Viola dan Raffa telah sampai di perumahan Viola, mereka berjalan lagi sedikit untuk sampai ke rumah Viola. Mereka turun dari angkot tepat pukul 7 tadi
“emang kemana sih mereka ka?” kata Mawar kepada Dian yang memang kakak sepupu dari Mawar
“kemaren sih kita jalan ke mall gitu gue sama Dion dan mereka berdua pas balik gue duluan, dan ini semua salah gue” Dian khawatir akan keadaan adiknya itu dan dia mulai mengeluarkan air matanya
“ga kak ini bukan salah lo! Ini emang udah takdir” Mawar mencoba menenangkan, ketika satu sama lain sibuk membicarakan kronologis kejadian
Saat mereka sedang berbicara mereka dibiat menengok oleh kedatangan dua orang yang tak lain adalah Raffa dan Viola. Melihat itu Indah langsung menghampiri Viola dan Raffa lalu memeluknya
“kalian tuh kemana sih?”
“mah, mamah tenang jangan nangis” Viola mengelus pundak Indah
“iya tan kita kan udah dateng, kita jelasin apa yang sebenernya terjadi” Indah melepas pelukannya dan membiarkan mereka duduk dan menjelaskan kejadian yang mereka alami semalam
“kamu tuh bikin khawatir sayang” kata Indah kepada anaknya
“maaf semalem mau nelpon mamah hp Ola sama Raffa lowbat dan kita gabawa casan ataupun powerbank”
~~~~
Setelah semua kejadian tadi Raffa merasa lelah lalu dia menghempaskan tubuhnya diatas kasur miliknya. Tapi tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk. Benar saja, itu panggilan dari temannya, Fino
ada apa?
--Raf lo cepet kesini, gue sama anak anak dikepung sama Danu cs, kita udah coba ngelawan tapi mereka banyak banget, si Vero udah keok
oke
Raffa memakai jaketnya lalu menyambar kunci motornya. Dia mengendarai motor di atas rata-rata karena mengingat temannya yang tiba-tiba di kepung oleh Danu cs, Rafga sendiri tidak mengerti mengapa Danu begitu benci padanya
“dateng lo” kata Danu
“mau lo apasih? Gue gapernah nyari ribut sama lo”
“gapernah kata lo” Danu mulai mendekati Raffa
“Fani? Dia pergi ninggalin gue selamanya bego, itu karena lo kan?” lanjutnya
“siapa lo? Ngapain ngurus hidupnya Fani, dia udah tenang di alam sana, anjing!” bentak Raffa sambil mengepal kerah baju yang dipakai Danu
“lo gatau, katanya lo pinter, nyatanya bego” Danu mencoba melepaskan tangan Raffa dari kerah bajunya dan berhasil
“gue ini abang Fani. Dan gara gara lo dia pergi ninggalin gue” Danu tersenyum miring
“ga percaya lo? Serah! Dan gue tekenin Fani itu mati gara gara lo” Danu kini memukul rahang Raffa dan mengeluarkan darah dari ujung bibirnya
“anjing!” Raffa membalas pukulan Danu sampai akhirnya Danu jatuh
“itu Takdir bego, dia sakit dan gak kuat sama hidupnya karena keluarganya gaada buat dia, dan gue tau sekarang yang selalu Fani ceritain dia itu punya abang yang peduli sama Hidupnya sendiri, dan ga peduli sama dia yaitu lo, lo itu keluarga yang dia punya satu satunya dan ga peduli soal kesehatannya. Lo gatau kan Fani sakit apa”
Danu diam Raffa memang benar selama Fani hidup dia hanya menguruskan dirinya sendiri tanpa mempedulikkan adiknya, ya orang tua Fani keduanya sudah meninggal dan tanggung jawab semua dikerahkan kepada Danu, Danu yang tidak bisa menerima kenyataan pahit ini dia sampai tidak peduli akan kesehatan adiknya
“diem kan lo, dasar abang ga berguna, najis” Danu memilih pergi tidak membalas perkataan Raffa satu kata pun
~~~~
Viola memutuskan untuk pergi ke danau karena dia rasa dia butuh kesejukan di danau yang telah lama tidak ia datangi. Saat tiba di lokasi dia melihat seorang pria yang perawakannya ia kenal
“Raffa” gumamnya karena gadis ini melihat dari arah belakang dan melihat seperti sosok Raffa, dan akhirnya dia memutuskan untuk menghampirinya
“Raffa” Viola menepuk pundak Raffa dari belakang
“lo?Ngapain disini” Raffa menengok kearah tepukan tadi dan kini Viola duduk disampingnya
“gue emang sering kesini waktu gue kecil tapi akhir akhir ini jarang karena gue kangen jadinya gue kesini deh” kata Viola pandangannya masih tertuju ke danau
“oh”
“oiya btw lo ngapain dis--- loh muka lo kenapa kok bisa babak belur gini” Viola kini tengah menengok kearah Raffa, tadi sebelum dia berhadapan dengan Danu dia juga sempat berhadapan dengan beberapa anak buahnya jadi lumayan banyak luka lebam yang ia dapatkan
“gapapa”
“lo tuh ya kerjaannya bikin khawatir orang terus tau ga?”
“lo khawatir?”
“ya iya lah gue kha—maksud gue orang orang rumah pasti khawatir sama lo”
“oh, lo juga cewe suka berantem”
“gue berantem juga dalam keadaan mendesak bego”
“sama”
“apa kata lo dah. ini harus diobatin kalo ga lo bakal infeksi”
“bentar lo tunggu disini jangan kemana mana” lanjut Viola
“kemana?”
“bentar, awas lo jangan kabur. Kalo lo kabur lo kabur tuh luka gue tambah” Viola setengah mengancam
“hmmm” Viola pergi
Setelah sekitar sepuluh menit akhirnya Viola kembali dengan membawa kresek kecil berwarna putih
“bawa apa?” Raffa menunjuk kresek itu
“buat lo lah” Raffa menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya
“udah diem, ini obat buat bersihin luka lo, gue takut luka lo infeksi” Viola berhati hati membersihkan luka Raffa sesekali dia meringis karena kesakitan tapi sesekali dia tersenyum melihat gadis ini yang telaten mengobati lukanya
“thanks” Viola mengangguk tersenyum
“mau pulang?” kata Raffa setelah keduanya duduk selama beberapa menit sambil memandangi danau yang tenang
“iya udah sore juga” Viola menatap benda hitam yang tergeletak di pergelangan tangannya
“gue anter”
“gausah gue bisa pulang sendiri kok, lagian ga terlalu jauh rumah gue dari sini”
“gaada penolakan”
~~~~
“thanks” Raffa mengangguk
“La?” tangannya di cekal Raffa ketika ia hendak melangkah
“iya” Viola membalikkan badannya
“gpp, inget besok perjanjian kita mulai sebulan kedepan lo pulang dan berangkat bareng gue”
“iya Raffa”
“duluan” Raffa melajukkan motornya dibalas anggukan dan senyuman oleh Viola
Dia langsung menuju kamarnya untuk membersihkan badannya, dan setelah itu dia berniat untuk melakukan panggilan dengan teman-temannya yang ada di Amerika. Setelah itu semua selesai Viola mendapat panggilan dari seorang laki-laki
“apa lo? Kangen ya ama gue?”
“ih najis, seorang Sandi yang gantengnya banget, kangen sama lo” Yap, dia adalah Sandi. Dia merupakan sepupu laki-laki Viola
“ganteng?Ganteng kata lo gantengan juga oppa oppa gue daripada lo” Viola terkekeh
“semerdeka lo aja la, oiya lo udah tau belum kalo gue bakal ke rumah lo”
“hah? Ngapain?Gue blm tau”
“emang lo belum dikasih tau sama tante Indah” Viola menggeleng
“lo pasti seneng banget denger kabar ini gue yakin dah”
“kan bonyok gue ada uruan bisnis nih di Amerika selama 3 bulan, jadi gue dititipin di rumah lo” kata Sandi kegirangan
“what? Jadi lo selama 3 bulan bakal di rumah gue dan gangguin hidup gue”
“gausah lebay, dan perasaan bukan gue deh yang ganggu hidup lo tapi lo yang ganggu hidup gue”
“ih kebalik bro,yaudah udah dulu ya gue dipannggil tuh ama mamah, kayanya mau ngasih tau soal lo deh” Sandi mengangguk
“kalo lo kesini jangan buat hidup gue susah ya” Viola tertawa dan langsung memutuskan telpon itu
"Ola" panggil mamahnya dari lantai bawah
“iya mah” Viola turun dari kamarnya dan menghampiri Indah yang sedang duduk di depan televisi
“kamu udah tau Sandi bakal nginep disini?” tanya Indah setelah Viola berada disampingnya
“udah mah, tadi baru aja aku telponan sama dia”
“oh yaudah, dia nanti bakal tidur disamping kamar kamu ya” Viola mengangguk
“emang kapan dia kesini mah?”
“kamu gatau, hari ini dia bakalan kesini, makanya mamah ngajak kamu mau nganter mereka ke bandara sama Sandi juga. Nanti abis dari bandara Sandi langsung kesini”
“oh, yaudah aku ganti baju dulu mah” Indah mengangguk
Setelah Viola dan Indah sampai dibandara mereka mencari keberadaan Sandi dan keluarganya, Viola melihat sosok Sandi yang ia kenal sejak 17 tahun yang lalu
“Sandi” teriak Viola
“Ola”
“ih Sandi lo makin tinggi aja” mereka tengah berpelukan
“ih lo makin chubby aja” Viola melepas pelukannya dan memukul lengan Sandi
“ih sakit pea” Sandi mengaduh kesakitan sambil mengusap tangan yang tadi dipukul Viola
“lagian lo mah, bilang gue chubby”
“gapapa lucu tau” Sandi mencubit kedua pipi Viola
“udah ih kalian ribut mulu” lerai Arkan ayahnya Sandi
“tau malu tuh”
“kamu ga sama suami kamu?” kata Maya kepada Indah, mereka memang datang berdua tanpa kehadiran Raka
“maaf ya mba, soalnya dia ada meeting. Tapi dia udah tau kok kalau kalian bakal ada urusan, dan bersedia ngurusin Sandi” Indah adalah adik kandung dari Maya
“iya gapapa kami ngerti kok"