Read More >>"> Alya Kirana ([5] Minggu Malam) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Alya Kirana
MENU
About Us  

Alditto Yanuar : Udah sampe nih

Alya K. : Alhamdulillah

Alditto Yanuar : Udah makan belum?

Alya K. : Udah, tadi siang

Alya K. : Udah mulai acaranya?

Alditto Yanuar : Baru makan sekali, kan?

Alditto Yanuar : Yakali makan sehari sekali

Alditto Yanuar : Iya ini baru mau mulai, bentar yaa

Tanpa sadar, Alya tertidur dengan ponsel ditangannya. Tak lama ia tertidur, hanya kurang lebih 20 menit, lalu, ia terbangun. Jam masih menunjukkan pukul 21.15, ia pun membuka ponselnya. Ada beberapa pesan baru dari Aldi. Ia pun segera membuka pesan tersebut.

Alditto Yanuar : Acaranya baru selesai nih

Alditto Yanuar : Alya?

Alya K. : Aku ketiduran

Alya K. : Kamu udah di rumah?

Alditto Yanuar : Belum, masih di jalan

Alditto Yanuar : Udah makan belum?

Alya K. : Naik apa?

Alya K. : Belom

Alditto Yanuar : Bawa mobil

Alditto Yanuar : Daritadi belum makan juga?

Alya K. : Siapa yang bawa?

Alya K. : Iya, kan tadi ketiduran

Alditto Yanuar : Aku yang bawa

Alya K. : Yauda jangan main hp

Tak lama kemudian, Alya mendapat panggilan telpon masuk dari LINE. Ternyata dari Aldi. Ia segera menerima panggilan tersebut.

"Halo, kenapa? Lagi nyetir jangan main hp." Ucap Alya.

"Aku gak lagi nyetir, kok."

"Oh, udah sampe rumah?"

"Belum, masih dipinggir jalan."

"Pinggir jalan mana?"

"Pinggir jalan deket rumah kamu itu." Alya sedikit terkejut mendengarnya.

"Lah, ngapain kamu di situ?

"Mau ngajak makan. Makan, yuk."

"Emang tadi gak makan?"

"Makan kok tadi." Alya sedikit bingung dengan Aldi, ia sudah makan, tapi masih mengajak dirinya untuk makan.

"Trus, laper lagi?"

"Enggak. Kamu kan belum makan. Makan ya, Al? Aku temenin."

"Gak usah. Kamu pulang aja, udah malem, Di."

"Enggak. Kamu keluar ya, Al. Aku tunggu."

"Di, gak mau." Panggilan terputus. Aldi ngapain sih, ya. Pikirnya.

•••

Benar saja, Aldi sudah berdiri disamping mobilnya dengan terus memperhatikan Alya yang semakin mendekat ke arahnya. Alya berjalan dengan cepat, menghampiri Aldi.

"Aldi, pulang aja, ya?"

"Iya, nanti aku pulang. Tapi, makan dulu, ya, Al?"

"Gak laper."

"Makan, ya?"

"Gak mau."

"Alya, makan, ya?" Kali ini Aldi berbicara dengan lebih lembut.

"Gak mau, Di."

"Yaudah, aku gak bakal pulang."

"Ih, yaudah-yaudah." Aldi tersenyum mendengar jawaban Alya.

"Mau makan di mana?"

"Yang di deket sini aja." Ucap Alya sedikit malas.

"Gak pake jaket?" Alya menggeleng, "Aku bilang apa kemarin? Kemana-mana itu bawa jaket." Aldi hendak melepaskan jaket yang ia kenakan, namun, Alya menahannya.

"Ngapain? Mau ngasih jaketnya ke aku? Gak usah deh, Di. Jaket kamu aja masih ada di aku. Lagian, cuma didepan situ, kok." Aldi tetap melepas jaketnya, lalu, memberikannya ke Alya.

"Pake, Al. Angin malem bahaya, bisa sakit." Alya segera memakaikan jaket itu dengan malas ke tubuhnya.

•••

Di sini lah Alya dan Aldi sekarang, di tempat penjual ketoprak pinggir jalan dekat rumah Alya. Didekat rumah Alya memang banyak sekali penjual makanan yang berjejer saat malam hari. Tadinya, Aldi menyuruh Alya untuk makan nasi goreng, atau apa pun yang menggunakan nasi. Tapi, Alya tidak mau, ia lebih memilih untuk makan ketoprak.

"Pak, es teh manisnya 2, ketopraknya 1, gak pedes ya, Pak." Alya dan Aldi pun duduk di kursi kosong yang ada di sana. Mereka duduk bersebelahan dan saling diam cukup lama. Hingga akhirnya Alya mengeluarkan suara.

"Kok kamu gak makan juga?"

"Aku udah kenyang, Al." Alya mengernyitkan dahinya.

"Trus, ngapain ngajak makan?" Bapak penjual mengantarkan 1 ketoprak dan 2 es teh manis yang dipesan Aldi.

"Udah, ya. Makan aja dulu." Alya pun memakan ketopraknya. Sedangkan Aldi, memperhatikan Alya yang sedang makan.

"Di, cobain deh." Aldi menggelengkan kepalanya.

"Enggak, kamu makan aja, ya."

"Cobain, ih."

"Aku gak mau, Al."

"Cobain, dikit aja." Aldi menyerah.

"Iya iya, aku cobain, ya." Ia pun mengambil sendok yang ada ditangan Alya. "Tuh. Udah, ya?" Alya mengangguk, lalu, menghabiskan ketopraknya. Alya meminum es teh manisnya, hingga tersisa setengah gelas.

"Kapan mulai masuk kuliah?" tanya Alya sembari mengaduk-aduk es teh manisnya.

"6 Maret udah masuk." Alya mengangguk, "Kamu kapan?"

"Tanggal 26 Februari." Keduanya terdiam, "Trus, balik ke Malangnya kapan?"

"Mungkin, seminggu sebelum masuk kuliah." Alya hanya mengangguk, lalu, meminum es teh manisnya, lagi. "Nanti, kamu temenin aku, ya?" Mendengar itu, Alya langsung menoleh ke sebelahnya.

"Temenin, ke mana?"

"Ke Bandara."

"Oh, iya insyaAllah, ya." Alya dan Aldi sama-sama terdiam, "Eh, iya. Tadi acara apa?"

"Apa, ya. Jadi tuh, aku punya sepupu di Jakarta, dia punya band yang suka manggung di Kafe gitu. Kebetulan, hari ini salah satu personilnya berhalangan. Jadi, sepupu aku minta tolong ke aku buat gantiin temennya."

"Oh, live music gitu, ya?" Aldi hanya mengangguk, "Kalo tau kamu manggung, mending tadi aku tonton kamu manggung aja. Kamu gak bilang, sih."

"Jangan, lah." Alya mengernyitkan dahinya

"Kenapa?"

"Grogi kalo ditonton kamu." Alya tertawa.

"Apa, sih. Lebay banget, pake grogi segala." ucapnya masih belum berhenti tertawa. Aldi pun ikut tertawa. Aldi berhenti tertawa ketika melihat darah dibibir Alya.

"Itu, bibir kamu berdarah." Aldi mengambil tissu yang ada diatas meja, dan memberikannya ke Alya. "Nih, bersihin coba." Alya pun mengambil tissu itu, dan mengangkat ponselnya ke depan wajah untuk berkaca.

"Kebiasaan deh, suka kayak, gini." ucap Alya sembari menekan tissu ke bibirnya yang berdarah, bermaksud untuk menghentikan darahnya. Namun, tetap muncul.

"Sering kayak gitu?" tanya Aldi, Alya hanya mengangguk, sesekali ia mengelupas kulit bibirnya. "Udah, jangan dikelupas gitu, Al. Itu udah luka, nanti tambah luka kalo digituin."

"Gak enak kalo kayak gini, Di." tangannya masih setia mengelupas kulit bibirnya sedikit-sedikit. Aldi memegang tangan Alya yang sedang mengelupas kulit bibirnya itu, lalu, meletakkan tangan Alya diatas meja.

"Alya, udah, ya. Diem tangannya."

"Gak bisa, Di. Gak enak. Ini kering banget." Ia mengangkat tangannya lagi, hendak melanjutkan kegiatan mengelupas kulit bibirnya itu, namun, Aldi menahan tangan Alya agar ia tidak melanjutkan kegiatannya itu.

"Makanya, udah, ya. Susah banget, sih, dibilanginnya."

"Iya, iya."

"Mau pulang?" Alya mengangguk. Aldi menggenggam tangan kiri Alya. Sampai di depan bapak penjual ketoprak, ia melepas genggamannya. "Bentar, aku bayar dulu."

•••

"Aldi, makasih, ya. Lain kali jangan kayak gini lagi." Alya melepas jaket Aldi yang ia kenakan, lalu, memberikannya kepada Aldi, Aldi menerima jaket itu. "Oh iya, jaket kamu yang satunya masih sama aku."

"Gak janji."

"Aldi!" Aldi tertawa.

"Iya, iya. Galak banget, sih." Alya cemberut.

"Biarin."

"Jaket aku yang masih di kamu pegang aja dulu, ya." Alya hanya menggangguk. "Udah, sana masuk. Aku juga mau balik lagi ke Kafe tadi."

"Ngapain, lagi? Langsung pulang aja, nanti ibu kamu khawatir."

"Aku udah janji buat balik lagi ke sana," ia menatap Alya dengan tatapan menyelidik. "Ibu aku yang khawatir, atau kamu?"

"Ya, ibu kamu, lah." Aldi tertawa melihat ekspresi wajah Alya. Sungguh, ekspresi wajahnya sangat lucu.

"Yaudah. Aku balik, ya? Eh, tapi, kamu masuk dulu ke rumah."

"Balik ke mana?"

"Ke rumah." Alya mengernyit.

"Katanya, tadi ke Kafe?"

"Kan, kata kamu langsung pulang aja."

"Kalo udah janji, ya, balik lagi aja ke Kafe." Aldi menggeleng.

"Enggak, aku langsung pulang ke rumah aja."

"Nanti mereka nungguin, gimana?"

"Ya, kan, bisa dichat."

"Yaudah, terserah aja. Udah, sana jalan."

"Enggak, kamu masuk dulu. Aku harus pastiin kalo kamu masuk ke rumah tanpa ada yang gangguin."

"Sepi gini, siapa yang mau gangguin?"

"Ya, kali aja nyamuknya pada ganjen. Udah sana, hati-hati ya."

"Kenapa hati-hati? Takut aku kepeleset, trus, kamu ketawa?" Aldi tertawa mendengar ucapan Alya.

"Lebih parah, takutnya kamu malah kesandung, atau mungkin jatuh. Kan, gak lucu kalo aku ketawa didepan kamu." Alya memasang wajah masam, yang justru membuat Aldi semakin tidak bisa berhenti tertawa. "Udah sana, Al, masuk."

"Iya, hati-hati ya. Kalo udah di rumah chat aja." Alya pun berjalan menuju rumahnya.

"Alya!" panggil Aldi, Alya menoleh, membalikkan tubuhnya. "Je t'aime." ucap Aldi, namun, tidak terlalu keras, hingga Alya tidak terlalu mendengar, dan juga ia tidak mengerti bahasa apa yang diucapkan Aldi.

"Hah? Kenapa, Di?"

"Enggak. Udah, sana masuk." Alya tidak terlalu memikirkan, ia pun membalikkan tubuhnya, kembali berjalan menuju rumahnya.

•••

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tentang Kita
1515      654     1     
Romance
Semula aku tak akan perna menduga bermimpi pun tidak jika aku akan bertunangan dengan Ari dika peratama sang artis terkenal yang kini wara-wiri di layar kaca.
Carnation
407      291     2     
Mystery
Menceritakan tentang seorang remaja bernama Rian yang terlibat dengan teman masa kecilnya Lisa yang merupakan salah satu detektif kota. Sambil memendam rasa rasa benci pada Lisa, Rian berusaha memecahkan berbagai kasus sebagai seorang asisten detektif yang menuntun pada kebenaran yang tak terduga.
PENTAS
871      536     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Why Joe
942      499     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
Verletzt
1179      529     0     
Inspirational
"Jika mencintai adalah sebuah anugerah, mengapa setiap insan yang ada di bumi ini banyak yang menyesal akan cinta?" "Karena mereka mencintai orang yang tidak tepat." "Bahkan kita tidak memiliki kesempatan untuk memilih." --- Sebuah kisah seorang gadis yang merasa harinya adalah luka. Yang merasa bahwa setiap cintanya dalah tikaman yang sangat dalam. Bahkan kepada...
DANGEROUS SISTER
7169      1721     1     
Fan Fiction
Alicea Aston adalah nama barat untuk Kim Sinb yang memiliki takdir sebagai seorang hunter vampire tapi sesungguhnya masih banyak hal yang tak terungkap tentang dirinya, tentang jati dirinya dan sesuatu besar nan misterius yang akan menimpanya. Semua berubah dan menjadi mengerikan saat ia kembali ke korea bersama saudari angkatnya Sally Aston yang merupakan Blood Secred atau pemilik darah suci.
Phased
5001      1569     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
CALISTA
281      217     0     
Fantasy
Semua tentang kehidupan Calista, yang tidak hanya berisi pahit dan manis. Terdapat banyak rasa yang tercampur di dalamnya. Ini adalah kisah dimana seorang Calista yang mendapatkan pengkhianatan dari seorang sahabat, dan seorang kekasih. Disaat Calista berusaha menyelesaikan satu masalah, pasti masalah lain datang. Akankah Calista dapat menyelesaikan semua masalah yang datang padanya?
Angkara
787      477     1     
Inspirational
Semua orang memanggilnya Angka. Kalkulator berjalan yang benci matematika. Angka. Dibanding berkutat dengan kembaran namanya, dia lebih menyukai frasa. Kahlil Gibran adalah idolanya.
NYUNGSEP
4064      1370     6     
Romance
Sejatinya cinta adalah ketulusan. Jika ketika hati telah 'nyungsep', terjatuh pada seseorang, apa yang boleh buat? Hanya bisa dengan tulus menjalaninya, ikhlas. Membiarkan perasaan itu di hati walaupun amat menyakitkan. Tak perlu jauh mengelak, tak perlu ditikam dengan keras, percuma, karena cinta sejati tidak akan pernah padam, tak akan pernah hilang.