Read More >>"> The War Galaxy (Lari dari Paily) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The War Galaxy
MENU
About Us  

Masih disuguhkan dengan pemandangan kota Paily yang tertutup salju abadi. Sinb sudah terbangun dan mendapati Demian terjaga dengan pandangan menerawang.

"Demian..." Panggil Sinb dengan lirih, membuat pria itu segera tersadar dalam ketermenungannya. Beranjak berdiri dan mendekati Sinb yang masih terlihat begitu lemah.

"Kau butuh sesuatu?" Tanya Demian dengan lembut. Cukup mencengangkan untuk Sinb, bagaimana bisa pria pendebat dan kaku seperti Demian berbicara cukup lembut seperti ini? Sinb membatu untuk sesaat.

"Ehem..." Demian berdehem karena melihat Sinb melamun. Gadis itu segera tersadar dan kecanggungan tiba-tiba saja tercipta.

"Apa yang kau pikirkan?" Masih dalam suara lembutnya, Demian bertanya dan Sinb terlihat bingung untuk memberikan alasan.

"Em...Jennie...Ah maksud ku Lexia dan Sieera...Dimana mereka?" SIALAN! Sinb benar-benar mengumpati dirinya yang tiba-tiba segugup dan secanggung ini.

"Mereka pergi ke Baraky untuk mencarimu." Jawab Demian yang masih memandang Sinb dengan serius, membuat gadis itu tak nyaman.

"Oh...Apa kau tidak tau mereka bahwa kalian sudah menemukanku?" Tanya Sinb.

"Mereka akan baik-baik saja. Kau hanya perlu memberitahuku apa yang terjadi?" Kali ini Demian membenarkan posisinya untuk menghadap Sinb sepenuhnya yang berjarak beberapa jengkal dihadapannya.

Sinb terdiam, ia bingung harus memulai ceritanya dari mana?

"Aku ingin kau mengatakannya dengan jujur." Lanjut Demian dan kali ini Sinb mendesah berat.

"Malam itu saat semua tertidur lelap...Aku merasa pergerakan berlawanan dan itu cukup membuatku terbangun. Aku tidak menyangka bahwa mereka adalah 2 dari klan ksatria." Sinb tersenyum masam mengingat kejadian malam yang cukup mengejutkan dirinya itu.

"Dua klan ksatria? Siapa?" Tanya Demian yang memperlihatkan kirut di dahinya, sementara ia terlihat sekali menjaga suara beratnya itu untuk tak terdengar syarat dengan emosi.

"Pengendali gravitasi, Tristan dan pengendali waktu, Nero." Kata Sinb sembari menghela nafas, kecemasan itu nampak begitu saja di wajah pucatnya. "Mereka bisa menciptakan ruang virtual dimana pun. Aku harus menciptakan perisai agar mereka tak bisa memasuki tempat ini." Kini Sinb terlihat mulai panik, kalut dengan segala kemungkinan yang ada dipikirannya.

Greb

Tanpa Sinb duga, Demian mencondongkan tubuhnya dan menarik gadis itu dalam pelukannya.

"Tenanglah...Denta dan Aaron sudah mengurusnya. Sekuat apapun mereka, Denta lebih menguasai tempat ini dari pada mereka." Ungkap Demian tapi Sinb masih merasa itu belumlah cukup.

"Tapi mereka sangat berbahaya. Nero bisa menghentikan waktu dan masuk kemari dengan bantuan Tristan." Kata Sinb sembari melepaskan pelukan Demian.

"Dengarkan aku, Denta sudah memasang perangkap beberapa kilo meter dari sini dan mereka tidak akan muda untuk melewatinya!" Tegas Demian tapi Sinb tetap menggeleng.

"Kau tidak tau Demian, mereka lebih menakutkan dari para ksatria yang lainnya. Aku takut dan aku tidak yakin mampu menghadapi Czar. Kurasa ia lebih kejam, apa yang bisa dilakukan oleh anak berumur 17 seperti kami?" Lirih Sinb dengan air mata yang sudah jatuh, terlihat sekali gadis ini mengalami trauma dan merasa frustasi dalam bersamaan.

Demian menghela nafas, menyadari kebenaran dalam ucapan Sinb. Ia hampir saja lupa kalau gadis dihadapannya ini masih terbilang mudah tapi ia sudah diberi tanggung jawab begitu berat. Bahkan dengan tanggung jawab itu pun bisa saja membuat kehilangan nyawanya.

Siapapun tidak akan bisa menebak apa yang akan terjadi? Bahkan jika rencana ini mereka buat dengan matang. Akan selalu ada kemungkinan terburuk untuk segala tindakan.

Dari awal Demian sudah menyadari ini tidak akan mudah, apa lagi bagi ketiga gadis itu. Mereka tak memiliki pengalaman bertarung dan terbiasa dengan Planet ini, jadi sebesar apapun kekuatan yang ketiga gadis itu miliki tidak mampu menjamin bahwa kemungkinan besar mereka bisa menang melawan Czar.

Demian mendesah, sebelum akhirnya memeluk gadis mungil ini lagi. "Kau harus kuat dan hilangkan semua pikiran itu. Kami akan menjaga kalian sebisa kami." Sinb membiarkan Demian memeluknya dan menangis begitu saja.

Sementara Denta dan Aaron melihat itu semua. Mereka berdua menghela nafas.

"Denta...Kau yakin mereka tidak akan mampu menembus jebakanmu?" Aaron mulai terlihat khwatir. Jujur selama ia mengenal Demian, Aaron tidak pernah melihat Demian sekhawatir itu dan juga ia tidak pernah melihat Sinb seketakutan itu.

"Aku tidak tau, tapi aku sudah menyiapkan segalanya. Sebelum mereka menghancurkan semuanyanya, aku sudah menyuruh semua penduduk berlindung dibawah tanah dan kita sepertinya juga harus menyusul yang lain ke Baracky." Terang Denta membuat Aaron menganga.

"Kenapa kau tak mengatakannya sejak tadi?" Kesal Aaron yang kini melangkah masuk, membuat Demian dan Sinb nampak terkejut.

"Apa?" Tanya Demian yang seketika membuat Sinb melepaskan dirinya dari pelukan Demian.

"Kita pergi sekarang!" Kata Aaron.

"Lewat ruang bawah tanah." Sambung Denta.

"Baiklah, ayo bergegas!" Demian bangkit.

"Ayo kita persiapan kendaraannya." Denta mengajak Aaron.

Demian masih menunggu Sinb yang lemah untuk berdiri.

"Aku akan menggendongmu. Naiklah kepundakku!" Pintanya dan Sinb menggeleng.

"Tidak ada waktu lagi Reika! Bukankah kau tak ingin mereka mengejar kita?" Sinb mengangguk. "Maka dari itu, turuti perkataanku!" Kata Demian membuat Sinb mendesah dan terpaksa ia menurutinya.

Selain karena terlalu lama menunggu Sinb berjalan sendiri, Demian juga merasa tak tega sekaligus khawatir dengan kondisi Sinb. Sepertinya pergi dari sini lebih cepat dan segera bertemu dengan Sierra adalah pilih paling tepat. Setidaknya Sierra bisa memberikan sedikit energinya untuk Sinb dan membuat gadis ini lebih cepat pulih seperti biasanya.

---***---

Negeri Baracky dengan hiruk pikuk kota yang tak pernah berhenti, anehnya di negeri ini malam sering kali lebih panjang dari pada siang hari

Negeri Baracky dengan hiruk pikuk kota yang tak pernah berhenti, anehnya di negeri ini malam sering kali lebih panjang dari pada siang hari. Jika pun pagi berganti hanya ada mendung dan cahaya mentari seolah berusaha untuk menyembunyikan diri beserta cahyanya dibalik awan Baracky yang terus memayunginya seperti perisai yang membungkus, lengkap dengan petir yang seolah menjadi menjadi penghias langit.

Disinilah keberadaan para rombongan yang dipimpin oleh Genio, saat ini mereka sedang berjalan menuju penjara untuk menemui Axel dan Jennie yang terkurung disana karena telah melanggar peraturan yang dibuat di negeri ini yaitu merusak kekayaan nasional.

Disinilah keberadaan para rombongan yang dipimpin oleh Genio, saat ini mereka sedang berjalan menuju penjara untuk menemui Axel dan Jennie yang terkurung disana karena telah melanggar peraturan yang dibuat di negeri ini yaitu merusak kekayaan nasi...

"Sunyi dan sepi." Komentar Linux yang merasa tempat ini cukup aneh. Raidon yang berada dibarisan depan pun mendengarnya segera menoleh.

"Seperti inilah ruang kedap suara dan didalam pun kami sudah memberikan mereka perlengkapan dengan layak." Terang Raidon membuat mereka pun mengangguk.

"Jadi Axel dan Putri Lexia berada diruang nomer berapa?" Genio bertanya.

"88, mereka berada disana." Jawab Raidon.

"Wow...Lumayan jauh." Celetuk Aiden.

"Itu pasti lebih dari 15 menit." Keluh Linux yang entah hari ini terlihat tak sabaran. Biasanya pria mungil ini tak banyak bicara tapi entah hari ini? Sepertinya ia begitu mengkhawatirkan Axel yang merupakan sahabatnya itu.

"Setidaknya berjalan selama lebih dari 15 menit dapat membakar 50 lebih kalori." Canda Genio yang seketika membuat wajah Sierra semakin murung. Biasanya, saat seperti ini Sinb akan berkata seperti Genio dan mengatakan beberapa hal tentang hal itu.

"Reika lebih bagus dalam urusan seperti ini dibanding denganmu." Cibir Linux membuat semua tertawa.

"Ah, bagaimana dengannya?" Lirih Sierra.

"Tenanglah, kita akan menemukannya segera!" Xeno tak pernah berhenti untuk terus menyemangati Sierra. Beberapa waktu bersama gadis ini, membuatnya menyadari sesuatu hal. Bahwa gadis ini tak sekuat kedua saudarinya, perasaan Mina yang begitu lembut membuatnya begitu rapuh dari pada Sinb atau pun Jennie.

Setelah lebih dari 15 berjalan karena setiap sel penjara yang cukup luas, mereka berhenti didepan sebuah pintu dengan plat nomer 88. Raidon hanya menempelkan tangannya pada pintu dan...

Drettt

Pintu itu menghilang, disana terlihat pemandangan cukup aneh. Axel tertidur dipangkuan Jennie sementara gadis itu asik berbagai hidangan dipiring saji yang terdapat pada meja disebelahnya.

Setidaknya bentuk makanan di Baracky ini lebih manusiawi dibandingkan di hector kemarin, hanya ada sup dengan warna-warni dan beraneka rasa yang sedikit hambar.

Setidaknya bentuk makanan di Baracky ini lebih manusiawi dibandingkan di hector kemarin, hanya ada sup dengan warna-warni dan beraneka rasa yang sedikit hambar

"Jennie....." Panggil Mina membuat gadis itu mendongak dengan mulut penuh.

"Miinnooaa." Gumannya masih dengan mengunyah, kemudian berusaha membangunkan Axel yang masih tertidur pulas tapi yang Axel lakukan, ia hanya menggeliat dan kedua tangannya malahan memeluk Jennie.

"Aku sangat mengkhawatirkannya tapi dia sangat nyaman tidur dipangkuannya." Linux mencibir.

Genio tersenyum sembari menggeleng. "Kurasa ia perlu sedikit air dan tiupan udara agar bangun dengan segar." Kata Genio sembari melirik sosok Xeno yang sudah tertawa tanpa suara itu.

"Apa mereka benar-benar orang yang kalian maksud?" Kali ini Aiden bertanya.

"Ya, dia adalah putri Lexia satu dari ketiga putri dan pria itu adalah salah satu dari kita pengguna teleport yang handal." Terang Genio.

Mina sudah duduk disamping Jennie dan memeluknya tanpa memperdulikan Axel yang masih menempel pada Jennie.

"Jadi kau bisa melepaskan mereka kan?" Tanya Linux kepada Raidon, ia mengangguk sambil tersenyum.

"Tentu saja, mari kita lanjutkan pembicaraan kita didalam istanah ku. Maafkan aku karena aku tak mengenali siapa kalian sebenarnya." Kata Raidon sambil membungkuk.

"Tidak masalah. Kami bisa memakluminya." Balas Genio dengan ramah.

"Axel! Kalau kau tidak segera bangun, aku akan membuatkan kuburan batu disini!" Ancam Linux yang ketika membuat Axel segera duduk.

"Hey! Kau sudah berjanji tidak akan pernah melakukan hal mengerikan seperti itu lagi kepadaku kan!" Kesal Axel dan Linux dengan cueknya hanya menggendikkan bahunya kemudian meninggalkan Axel begitu saja.

Jennie yang melihatnya nampak berfikir. "Jangan-jangan Linux benar-benar perah menguburmu didalam bebatuan? Wow, untung saja kau tidak menjadi fosil wkwk." Ejek Jennie yang membuat Axel benar-benar kesal.

"Kalau begitu selamat tinggal!" Axel tiba-tiba menghilang dengan menggunakan teleportnya.

"Damn!" Maki Jennie yang merasa kesal karena ditinggalkan begitu saja oleh Axel.

"Ayo kita pergi!" Mina menarik tangan Jennie untuk bergegas.

"Apa kalian belum menemukan Sinb?" Tanya Jennie yang kini berjalan paling akhir dengan Mina dengan Xeno membuntutinya dibelakang. Ia benar-benar seperti bodyguard untuk Mina. Sementara yang lainnya sudah berada dibarisan paling depan.

"Belum, aku belum mendapatkan kabar dari Demian." Jawab Mina sembari menghela nafas.

"Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Jennie benar-benar merasa tidak tau harus melakukan apa?

"Berdoa, kita hanya bisa berdoa agar Sinb baik-baik saja." Saran Mina sambil beberapa kali menghela nafas untuk menetralkan segala bentuk ke khwatirannya.

---***---

Tristan dan Nero sudah berhasil melewati golem ice yang Sinb buat.

"Sepertinya kita terlalu meremehkan gadis itu!" Nero memekah peluh yang mengalir di pelipisnya.

Tristan tersenyum sinis. "Dia juga begitu licik. Aku rasa ini sedikit menarik." Gumamnya sambil berjalan memasuki kendaraannya.

"Aku sudah siap dan dalam beberapa menit kita akan sampai di tengah-tengah Paily." Nero mulai mengoprasikan kendaraannya.

"Baiklah, ayo kita hancurkan semua sampah itu!" Geram Tristan.

"Siap kapten!" Balas Nero dengan sigap.

Beberapa meter sebelum sampai ditengah Paily.

Brak

Duk

Duas

"Ada apa Nero?" Tanya Tristan yang sedikit bingung saat merasa kendaraanya tergoncang.

"Kita terperangkap kapten. Maafkan kecerobohanku." Sesal Nero dan Tristan menghela nafas.

"Gunakan time to control!" Perintah Tristan dan segera Nero melayangkan tangannya.

Waktu pun berhenti, begitu juga dengan Tristan sampai disaat Nero menyentuhnya.

"Aku akan keluar dan menghancurkan semuanya." Kata Tristan dengan segala bentuk emosinya.

Duas

Saat Tristan marah, kekuatannya akan meningkat dua kali lipat. Bahkan ia bisa menendang baja dan membuatnya penyok dengan mudah.

Saat ia melihat jala salju yang meliliti kendaraannya Tristan segera mengeluarkan api dari kedua tangannya, selain gravitasi, tangannya juga bisa menghasilkan api tapi terbatas tak sebanyak Demian.

Tristan membakar jala itu dengan kedua tangannya dengan cepat. Kemudian ia melihat sekeliling, tidak ada seorang pun makhluk disana.

"Pengecut mana yang bahkan tak berani bertatap muka dengan ku?" Cibir Tristan.

"Nero! Keluarlah, periksa sekeliling dan bunuh siapapun yang kau lihat! Aku akan mencari gadis itu!" Kata Tristan dengan lantang.

"Siap kapten!" Jawab Nero dari dalam.

Tristan pun mulai terbang, menggunakan kekuatannya

Tristan pun mulai terbang, menggunakan kekuatannya. Tidak seperti kebanyakan orang yang menggunakan sepatu terbang dengan jangkauan yang terbatas. Tristan hanya perlu melakukannya jika ia ingin, bahkan ia bisa terbang sampai lapisan langit ke tujuh dan memantau galaxi lain lebih dekat.

Tristan turun dari angkasa dan memijakkan kakinya disebuah bangunan yang cukup mencolok.

"Aku akan menemukan mu." Kata Tristan dengan seringaiannya.

Sementara dibawah bangunan itu, Denta, Aaron, Demian dengan menggendong Sinb berusaha bergerak lebih cepat sampai ketika mereka mendengarkan sesuatu.

BLEENNNDUUUMMM

"Demian kau dengar itu?" Tanya Sinb.

"Kurasa itu diistana ku." Wajah Denta pucat pasih, dibenaknya sudah terlintas begitu banyak dugaan dan kekhawatiran.

"Ayo bergegas!" Aaron mempercepat langkahnya.

"Tidak semudah itu!" Suara yang cukup Sinb dengar menggema keseluruh penjuru ruangan.

"Itu Tristan!" Sinb mulai ketakutan, menenggelamkan wajahnya pada bahu Demian.

"Ayo lebih cepat!" Kali ini Demian berlari.

"Denta Golem ice dan aliri kekuatan cahaya laser mu Aaron." Entah dari mana? Sinb memiliki ide itu tapi ia cukup yakin kedua pria itu memiliki tenaga lebih untuk membuat Golem atau senjata laser.

"Bagaimana kau memikirkannya?" Tanya Demian dengan nafas tersengalnya.

"Entahlah...Aku hanya mencobanya." Kata Sinb yang juga ikut tersengal karena tubuhnya mengikuti tubuh Demian yang terus bergerak.

"Kau jau lebih baik sekarang." Puji Demian membuat Sinb terdiam untuk sesaat.

"Aku akan mengingat baik-baik pujianmu ini!" Balas Sinb membuat Demian tertawa.

"Kenapa kau bersikeras mengingatnya?" Tanyanya dengan terus berlari.

"Karena jika kau mulai mengomentari dan sinis kepadaku, ini akan menjadi senjata untuk membuatmu berhenti mendebatku." Jawab Sinb yang membuat Demian tak bisa lagi menahan tawanya.

"Wkwkwk, kau punya dendam begitu besar terhadap ku rupanya." Kata Demian yang kini berhenti didepan sebuah benda yang mirip seperti kendaraan.

"Apa kau baru sadar? Eh, jenis kendaraan aneh apa ini?" Tanya yang menatap heran benda dihadapannya ini

"Apa kau baru sadar? Eh, jenis kendaraan aneh apa ini?" Tanya yang menatap heran benda dihadapannya ini


"Kendaraan yang Denta siapkan. Ayo masuk!" Ajak Demian yang kini secara berlahan menurunkan Sinb dari punggungnya dan membukakan pintu kendaraan itu untuk Sinb.

Kemudian Demian pun masuk dan mulai mengemudi kendaraan canggih tersebut.

"Apa kita akan meninggalkan mereka?" Tanya Sinb.

"Aku yakin mereka akan bisa mengatasinya. Yang terpenting sekarang adalah mengamankanmu." Kata Demian yang sedikit meningkatkan kecepatannya.

"Jangan lupa sabuk pengamanmu. Aku akan meninggkatkan sedikit kecepatannya." Pinta Demian dan Sinb pun segera memasang sabuk pengamannya.

Vrooommmm

"Yak! Kenapa cepat sekali?" Sinb berteriak panik.

"Hey, ini sudah standart." Balas Demian.

"Turunkan! Aku takut!" Pekik Sinb yang terlihat panik. Ia sedikit menjadi penakut semenjak Tristan dan Nero menyekapnya dsn Demian menyadari perubahan itu.

"Pejamkan saja matamu. Aku yang akan menjamin bahwa kau akan baik-baik saja!"

Demian yang sekarang luar biasa bukan? Tidak sibuk mencibir seperti biasanya tapi lebih sering bersikap dewasa dengan memberikan banyak perhatian dan solusi kepada Sinb yang memiliki sedikit trauma.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
LUCID DREAM
432      305     2     
Short Story
aku mengalami lucid dream, pada saat aku tidur dengan keadaan tidak sadar tapi aku sadar ketika aku sudah berada di dunia alam sadar atau di dunia mimpi. aku bertemu orang yang tidak dikenal, aku menyebutnya dia itu orang misterius karena dia sering hadir di tempat aku berada (di dalam mimpi bukan di luar nyata nya)
HER
532      301     2     
Short Story
Temanku yang bernama Kirane sering memintaku untuk menemaninya tidur di apartemennya. Trish juga sudah biasa membuka bajunya sampai telanjang ketika dihadapanku, dan Nel tak jarang memelukku karena hal-hal kecil. Itu semua terjadi karena mereka sudah melabeliku dengan julukan 'lelaki gay'. Sungguh, itu tidak masalah. Karena pekerjaanku memang menjadi banci. Dan peran itu sudah mendarah da...
Loker Cantik
477      357     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Percikan Semangat
831      441     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)
Cinta (tak) Harus Memiliki
4497      1158     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Under a Falling Star
577      348     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Gerhana di Atas Istana
10092      4513     2     
Romance
Surya memaksa untuk menumpahkan secara semenamena ragam sajak di atas kertas yang akan dikumpulkannya sebagai janji untuk bulan yang ingin ditepatinya kado untuk siapa pun yang bertambah umur pada tahun ini
Bukan Kamu
12892      1994     7     
Romance
Bagaimana mungkin, wajahmu begitu persis dengan gadis yang selalu ada di dalam hatiku? Dan seandainya yang berada di sisiku saat ini adalah kamu, akan ku pastikan duniaku hanyalah untukmu namun pada kenyataanya itu bukan kamu.
Foto dalam Dompet
475      323     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Be Yours.
1670      902     4     
Romance
Kekalahan Clarin membuatnya terpaksa mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Ia harus membagi waktu antara ekstrakurikuler atletik dan cheerleader. Belum lagi masalah dadanya yang terkadang sakit secara mendadak saat ia melakukan banyak kegiatan berat dan melelahkan. Namun demi impian Atlas, ia rela melakukan apa saja asal sahabatnya itu bahagia dan berhasil mewujudkan mimpi. Tetapi semakin lama, ...