Bagian Satu
Mengikuti petunjuk resepsionis, entah bagaimana aku bisa sampai di tempat Serikat Pekerja.
Aku cukup terkejut saat sampai di alun-alun kota. Disana terdapat menara yang tinggi dengan jam dinding besar di ketiga sisinya. Di puncak menara, samar-samar aku bisa melihat sebuah lonceng yang cukup besar. Taman bunga yang mengitari menara juga sangat menawan. Seperti yang diharapkan dari kota besar.
Aku membuka pintu Serikat Pekerja dibarengi dengan suara lonceng. Melihat ke sekitar ruangan, terdapat cukup banyak orang di dalam. Tapi suasana yang ditunjukkan sangat berbeda dengan bar di penginapan sebelumnya. Disini sangat tenang.
Setelah menemukan konter tempat registrasi, aku mendatanginya dan disapa oleh resepsionis wanita. Entah kenapa aku merasa jengkel melihat wajahnya.
Mari kita selesaikan urusan dengan cepat.
"Aku ingin melakukan registrasi."
"Tentu. Kalau begitu, silakan isi data diri anda dalam formuir! Apa Anda ada masalah dalam membaca dan menulis?"
"Aku bisa melakukannya."
Aku menyelesaikan mengisi lembar formulir registrasi dengan cepat.
"Ngomong-ngomong, tentang biaya registrasi. Apa bisa pembayarannya ditunda beberapa hari?"
"Tentu bisa. Kartu anggota akan jadi dalam waktu tiga hari setelah pendaftaran. Jadi anda bisa membayarnya saat anda mengambil kartu tersebut."
"Benarkah?"
"Tentu."
Tiga hari, waktu itu sudah cukup. Jika aku kembali ke Desa Lerida dan meminta uang pada si tua Tangier. Karena perjalanannya mungkin akan lama jika aku berjalan kaki, aku mungkin akan kembali kesini di hari ketiga.
Masalahnya, apa Tangier mau memberiku uang setelah aku kabur dan mencuri kudanya. Lagipula, apa orang-orang panti akan memaafkanku.
Bukanya itu mustahil. Sudah kukira ini jalan buntu. Aku akan jadi gelandangan di kota ini. Berakhir sudah. Aku menemui DEAD-END.
***
Bagian Dua
Saat aku memikirkan semua itu, sebuah suara menyapaku. Mungkin lebih tepat jika dibilang suara itu mengancamku. Aku sendiri bisa merasakan aura membunuh dari orang yang berdiri dibelakangku.
"Ikuti aku!
Orang itu berbicara lirih di dekat telingaku. Dari suaranya, sudah jelas bahwa itu suara seorang gadis. Aku mulai penasaran apa yang diinginkan seorang gadis padaku. Aura membunuhnya sangat hebat.
Aku mengangguk kecil untuk merespon bahwa aku mengerti. Yah, apapun itu? Akan berbahaya jika terjadi keributan disini.
Sesuai permintaannya, aku mengikuti gadis misterius ini tepat dibelakangnya. Sebenarnya, jika aku ingin melarikan diri, sekarang adalah waktu yang tepat. Tapi jika aku melakukan hal itu, masalah ini akan jadi semakin rumit. Gadis di depanku ini mungkin akan memburuku sehingga aku akan terus dalam pelarian. Lebih baik selesaikan dengan cepat dan kembali ke desa.
Ngomong-ngomong, gadis di depanku ini memakai kerudung, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya. Berpikir tentang aura yang gadis ini lepaskan tadi, aku rasa dia orang yang cukup terlatih.
Meninggalkan jalan utama dan memasuki gang sempit, aku terus mengikuti gadis misterius ini. Sebenarnya aku sudah waspada semenjak aku memasaki gang kecil ini. Bukan tidak mungkin jika dia adalah suruhan dari sekelompok perampok dan aku akan diarahkan ke jebakan dan disergap.
Saat aku memikirkan berbagai macam situasi yang akan kuhadapi, tiba-tiba gadis itu berhenti. Tanpa berbalik, dia berbicara dengan tenang.
" Jawab pertanyaanku! Dari mana kau mendapatkan senjata itu?"
Senjata? Apa yang dia maksud adalah senjata dalam kotak paket ini? Jadi gadis ini mengincar senjata yang entah dari mana ini. Yah, aku juga ingin tahu siapa yang mengirimiku senjata serba hitam yang tampak sangat mahal ini.
"Memang apa pedulimu dengan senjata yang kubawa?"
"Senjata itu adalah milik Organisasi kami. Aku ingin kau mengembalikannya, ini perintah. Anak kecil tidak seharusnya membawa benda berbahaya."
Anak kecil? Kau bilang aku 'anak kecil'? Asal kau tahu ya, aku ini sudah dewasa. Orang ini membuatku kesal. Dia mengingatkanku pada nona resepsionis cerewet yang mempermainkanku.
"Aku tak tahu apa itu Organisasi, tapi benda ini adalah miliku. Aku tak akan menyerahkannya pada orang yang tak kukenal."
"Biar kukatakan sekali lagi. Berikan senjata itu padaku! Maka kau tak perlu mengalami hal yang mengerikan."
"Apa kau ingin mengancamku? Sayangnya aku bukan tipe orang yang mudah terhasut."
Bukankah ini sedikit menyebalkan. Orang yang tak kukenal mengirimiku senjata dan sekarang datang gadis misterius yang menginginkan senjata tersebut dan langsung main hina. Aku rasa orang yang mengirimiku senjata ini ingin menjebakku dan menyeretku kedalam masalah pribadinya. Setidaknya itulah ynag firasatku katakan.
Baiklah, akan aku ikuti permainan menyebalkan ini. Dengan begitu, cepat atau lambat, orang dibalik semua ini akan terungkap.
"Sebenarnya aku tak ingin melakukan metode ini, tapi tidak ada cara lain."
Gadis itu berputar dan melesat maju menerjang kearahku. Yah, aku sudah tahu bahwa kejadiannya akan berakhir seperti ini, jadi aku tak terkejut. Dengan mudah aku menghindar. Sepertinya dia memakai sesuatu seperti gauntlet.
Berdasarkan aura membunuh yang dia keluarkan tadi, sepertinya dia terlatih. Serangannya tajam, gerakannya lincah dan efisien, pernapasannya juga bagus.
Serangan vertikal datang, aku menghindar dengan mengambil langkah kebelakang dan tiba-tiba asap mengepul dibarengi suara dentuman keras di tempat aku berdiri sebelumnya.
"Aku tak mengira bocah sepertimu bisa menghindari pukulanku."
"Aku mulai berpikir apa mungkin kau ini buta dan tuli? Bukannya aku sudah mengatakannya dan bagaimanapun kau melihatku, aku ini sudah dewasa. Aku sudah berumur enam belas tahun."
Protesku diabaikan, gadis ini juga mulai membuatku kesal. Aku ingin tahu bagaimana perempuan di kota ini melihatku.
Meski begitu, sebuah lubang terbentuk tepat ditempat yang dia serang barusan. Gadis yang menakutkan. Aku jadi penasaran apa dia memiliki tubuh yang berotot dibalik mantel yang dia kenakan.
"Kurasa kau patut mendapat apresiasiku, tapi ini adalah akhir untuk keegoisanmu."
Gadis itu memperkuat pijakannya, kedua gauntlet berwarna hijau terang terlihat jelas sangat menngintimidasiku sebagai musuhnya. Mungkin aku harus serius mulai sekarang.
Dia datang.
Gerakannya semakin cepat, gadis ini petarung jarak dekat sepertiku. Mungkin aku akan berada dalam bahaya jika tidak segera menggunakan senjata untuk menangkis serangannya, hanya menghindar tidak akan menyelesaikan ini. Jangan berpikir bahwa hanya karena kau perempuan aku tak akan melukaimu.
Sayangnya, pemikiran seperti 'Ladies First' tidak ada dalam kamusku. Aku memandang semua manusia setara, dari seorang tunawisma sampai seorang raja yang berkuasa, aku yakin mereka memiliki warna darah yang sama.
Meski begitu, gadis ini benar-benar memiliki kekuatan yang mengerikan. Bahkan tinjunya dengan mudah menghancurkan dinding sekitar. Dapat dipastikan tubuhku akan meledak hanya dengan satu pukulan darinya. Armor ringan yang kugunakan mungkin seperti kertas.
Gauntlet itu memberiku firasat yang buruk bahkan hanya dengan melihatnya.
Sebagai petarung jarak dekat, kelincahan, kemampuan optik, refleks tubuh, dan yang tak kalah penting, kapasitas stamina yang besar untuk mendukung pertarungan gerak cepat sangatlah dibutuhkan. Gadis ini memiliki semua syarat tersebut.
Keadaan semakin buruk, aku hanya bisa menghindar tanpa melancarkan serangan. Jika pertarungan beralih menjadi adu ketahanan stamina kurasa akan buruk. Aku tidak punya waktu yang banyak.
"Kena kau."
"Ugh."
Apa? Gerakan tipuan. Dalam sekejap mata aku terlempar menghantam tembok. Hanya dengan satu pukulan tepat di perutku, aku diterbangkan sampai jarak dua meter.
Tapi ada yang aneh, memang aku terkena tinjunya dan mendapat efek yang berlebihan akibat momentum serangannya. Tapi aku tidak merasakan sakit di perut, tempat dia memukulku. Memang punggungku yang menghantam tembok cukup menyakitkan, tapi pukulan sehebat itu tak menghasilkan damage sedikitpun padaku bukankah aneh?
"Dengan ini berakhir sudah. Ini kesempatan untuk merubah pikiranmu! Serahkan senjata itu dan akan kucabut kutukannya!"
Kutukan? Setelah kulihat dengan benar baju yang kukenakan berlubang membentuk kepalan tangan dari gauntletnya. Barusan dia bilang kutukan, apa maksudnya? Baiklah, biarkan itu untuk sekarang.
"Serangan yang mengerikan. Aku pikir hanya akan tersisa tubuh bagian bawahku, syukurlah aku masih hidup. Meski begitu, aku tak merasakan damage sedikitpun, apa yang kaulakukan?"
Luka pertama yang kudapat dari bertarung melawan manusia, meski tak berasa sakit. Gadis ini lebih kuat dari bandit yang merampok pedagang tanaman herbal yang kulawan sebelumnya. Ini mulai membuatku bersemangat. Aku sendiri juga ingin tahu sampai mana kemampuan bertarungku. Aku sudah bosan untuk berburu hewan liar yang gerakannya mudah diprediksi.
"Sepertinya aku juga harus serius."
Baiklah, ayo kita mulai pertarungan yang sebenarnya. Jangan harap kau bisa memukulku lagi.
Aku membuka kotak paket dan mengambil pedang pendek berwarna hitam gelap dan mempersiapkan diri. Kalau diingat-ingat. Liz, nona pelayan di penginapan menyebut senjata ini Black Armament, apa maksudnya?
"Black Armament, apa senjata ini yang kau inginkan?"
"Ya itu benar. Serahkan senjata itu sekarang!"
"Hmm, bagaimana ya? Meski aku tak tahu siapa yang memberiku senjata yang tampak mahal ini, bagimanapun juga senjata ini sudah jadi miliku. Bukankah kau bersikap seperti seorang penjahat jika ingin merebut benda miliku dengan paksa?"
"Apa katamu? Dari awal senjata itu adalah miliki Organisasi kami, kaulah yang mencurinya dan aku hanya ingin memintanya kembali."
Dia tersulut dengan topik pembicaraan mengenai pedang pendek ini, kurasa Organisasi yang dia bilang hanya alasan atas tindakannya kali ini. Mungkin alasan dibalik tindakannya kali ini hanyalah keinginan pribadinya sendiri. Tapi itu bukan masalahku.
"Meski kau bilang begitu aku tak tahu apa-apa? Aku mendapat senjata ini dari orang misterius lewat kurir. Kalau begitu, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?"
"Ha? Apa yang kau katakan?"
"Mari kita bertaruh. Jika kau menang, aku akan memberikan senjata ini padamu. Tapi jika aku yang menang, aku ingin kau meminjamiku uang 20 perak dan bawa aku bertemu atasanmu. Bagaimana?"
"Apa maksudmu?"
Bagaimanapun juga, aku masih membutuhkan uang untuk membayar biaya registrasi Serikat Pekerja. Biaya registrasi 20 perak, apa aku perlu meminta taruhan uang yang lebih banyak? Aku ingin tahu apa aku akan segera mendapat pekerjaan setelah menjadi anggota Serikat Pekerja. Aku sendiri juga penasaran dengan Organisasi yang dia bilang
"Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, tapi aku menolak. Lagipula kemenanganku sudah ditentukan sejak kau menerima pukulanku."
"Apa maksudmu?"
Apa yang dia maksud adalah kutukan yang dia katakan tadi? Tapi memang aneh pukulan yang bahkan bisa menghancurkan dinding dengan mudah tidak memberiku luka sedikitpun dan hanya merobek baju yang kukenakan.
"Sepertinya sudah waktunya? Tinjuku memang tidak melukai tubuhmu, tapi ...."
Hmm, tubuhku mulai berasa aneh, rasa panas menyengat di sekujur tubuh, kepalaku juga terasa pusing. Ini mulai menyakitkan.
"ugh ... uhuk."
Aku batuk, batuk yang mengeluarkan darah dari mulut. Apa yang terjadi? Apa efek pukulannya baru kurasakan sekarang. Tapi tidak ada memar di perutku dan hanya bajuku yang tersobek. Apa ini akibat kutukan yang dia katakan tadi?
" ... tinjuku akan menghancurkan jiwamu."
Menghancurkan jiwa?
@Earthquake masih lanjut kaka, ditunggu ya!
Comment on chapter Prolog