dan Raffa masuk ke dalam rumah Raffa
“Raffa? Dari mana aja si lo de?” tanya Dian setelah dia masuk
“biar nanti gue jelasin”
“ayo duduk dulu”
“Raffa?” Panggil seseorang dari lantai dua rumahnya
“Raf? Daritadi kami nyariin kamu. Kamu darimana aja?”
“anda peduli?” Raffa tersenyum sarkatis kepada Vira mamah dari Dian dan Raffa
“Raffa kamu ini apa apaan” bentak Dian kakanya
“gue ngelakuin yang sepatutnya gue lakuin ka”
“udah gapapa ka”
“Kamu dari mana Raffa. Kami semua khawatir sama kamu?” Beno bertanya
“kalian peduli waktu saya gaada dirumah? Terus waktu saya dirumah kalian kemana aja”
“Raffa itu mamah sama papah pulang mau ketemu kamu” kata Dian
“ketemu doang kan ga ngurusin”
“Raffa, kamu belum ngerti juga. Kami kaya gini karena kami sayang sama kamu” kata Vira
“kaya gini yang namanya sayang? Apa kalian tau waktu saya sakit? Apa kalian tau waktu saya dalam keadaan terpuruk dan membutuhkan seseorang untuk berbagi dan menyemangati. Dan apakah kalian tau bagaimana rasanya seorang diri tanpa dukungan orang tua?”
“kami tau Raffa, kami tau bagaimana rasanya” kata Beno
“engga, kalian gaakan tau gimana rasanya keadaan ini, kalian ga akan tau gimana keadaan saya saat ini. Karena kalian hanya melihat saya tidak merasakan apa yang saya rasakan. Orang orang memang melihat saya seseorang yang kuat tapi semua orang gaakan tau gimana sakitnya hati saya yang selalu sendiri tanpa ada kasih sayang orang tua”
“Raffa kami minta maaf”
“setiap kalian bertemu saya dan pulang kerumah ini selalu saja kalian berkata itu, saya bosan mendengarnya. Karena yang kalian ucapkan hanya omong kosong terus meminta maaf dan kembali melakukannya”
“cukup Raffa kamu udah kami sabarin tapi kenapa kamu ngelunjak” kata Beno
“saya seperti ini karena kalian! Sudah lebih baik saya pergi daripada harus disini”
“Ayo La” ajak Raffa kepada Viola, Viola hanya menuruti Raffa
“Raffa tunggu mamah nak”
“mah udah nantinya Raffa bkal ngerti kok” kata Dian
“sudah,biarkan saja anak itu” kata Beno
“nih Raf lo minum dulu” kata Viola. Sekarang mereka tengah berada di warung pinggir jalan menikmati teh anget atas permintaan Raffa
“makasih La”
“iya”
“maaf nih Raf sebelumnya. Lo tadi..” belum sempat Viola menyelesaikan kalimatnya Raffa sudah menjawab
“dia orang tua gue”
“tapi kenapa lo bersikap kaya gitu”
“gue benci mereka”
“lo ga seharusnya begitu, Raf”
“lo gampang ngomong, La”
“oke sorry, tapi emng kenapa lo bisa segitunya sama mereka. Lo keliatan marah banget sama mereka”
“mereka gapernah peduli La sama gue, mereka cuman peduli sama uang mereka, sama bisnis mereka”
“mungkin ada alesan lain Raf”
“dengan alasan apapun mereka gapernah peduli sama gue, La. Sejak kecil gue ditinggal sendirian tanpa orang tua La, disaat anak anak lain pulang sekolah dijemput mamah dan papahnya gue cuman dijemput sama bi Irah, disaat perpisahan semua orang tua hadir cuman gue La yang dianter sama bibi dan kaka doang. Bahkan waktu gue sakit karena kangen mereka, mereka ga pulang, La. Mereka bilang mereka sibuk, apa gabisa mereka nengok gue sebentar aja. Dan lo tau selama ini tuh gue sendirian cuman kaka dan bi Irah yang gue punya, mereka penyemangat hidup gue, La. Oke, semua orang nilai gue anak yang cuek kuat tapi mereka gatau La, gue yang sebenernya yang selalu terluka sama keadaan, lo inget waktu kaka gue tunangan bahkan mereka aja gabisa dateng padahal itu adalah salah satu hari spesial kaka gue, La. Kalo bukan karena kaka, gue udah ninggalin rumah itu La, gue muak sama mereka yang selalu minta maaf dan ngulangin lagi. Cuman satu permintaan gue La, cukup mamah berenti kerja dan ngurusin gue juga kaka gue” Viola yang duduk berhadapan dengan Raffa hanya bisa mengelus pundak Viola seraya mengucapkan dia harus tetap kuat dan sabar. Raffa mengenggam kedua tangan Viola
“kadang, kalo gue di rumah lo gue iri banget sama kebersamaan keluarga kecil lo. gue seneng saat ada di rumah lo. gue juga seneng saat mamah papah lo itu hangat banget sama lo, La” Raffa tersenyum miring
“dan La dengan hadirnya lo di hidup gue, gue jadi punya arti hidup, gue jadi punya alesan kenapa gue hidup sampe sekarang. Makasih La lo udah hadir di hidup gue disaat gue bener bener terpuruk dan bener bener ngerasa sendirian” Viola tersenyum lembut
“iya sama sama”
“Raf boleh gue ngomong sesuatu” tanya Viola
“kenapa enggak”
“tapi gue mohon lo renungin ya, lo pikir, lo cerna”
“ngomong apa?”
“dengerin dulu okey”
“gue pernah baca artikel Raf di internet tentang perjuangan orang tua”
“jadi gini dulu di desa kecil hidup seorang anak laki laki dan perempuan bersama kedua orang tuanya mereka memang hidup berkecukupan perkara harta, tapi suatu ketika usaha ayahnya itu sedang sangat turun , jadi si ibu memutuskan untuk bekerja dan membantu usaha si ayah, mereka tidak ingin kedua anaknya tau jadi mereka terpaksa meninggalkan kedua anaknya dititipkan kepada pembantu rumahnya. Mereka pergi tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi”
“the best banget mereka” potong Raffa
“iya, terus suatu hari mereka kembali lagi kerumah tapi sekarang beda karena kedua anaknya sangat membenci mereka karena telah meninggalkannya dan tidak pernah kembali setelah sekian lama, ibu dan ayahnya sudah berkali kali minta maaf namun si anak tetap suudzon dan menyangkan bahwa si ayah dan si ibu sudah tidak peduli lagi kepadanya mereka menyangka si ayah dan si ibu sudah tidak menyayanginya lagi. Dan suatu ketika si ayah dan si ibu mengalami kecelakaan yang sangat parah mereka menginginkan anaknya menengoknya mereka sangat ingin. Namun anaknya tidak kunjung datang. Setelah pembatunya membujuknya akhirnya mereka berdua ke rumah sakit setelah sampai disana mereka menjenguk kedua orang tuanya. Lalu orang tuanya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, setelah semuanya tersampaikan akhirnya dengan bersamaan orang tuanya telah meninggalkannya untuk selamanya kembali ke sisi Tuhan. Dan mereka menyesal telah membenci orang tua mereka karena mereka salah paham atas apa yang dilakukan orang tuanya”
“jadi Raf, inti dari cerita ini. Mereka sebagai orang tua pasti melakukan yang terbaik untuk anaknya. Mereka ga akan bertindak buat kebaikan dirinya aja mereka pasti mikirin anaknya, sesibuk apapun mereka pasti mereka suka mantau anaknya walaupun gak langsung. Contohnya yang tadi gue ceritain karena anaknya benci sama dia anaknya gamau angkat telfon dari orangtuanya bahkan sms pun ga dibales, jadi orang tua itu selalu minta kabar pantauan anaknya lewat pembantunya”
“dan sekarang gue mau nanya sama lo? Bi Irah selalu nanya kan lo sakit apa engga, udah makan atau belum, gimana sekolah lo, lo mau kemana, pokonya dia peduli banget sama lo. Selain karena dia baik itu adalah perintah orang tua lo Raf. Mereka gaakan peduli sama lo kalo bukan karena orang tua lo”
“Raf sebelum semuanya terlambat. Ayo lo minta maaf sama mamah dan papah lo jangan sampe lo nyesel udah kehilangan dia nantinya. Mamah sama papah lo pasti punya alesan tersendiri Raf” Raffa sedari tadi hanya merenungkan perkataan yang dikatakan Viola
“La, temenin gue”
“kemana?”
“balik”
“oke”
Gue harap dia mau minta maaf Ucap Viola dalam hati
Sekarang Raffa dan Viola sudah kembali ke rumah Raffa. Semua anggota keluarganya sedang duduk di ruang keluarga
“Mamah papah” panggil Raffa lalu berlari menghapirinya dan memeluknya
“Mah, pah, maafin Raffa kalau selama ini Raffa udah benci sama kalian kalau selama ini Raffa nuduh yang engga engga ke kalian selama ini Raffa gamau komunikasi bahkan ketemu sama kalian”
“Raffa” ucap Vira mamahnya
“maafin Raffa mah, pah” Viola tersenyum melihat Raffa
“iya sayang mamah maafin kamu. Mamah sama papah juga minta maaf sama kamu kalau selama ini mamah sama papah gapernah ada buat kamu”
“iya boy, papah minta maaf yang sebesar besarnya”
“mamah sama papah gaperlu minta maaf, karena kalian gak salah yang salah itu Raffa mah pah. Maaf”
“iya gpp” lalu mereka memeluknya dengan erat
“dan atas keputusan kita sekarang mamah memutuskan untuk berhenti bekerja dan mengurus kalian”
“mamah serius?” kata Raffa
“serius mah?” kata Dian
“sangat sangat serius” ucap mamahnya
“yee” mereka berempat berpelukan. Viola yang melihatnya hanya tersenyum
“ehh Raffa itu siapa?” Vira menunjuk Viola
“Ini Viola Mah Pah. Dia pacar Raffa” Raffa berjalan menghapiri Viola
“wah, pacar kamu cantik Raffa” ucap Beno
“hay om tante” kata Viola sangat sopan
“gausah panggil itu panggil aja mamah papah”kata Vira
“eh iya mah pah”
“dan mah pah, mamah sama papah harus tau Raffa sadar akan perbuatan Raffa sama kalian itu gara gara Ola. Dia yang udah jelasin semua ke Raffa”
“dan satu lagi Ola itu baik banget. Waktu Raffa sakit dia yang ngurusin Raffa bahkan sampe nginep disini. Raffa yang sekarang terlahir karena Ola” tambah Dian
“wah, kamu itu menantu ideal banget. Makasih ya” ucap Vira lalu Viola hanya tersenyum
“pasti bakal jadi menantu mamah ko” ucap Raffa
“lo apaansi Raf” ucap Viola berbisik kepada Raffa dan Raffa hanya tertawa. setelah beberapa mereka berbincang bincang akhirnya Viola memutuskan untuk pulang
“Mah, Pah, Ka Dian aku pamit pulang ya”
“lho ko cepet?” tanya Beno
“iya soalnya udah malem juga”
“oke pokonya lain kali harus mampir lagi kesini” ucap Beno
“pokonya kamu harus kesini lagi, kita buat kue nanti” ucap Vira
“iya pasti” ucap Viola
“kamu pulang sama siapa?” tanya Beno
“aku bawa mobil pah”
“sendirian?” tanya Beno dan Viola mengangguk
“ini udah malem gabaik cewe pulang malem, sendirian lagi. Raffa mending kamu anter Viola pulang ya” kata Beno kepada Raffa
“emng udah niat pah”kata Raffa
“yaudah kita pamit dulu” kata Raffa
“iya hati hati”
“lo ngapain anter gue balik deh, kan gue bawa mobil?” tanya Viola saat mereka sudah berada di halaman Rumah Raffa
“ya gue juga bisa bawa mobil sendiri”
“terus ngapain lo nganter gue balik?”
“biar lo aman”
“lebay lau”
“tapi sayang kan?”
“ih apaan deh”
“yaudah gue ambil mobil dulu”