Read More >>"> The War Galaxy (3 Ksatria) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The War Galaxy
MENU
About Us  

Demian hanya melangkah beberapa kali sampai ia berhenti, mencoba untuk memikirkan keinginan Sinb yang terbilang aneh itu. Ia masih saja diam sampai Aaron dan Ariona merasa Demian tak mengikuti mereka.

"Ada apa Demian?" Tanya Aaron saat ia menoleh dan mendapati Demian masih diam di depan pintu. Demian menatap Aaron tapi fikirannya masih terpacu pada sosok Sinb.

"Ku rasa ada yang salah dengan gadis itu." Demian kembali membuka pintu dan nampak terkejut ketika tak menemukan Sinb disana.

"Putri Reika!" Panggil Demian, berusaha menyusuri setiap sudut ruangan.

"PUTRI RIEKA!" Kali ini panggilan itu cukup keras, membuat Genio, Xeno dan Axel mengeluh sementara Linux hanya memandang Demian dengan dahi berkirutnya

"Kenapa kau harus berteriak-teriak?" Protes Genio.

"Putri Reika menghilang!" Ungkap Demian.

"Mana mungkin? Bukankah dia sedang tidur bersama putri yang lain?" Kata Axel sembari berjalan dan melihat Jennie dan Mina masih tertidur.

"Apakah mereka sangat lelah? Kenapa mereka tidak bangun saat mendengarkan keributan seperti ini?" Tanya Ariona yang sudah berdiri disamping Demian, memandang kedua putri itu dengan heran. Demian diam dan yang lainnya juga sama, mereka nampak berfikir keras.

"Bangunkan mereka Ariona." Perintah Aaron yang juga merasa aneh dengan suasana disini, Ariona mengangguk kemudian melangkah mendekati keduanya.

"Putri..." Ariona menggoyang-goyangkan Jennie dan Mina, beberapa detik mereka masih tak menunjukkan respon tapi setelah satu menit mereka segera bangun.

"Kenapa?" Tanya Jennie dengan wajah polosnya, membuat Axel memandangnya gemas.

"Reika mana?" Mina bertanya dengan wajah polosnya.

"Ku pikir kalian tau?" Tanya Demian yang terlihat sekali berusaha untuk menenangkan dirinya. Genio terlihat mulai cemas, Linux sepertinya berusaha berfikir, Xeno dan Axel hanya memandangi dua putri dengan pikiran yang berkelana kemana-mana.

"Kami tidak tau, tadi ia tertidur bersama kami." Kata Jennie.

"Lalu dimana ia sekarang? Kalian benar-benar tidak ada yang tau?" Mina masih tak mempercayai Sinb menghilang begitu saja.

Demian dan Aaron diam, mereka nampak berfikir.

"Aku tadi menemuinya, ia terlihat aneh dan menyuruhku untuk keluar." Demian mendesah, ia merasa bersalah. "Coba saja aku tak meninggalkannya tadi." Kata Demian menyesal.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa kau tak merasa aneh sama sekali saat masuk tadi?" Tanya Genio dan Demian menggeleng bingung.

"Ada!" Celetuk Aaron yang membuat semua orang kini memperhatikannya.

"Aku tidak pernah melihat kalian terlelap begitu nyenyak. Sekarang aku bertanya, apakah biasa kalian terlelap cukup lama?" Tanya Aaron membuat ke empat pria itu melebarkan matanya.

"Aku sering kali tidak bisa tidur di malam hari karena aku sudah terbiasa berjaga malam." Akui Axel.

"Aku selalu menemani Axel berjaga." Celetuk Linux.

"Biasanya pendengaran ku cukup tajam, tapi aku tak merasa mendengarkan apapun." Keluh Xeno.

"Bagaimana bisa?" Genio memekik.

"Ada apa?" Demian segera melangkah menuju Genio yang terlihat masih berusaha untuk menyentuh sebuah alat.

"Ada apa?" Demian segera melangkah menuju Genio yang terlihat masih berusaha untuk menyentuh sebuah alat

"Aku mencoba untuk mendeteksi gelombang kekuatan lewat alat ini tapi tidak bisa." Ucap Genio sembari mengecek alatnya kembali. "Tidak ada kerusakan, Demian sepertinya memang ada sesuatu yang terjadi di sini." Kesimpulan Genio ini jelas membuat semuanya gusar.

"Kita harus segera mencarinya." Ucap Mina yang sepertinya sudah sangat mengkhawatirkan Sinb dan Jennie yang terlihat mulai berkaca-kaca.

"Tenanglah, kita pasti akan menemukannya." Kata Demian mencoba menenangkannya.

---***---

Di atas bukit, Sinb sudah bertemu dengan dua sosok jangkung yang kini menatapnya intens. Satu dari dua orang itu, cukup mengerikan untuknya. Namun Sinb masih mencoba untuk tenang, menyembunyikan segala bentuk ketakutannya.

"Aku sudah memenuhi janjiku jadi lepaskan mereka!" Pinta Sinb dengan nada suara sedatar mungkin. Pria jangkung itu menaikkan sedikit sudut bibirnya.

"Mereka akan terbebas dari kekuatan itu setelah kau menemui kami." Terang salah satu pria bermata panda itu.

"Dan sekarang apa yang kalian ingin kan?" Tanya Sinb, terlihat cemas dan waspada.

"Sangat mudah, ikuti kami." Lagi, pria bermata panda itulah yang selalu menjawabnya membuat Sinb mendengus meskipun sebenarnya ia masih sangat takut.

"Kenapa, aku harus mengikuti kalian?" Sinb tidak menyukai ini. Mereka orang asing dan seharusnya ia tidak boleh mempercayai ucapan mereka begitu saja, meskipun kenyataannya ia tidak memiliki pilihan.

"Kau tidak punya kekuasaan untuk bertanya!" Ucap pria jangkung itu dengan suara dinginnya, membuat tubuh Sinb menegang dan memori dimana ia terperangkap dalam dimensi waktu berputar di dalam otaknya. Hawa dingin yang menusuk, hanya kata itu yang mampu Sinb katakan tentangnya.

"Ayo!" Perintah pria bermata panda yang kini membuat sebuah portal, pria jangkung itu memasukinya terlebih dahulu, kemudian Sinb dan kini dirinya.

Sinb tidak mengerti ini tempat apa? Tidak ada bangunan disini, hanya sebuah jalanan dengan beberapa penyangga listrik dan lampu di setiap sisi peyangga tersebut


Sinb tidak mengerti ini tempat apa? Tidak ada bangunan disini, hanya sebuah jalanan dengan beberapa penyangga listrik dan lampu di setiap sisi peyangga tersebut. Dikatakan sebuah jalanan? Tapi hanya ada gambaran yang sama seolah tak memiliki ujung dan bayangan penyangga listrik di lantai dasar yang seolah bersinar.

Apakah ini dimensi ruang dan waktu? Mereka siapa? Bagaimana mereka bisa menciptakan hal semacam ini? Hal itulah yang terus berputar dalam otak Sinb.

Dug

Tubuh Sinb hampir terpental saat ia merasa dirinya membentur tubuh seseorang cukup keras.

"Ahhh..." Sinb mengadu, merasa kesakitan pada dahinya. Ia tak menyangka bahwa di planet ini ada sosok dengan tubuh sekeras baja.

"Masuk!" Perintah pria jangkung itu membuat Sinb mendongak kemudian mendengus kesal.

Jika Sinb punya kesempatan untuk kabur? Pasti akan dia lakukan tapi ia tak memilikinya sekarang. Dua pria asing ini, sepertinya memiliki kekuatan aneh yang tak pernah ia jumpai.

Sinb duduk disalah satu kursi dan pria jangkung itu datang mendekat, memencet sebuah tombol yang membuat sebuah sabuk melilit diperutnya.

SIAL! Kali ini mungkin Sinb tidak akan pernah bisa kabur. Entah mengapa? Perasaan gadis itu semakin kalut, ia tidak bisa bergerak dengan bebas dan itu cukup menghantam alam bawah sadarnya bahwa kali ini, ia benar-benar terperangkap!

Pikirannya semakin keruh, membaur menjadi rumit saat memikirkan Mina dan Jennie yang pasti sedang menunggunya membuatnya ingin menangis saja.

"Nero, jalankan kendaraan ini!" Pinta pria jangkung itu yang masih tak melepaskan pandangan dinginnya pada sosok Sinb.

"Tentu kapten!" Balas pria bermata panda itu.

"Kalian akan membawa ku kemana?" Tanya Sinb yang kali ini tak bisa lagi menyembunyikan kekhawatirannya.

"Kau tak perlu tau!" Balas pria jangkung nan dingin itu.

Sinb hanya mampu mendesah dengan kekalutan yang semakin menjadi. Didalam otaknya hanya terfikirkan, bagaimana ia bisa pergi dari tempat ini.

Seolah tau apa yang di fikirkan Sinb. Sosok pria jangkung itu, mengatakan sesuatu.

"Jangan coba untuk kabur dari sini! Tubuhmu akan terbakar dengan ruang virtual yang kami buat." Ancamnya dengan suara datar dan dingin.

"Kalian tidak tau, siapa diriku?" Entah karena putus asa atau bagaimana? Sepertinya gadis ini berusaha untuk menggertak.

"Keturunan Lev?" Tebak pria dingin itu dengan mudahnya. Sinb hampir saja mengaga tapi segera ia mengendalikan sendirinya.

"Kau salah jika ingin membanggakan diri tentang garis keturunan pada kami." Kali ini Sinb dapat melihat tawanya yang entah mengapa selalu membawa hawa dingin menusuk.

"Kau tidak tau siapa kami?" Pria bermata panda itu menoleh, menatap Sinb sekilas sebelum akhirnya memfokuskan lagi pada layar kendali kendaraan yang sedang ia jalankan itu.

Sinb menggeleng dengan acuh. "Aku tidak tau dan tidak peduli tentang itu." Ucapnya dengan ketus membuat pria bermata panda itu tertawa.

"Hahaha, apakah setiap garis keturunan Lev selalu angkuh seperti itu kapten?" Tanyanya pada pria dingin yang masih mengamati Sinb itu.

"Hm...Mereka hanya memiliki keangkuhan dan suka membual." Jawabnya menyebalkan membuat Sinb ingin sekali menyumpal mulut dingin dan kasarnya itu.

Sinb tersenyum sinis. "Apa pedulimu kalau kami memang angkuh dan suka membual? Seseorang berhak untuk hidup dengan caranya selagi itu tak melukai orang lain. Aku tidak pernah melukai kalian tapi kenapa kalian berusaha melukai kami? Apa salah kami dan kenapa kalian bertingkah seperti ini?" Sinb tidak bisa lagi menontrol segala bentuk kekesalannya.

Sikapnya sama sekali tidak terlihat seperti seseorang yang ketakutan, setiap saat gadis ini bisa merubah sikapnya. Baginya seperti inilah menyerah, memprovokasi mereka terus-menerus hingga ambang batas kesabaran dari pada menunggu dipermainkan, itu akan membuatnya terlihat menyedihkan.

"Itu adalah salah satu bentuk bualan dari keluarga Lev." Pria bermata panda itu berucap sambil berusaha menahan kegeliannya. Sinb mendesah, merasa kesal karena ucapannya dianggap sebagai bualan.

"LALU APA YANG KALIAN LAKUKAN? MENGANCAMKU? MELUKAI ORANG LAIN? ITU LEBIH BURUK DARI KATA MEMBUAL!" Bentak Sinb yang membuat pria bermata panda itu nampak terkejut.

"Sialan! Bahkan dia cukup kasar." Keluhnya lagi sementara pria dingin itu mulai berdiri dan berjalan mendekati Sinb. Berjongkok dihadapannya.

"Membual itu hanya diperuntukkan untuk pecundang, sementara kami? Bertindak dengan cepat untuk mencapai tujuan kami. Ingat, mulai detik ini jangan berbicara apapun! Aku tak ingin kau berakhir mengenaskan." Pria dingin itu mengambil sesuatu dari celananya dan menempelkan benda itu pada mulut Sinb. Benda yang hampir mirip seperti permen karet itu melebar sendiri, sesuai dengan besar mulut Sinb. Membekapnya, membuat gadis itu tak bisa berbicara.

"Agar kau tak penasaran, perkenalkan nama ku Tristan Levity. Kalian mengenal kami sebagai klan ksatria tapi aku tidak tau itu masih berlaku atau tidak bagi klan Levity yang memiliki kekuatan khusus melawan gravitasi. Kurasa kami hanya tercatat sebagai pengkhianat dalam sejarah kalian kan?" Ini adalah ucapan terpanjang dari pria jangkung nan dingin yang tak lain adalah Tristan. Pria itu masih menyeringai, tidak berhenti mengamati mata indah yang masih menatapnya tajam.

 Pria itu masih menyeringai, tidak berhenti mengamati mata indah yang masih menatapnya tajam

"Dan pria itu adalah Nero Chrony dari klan ksatria pengendali waktu. Ruang virtual dan dimensi waktu adalah penyatuan kekuatan kami. Kami membutuhkan kekuatanmu untuk menyempurnakannya dan membuat portal yang cukup besar untuk perjalanan antar negeri dan juga galaxy." Terang Tristan masih dengan wajah dinginnya, Nero hanya mengangguk sembari tersenyum membenarkan semua perkataan Tristan.

" Terang Tristan masih dengan wajah dinginnya, Nero hanya mengangguk sembari tersenyum membenarkan semua perkataan Tristan

Sinb menggeleng dengan cepat, kakinya terus menedang-nendang udara kosong. Sepertinya gadis itu sedang melayangkan protesnya.

"Tidak ada yang dapat menghentikan kami melakukan infasi ke Planet mana pun dan dapat dipastikan Yang Mulia Czar Hedeon Karoleky akan mendapat kekuasaan terbesarnya di seluruh alam semesta." Ucap Tristan dingin tapi terasa sekali bahwa pria ini sedang menyanjung pimpinannya ini.

Ingin sekali rasanya Sinb mengumpat dihadapan pria ini, namun apa daya? Mulutnya kini terkunci oleh cairan kental sialan ini, yang membuat Sinb semakin frustasi saja.

Disaat posisi terjepit seperti ini yang Sinb ingat adalah sosok Demian karena hanya sosok itulah yang mampu ia andalkan.

Demian...Apa kau tau? Tolong segera temukan aku! Jerit Sinb dalam dirinya.

---***---

Dug

"Reika!" Pekik Demian, ketika ia membuka matanya dan hanya mendapati Aaron dihadapannya. Keringat itu bercucuran di pelipisnya dan Ariona disampingnya segera menyeka keringat itu.

"Sepertinya kau cukup mengkhawatirkannya" Ini bukan sebuah kalimat pertanyaan tapi dugaan dari seorang Ariona. Demian mengangguk, dahinya berkirut.

"Kita harus kemana lagi mencarinya?" Tanya Demian pada Aaron.

"Kedaerah selatan, daerah kutub disana ada sebuah koloni yang sering di sebut-sebut sebagai Paily. Bukan sebuah negara, hanya sebuah lembah tertutup salju sepanjang tahun tapi anehnya mereka tidak pernah kekurangan makanan sekalipun, mereka hanya memiliki satu ketua suku dan disana lumayan di jaga ketat, entah kenapa aku merasa dia ada disana. Kau yakin membiarkan yang lain kearah berlawanan? Bagaimana kalau kalian tidak dapat bertemu lagi?" Tanya Aaron lengkap dengan wajah cemasnya.

Demian menggeleng. "Genio dan Linux, mereka memiliki banyak akal untuk menyelesaikan sesuatu. Axel akan sangat mudah untuk menemukan rencana jahat seseorang. Xeno adalah tipe setia, Jennie bisa menghancurkan benda apapun dengan tangannya dan Mina dapat memulihkan semuanya. Ku pikir itu sudah lebih dari cukup." Kata Demian membuat Aaron dan Ariona mengangguk sambil tersenyum, sama seperti dulu Demian cukup teliti untuk mengenali tiap kelebihan yang di miliki oleh seseorang.

Ketiga orang itu pergi mencari Sinb berlawanan arah. Tim Genio mencari ke utara, daerah dataran tinggi sementara tim Demian pergi kearah selatan, tempat kutub.

"Baiklah, aku akan mengikuti perkataanmu tapi Ariona bukankah seharusnya kau kembali? Kau harus menjaga Adisty." Aaron memperingatkan saudari kembarnya ini, membuat gadis itu cemberut dengan lucu. Demian tersenyum diam-diam.

"Ah, aku masih ingin disini. Kau mengesalkan sekali! Ya sudah, aku pergi. Jaga diri kalian baik-baik!" Kata Ariona yang kini sudah menghilang bersama portal yang telah lenyap.

"Dugaanmu, siapa yang menangkapnya?" Demian bertanya kepada Aaron.

Aaron terdiam sesaat, nampak berfikir. "Aku rasa, pelakunya sama. Ia juga yang merusak sistem di Adisty. Bagaimana caranya pergi tanpa mudah di deteksi oleh semua kamera cctv dan alat pendeteksi identitas. Percayalah, kami sudah memiliki sebuah alat pendeteksi yang kami sebar seluruh Adisty. Portal terselubung dan penduduk dari negeri lain akan kami deteksi dengan mudah. Namun mereka tidak bisa, bahkan jejak kendaraannya pun tidak ada. Aku merasa mereka menggunakan sebuah kekuatan untuk menutupi semuanya tapi apa? Aku tidak berpengalaman tentang ini." Kata Aaron yang masih mengemudikan kendaraannya dan Demian terlihat berfikir.

"Kenapa aku merasa mereka adalah bagian dari Mozarky. Aku sepertinya pernah melihat kekuatan yang tak bisa meninggalkan jejak sedikit pun seperti ini.

BRUAK

Kendaraan yang Aaron jalan kan tiba-tiba saja membentur sesuatu dan bergetar, membuat Demian cukup terkejut. "Ada apa Aaron?" Tanya Demian dan Aaron segera menoleh dengan cengiran khasnya.

"Sepertinya para penjaga koloni di Paily menangkap kita. Demian, kau tidak takut dingin bukan?" Tanya Aaron membuat Demian memutar bola matanya.

"Dasar tidak berguna! Apa hanya sampai disini perkembangan otakmu? Ah, kau hanya pandai membual saja semenjak dulu. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Demian mengacak rambutnya merasa kesal sendiri. Jika mereka tertangkap, jelas mereka tidak akan dapat menemukan Sinb dengan cepat atau mungkin mereka sudah pergi dari tempat ini.

"Tenanglah Demian, mungkin kita bisa meminta bantuan kepada mereka. Aku sedikit mengenal dengan kepala sukunya, kepala suku yang dulu pernah meminta pasokan beberapa senjata kepada kami. Tapi semenjak berganti kepala suku, mereka tidak lagi menginginkan senjata dari Adisty." Ucap Aaron yang entah itu dapat membuat Demian sedikit mengurangi rasa frustasinya atau tidak?

"Baiklah, kita akan mengikuti permainan mereka." Kata Demian yang kini melihat pada layar kendaraan yang terlihat sebuah kendaraan kecil berwarna orange, ada 5 disana yang berhasil merangkap kendaraan Aaron dengan jaring-jaring yang sepertinya terbuat dari partikel salju yang tak kasat mata itu meskipun sudah melayang-layang.

" Kata Demian yang kini melihat pada layar kendaraan yang terlihat sebuah kendaraan kecil berwarna orange, ada 5 disana yang berhasil merangkap kendaraan Aaron dengan jaring-jaring yang sepertinya terbuat dari partikel salju yang tak kasat mata it...

"Mereka akan membawa kita Aaron!" Pekik Demian yang begitu kesal dan marah.

"Ya, aku tau. Kau tak perlu harus sekesal itu." Balas Aaron.

"Bagaimana aku tidak kesal? Belum tentu Reika ada disini dan kita sekarang harus terjebak didalamnya? Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni orang-orang kutub ini, kau tau itu!" Geram Demian yang sudah akan membuka pintu tapi Aaron segera mencegahnya.

"Tunggu, biarkan aku saja yang turun dan berbicara kepada mereka." Kata Aaron sambil mendesah. Siapa yang tidak tau kekeras kepalaan seorang Demian klan ksatria pengendali Api ini.

Pada akhirnya Aaron membuka pintu dan meninggalkan Demian didalam yang masih memendam amarahnya. Aaron menghancurkan jaring-jaring itu dengan kekuatan cahayanya dan segera berjalan menuju lima orang yang terlihat terkejut menyadari Aaron berhasil keluar dengan mudah dari jaring-jaring buatan mereka.

Aaron terlihat bercakap-cakap dengan mereka, entah apa yang mereka bicarakan yang Demian lihat tidak ada ketegangan diantara mereka. Hingga Demian melihat Aaron berjalan kembali menuju dirinya.

"Bagaimana?" Tanya Demian yang sangat penasaran.

"Mereka akan membawa kita menemui kepala suku dan mereka akan membantu kita." Jawab Aaron yang membuat Demian menghela nafas lega.

"Baiklah, ingat kita tidak punya banyak waktu lagi Aaron. Aku tidak ingin menanggung resiko apapun!" Kata Demian dan Aaron mengangguk dengan pasti.

 Aku tidak ingin menanggung resiko apapun!" Kata Demian dan Aaron mengangguk dengan pasti

Beberapa orang yang menangkap mereka tadi, membawa mereka ketempat koloni mereka berada. Sungguh, Aaron merasa takjub melihat tempat ini. Dulu tidak ada bangunan menjulang tinggi seperti itu dan sekarang semua nampak berbeda, padahal ia tidak berkunjung kemari selama 2 dekade.

"Kurasa aku tau sekarang kenapa mereka tidak meminta memasok senjata lagi dari Adisty. Peradaban mereka semakin maju sekarang." Guman Aaron.

Mereka masih mengikuti arahan beberapa orang yang tadi menangkap mereka untuk menuju sebuah balai kota.

"Wow, sepertinya Paily bukan lagi sebuah koloni. Mereka membentuk sebuah negeri ku rasa." Pekik Aaron kegirangan sementara Demian hanya memandangi beberapa bangunan diam, tanpa berkomentar.

Mereka sudah sampai di depan balai kota yang tak terlihat gaya bangunannya karena tertutup oleh salju, mereka terus berjalan masuk kedalam yang di jaga ketat oleh beberapa pengawal.

"Hangat, apa yang di gunakan mereka sehingga gedung ini begitu hangat?" Kata Aaron penasaran.

"Mereka sepertinya memang ingin membangun sebuah kerajaan." Komentar Demian dan di jawab anggukan oleh Aaron.

"Tetua, kami membawa salah satu pemimpin di negeri Adisty." Kata salah satu pengawalnya dan sosok pria dengan postur tubuh tidak terlalu tinggi kini sedang merawat beberapa tanaman segera menoleh, mata besarnya itu menyelidiki kedua pria asing dihadapannya ini.

"Aaron Lunarky? Kau kah itu?" Tanyanya dengan penasaran sementara Aaron masih nampak berfikir, pria dihadapannya ini terlihat tak asing.

"Astaga, Denta?" Aaron mencoba menebak dan di jawab anggukan olehnya.

"Akhirnya kau yang menjadi tetua dan sepertinya Paily tak sekuno dulu lagi." Ucap Aaron sambil memeluk tubuh Denta.

"Hoh dan sepertinya aku bahkan bisa membuat gunung salju untukmu. Bukankah dulu kau pernah menangis karena tidak bisa membuat boneka salju." Goda Denta sambil tertawa.

"Ah, kau hanya membuatkankan Ariona saja, tapi tidak dengan ku." Protes Aaron yang kali ini membuat Denta terbahak untuk sesaat dan pandangannya teralih pada sosok Demian yang masih saja diam.

"Oh ya, apa yang membawamu kemari Aaron?" Tanya Denta sembari memandangi sosok Demian yang berdiri disamping Aaron.

"Ada seseorang yang ku cari dan sepertinya aku membutuhkan bantuanmu untuk mencarinya dan teman ku ini adalah salah satu Klan ksatria. Demian Pyroky pengendali api yang masih tersisa." Terang Aaron membuat mulut Denta menganga.

"Eh, masih adakah klan ksatia selain kita Aaron?" Denta sama sekali tak menyangka akan terjadi hal semacam ini dan Aaron segera mengangguk membenarkan.

"Ku pikir juga masih ada hal lain yang perlu kita bicarakan selain masalah ini. Aaron, kenapa kau tak mengatakannya kalau tetua di tempat ini adalah klan ksatria?" Protes Demian membuat Aaron tersenyum.

"Maafkan aku, aku lupa kalau Denta memiliki kekuatan es. Dulu ku pikir dia hanya terampil karena dengan cepat ia membuat boneka salju." Kata Aaron sembari tertawa. "Denta sepertinya kau perlu memperkenalkan dirimu." Pinta Aaron membuat Denta tersenyum sambil mengangguyk.

"Perkenalkan, namaku Denta Cryokiny Klan Ksatria pengendali es." Ucap Denta yang dengan baiknya mengulurkan tangannya membuat Demian yang kikuk itu dengan ragu-ragu mengulurkan tangannya juga.

" Ucap Denta yang dengan baiknya mengulurkan tangannya membuat Demian yang kikuk itu dengan ragu-ragu mengulurkan tangannya juga

DENTA CRYOKINY | KSATRIA KLAN CRYOKINY | PENGENDALI ES

"Lebih baik kita masuk kedalam untuk melanjutkan pembicaraan ini." Usul Denta yang di segera disetujui oleh Aaron dan Demian.

---***---

Titanium J-10 sudah mendarat disebuah kota yang sumber daya energi utamanya menggunakan petir, yaitu kota Baracky. Untuk mencapai kota ini mereka harus melewati sebuah terowongan jika mereka tidak ingin mendapatkan serangan petir. Mereka bisa dengan mudah masuk karena mereka terlihat seperti pelancong pada umumnya, tidak ada sesuatu yang mencurigakan pada diri mereka.

"Aku tidak menyangka ada negeri seperti ini?" Pekik Jennie yang terlihat begitu mengangumi perisai petir yang menyambar-nyampar menyelimuti kota

"Aku tidak menyangka ada negeri seperti ini?" Pekik Jennie yang terlihat begitu mengangumi perisai petir yang menyambar-nyampar menyelimuti kota.

"Haruskah kau sesenang itu? Sinb dalam bahaya sekarang." Desah Mina yang semenjak tadi hanya diam dengan segara pikiran kalutnya. Jennie seketika bungkam, ucapan Mina tak salah sepenuhnya. Hanya dirinya lah yang terlalu excited.

"Kau tak harus menunjukkan ekspresi seperti itu. Wajar jika terkadang sekali-kali kita melakukan kesalahan." Hibur Axel yang entah terlihat begitu lembut hari ini. Linux hanya memandangi mereka dengan kirut didahinya dan mata yang membulat seperti biasanya.

"Apakah dia berada disini?" Genio memijat kepalanya yang berdenyut. Sungguh hatinya bergemuru, ingin berlari jika ia mampu--berlari kemana pun untuk menemukan sosok Reika.

"Lebih baik kau istirahat. Kau belum istirahat sama sekali." Kata Xeno kepada Mina dan gadis itu segera menggeleng.

"Bagaimana aku bisa melakukannya? Sementara aku tidak tau, dia masih hidup atau tidak?" Lirih Mina yang kini sudah menangis membuat Jennie juga ikut menangis dan Axel segera memeluknya.

"Jangan menangis, kita pasti akan menemukannya!" Kata Axel yang masih mendekap Jennie.

Sementara Xeno, berusaha memegang tangan Mina yang kini menatap Xeno penuh tanya. "Kita akan mencarinya sampai ketemu, jangan menyerah." Mina sedikit tersenyum, beradu pandang dengan Xeno yang entah membuatnya jantungnya berdetak cukup keras di saat yang tidak tepat seperti ini membuat dirinya berkali-kali merutuki dirinya. "Jangan sungkan jika kau membutuhkan tempat untuk bersandar, ada aku disini." Bisik Xeno yang entah dari mana pria itu memiliki keberanian untuk mendekat, Mina jelas sangat malu dengan tingkah Xeno ini tapi ia juga tak bisa untuk menolaknya. Pada akhirnya Mina tak melepaskan genggaman tangan Xeno dan menyandarkan kepalanya pada bahu Xeno.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
LUCID DREAM
432      305     2     
Short Story
aku mengalami lucid dream, pada saat aku tidur dengan keadaan tidak sadar tapi aku sadar ketika aku sudah berada di dunia alam sadar atau di dunia mimpi. aku bertemu orang yang tidak dikenal, aku menyebutnya dia itu orang misterius karena dia sering hadir di tempat aku berada (di dalam mimpi bukan di luar nyata nya)
HER
532      301     2     
Short Story
Temanku yang bernama Kirane sering memintaku untuk menemaninya tidur di apartemennya. Trish juga sudah biasa membuka bajunya sampai telanjang ketika dihadapanku, dan Nel tak jarang memelukku karena hal-hal kecil. Itu semua terjadi karena mereka sudah melabeliku dengan julukan 'lelaki gay'. Sungguh, itu tidak masalah. Karena pekerjaanku memang menjadi banci. Dan peran itu sudah mendarah da...
Loker Cantik
477      357     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Percikan Semangat
831      441     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)
Cinta (tak) Harus Memiliki
4497      1158     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Under a Falling Star
577      348     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Gerhana di Atas Istana
10092      4513     2     
Romance
Surya memaksa untuk menumpahkan secara semenamena ragam sajak di atas kertas yang akan dikumpulkannya sebagai janji untuk bulan yang ingin ditepatinya kado untuk siapa pun yang bertambah umur pada tahun ini
Bukan Kamu
12892      1994     7     
Romance
Bagaimana mungkin, wajahmu begitu persis dengan gadis yang selalu ada di dalam hatiku? Dan seandainya yang berada di sisiku saat ini adalah kamu, akan ku pastikan duniaku hanyalah untukmu namun pada kenyataanya itu bukan kamu.
Foto dalam Dompet
475      323     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Be Yours.
1670      902     4     
Romance
Kekalahan Clarin membuatnya terpaksa mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Ia harus membagi waktu antara ekstrakurikuler atletik dan cheerleader. Belum lagi masalah dadanya yang terkadang sakit secara mendadak saat ia melakukan banyak kegiatan berat dan melelahkan. Namun demi impian Atlas, ia rela melakukan apa saja asal sahabatnya itu bahagia dan berhasil mewujudkan mimpi. Tetapi semakin lama, ...