Read More >>"> Sahara (11. Latihan Terakhir) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Hara berlari kemudian melompat dan memukul bola yang diarahkan kepadanya hingga terpantul dengan keras di lantai lapangan voli yang licin. Lelaki itu tresenyum dengan keringat yang memabasahi wajahnya. Dia kembali ke barisan belakang, menggoda Yugo yang katanya tengah naksir sama siswi IPS angkatannya.

            “Gimana tuh sama Intan? Udah ada perkembangan?” Hara menyenggol bahu Yugo, membuat laki-laki yang lebih tinggi darinya itu menggerutu sebal. “Heh! Ditanya kok, diem?” goda Hara lagi.

            Taka yang baru saja kembali dari melakukan smash yang sama dengan Hara pun memukul kepala temannya itu, memarahinya. “Udah, deh. Jangan iseng,” kata Taka, kemudian dibalas anggukan dari Kak Fino yang berbaris di belakang Taka.

            Hara memajukan bibirnya, sebal sendiri. Dia menunggu gilirannya melakukan smash sembari melirik ke arah pintu masuk lapangan. Apakah Yura benar-benar datang untuk membawakannya minum? Apa gadis itu mau menunggunya? Hara merasa bahwa Yura tampak lebih pendiam setelah mengumpulkan puisi buatannya. Hara nggak mengerti, untuk apa sih murung saat hasilnya pun belum diketahui.

            “Hara!” Taka menegur cowok pendek itu, mendorong Hara untuk melakukan bagiannya.

            Tersentak, laki-laki itu pun berlari kemudian meloncat. Melakukan smash dengan gerakannya yang biasa, kemudian kembali baris ke belakang sebelum matanya iseng melirik ke arah pintu masuk. Yura berdiri di sana dengan tangan kirinya mencengkram tali tas sedangkan tangan lainnya menggenggam minuman penambah energi pesanan Hara.

            Langkah Hara terasa lebih ringan dan lebar, lelaki itu berdiri tepat di depan Yura. Merasa lega karena gadis itu tidak terlihat lebih murung dibandingkan kemarin setelah selesai mengumpulkan puisinya.

            “Mau nunggu? Atau pulang?” tanya Hara, hanya meledek karena dia akan pulang jam 7 malam, nggak mungkin dia meminta Yura-nya untuk menunggu. Hara nggak mau dibawelin.

            “Nggak,” jawab gadis itu, mendorong minuman pesanan Hara ke hadapan cowok itu. “Nih,” dia memberikannya, matanya tampak lelah. “Aku pul—“

            “Eh, tunggu,” Hara menahan gadis itu, memandangnya dengan senyum. “Itu, besok jangan lupa dateng!” katanya, membuat Yura mengernyit kemudian tertawa hingga para anggota voli memandang keduanya dengan heran.

            Setelah tawa gadis itu reda, dia mencubit pipi Hara gemas. Pasti lelaki ini khawatir padanya, tumben sekali. “Gue sedih gara-gara ujian Kimia kemarin,” katanya, memulai pembicaraan membuat Hara bingung. Hara nggak nanya, loh. “Nilainya jelek, cuman dapet 70,” dia menerawang, mencari kesalahan dari soal ujian yang dia kerjakan. “Padahal gue suka Kimia, Har. Kimia itu puja—“

            “Ra, aku mau latihan lagi. Udah, ya,” Hara berbalik setelah memukul pipi Yura pelan.

            Yura mendengus, tau bahwa Hara bahkan nggak peduli sama nilai ujian harian yang ia dapat. “Ish, Hara!”

***

Pukul 8 malam Hara baru sampai di rumah. Laki-laki itu segera masuk ke kamar, membersihkan badannya yang lengket oleh keringat. Apalagi tadi saat pulang dari sekolah entah kenapa jalan raya sangat padat, padahal Hara berharap Jakarta lebih sepi sedikit. Lelaki itu duduk di kasur sembari melihat ponsel. Dia melihat 10 pesan masuk dari Yura yang belum dibuka. Sembari mengeringkan rambut, Hara membuka pesan tersebut. Membacanya dengan kedutan bibir samar.

            Rizky Maehara P : Aku bru selesai mandi sm salat

            Rizky Maehara P : Skrng mau tidur

            Rizky Maehara P : Night Jelek

            Cowok itu membaringkan tubuhnya yang kelelahan, matanya melirik bola voli yang diam di tempatnya. Senyumnya terukir, tipis, kemudian bangkit dan mengambil bola tersebut. Entah kenapa, dia masih ingin berlatih. Bagi Hara, semakin banyak kamu berlatih, semakin dekat kamu dengan kemenangan.

            Dering telepon menghamburkan pikiran cowok itu. Bolanya dilepas begitu saja dengan dirinya yang berjalan mengambil ponselnya. Nama Sayura Dewiriki terbaca di layar ponsel miliknya, membuat Hara segera mengangkat telepon tersebut. Membiarkan sapaan Yura mengusik gendang telinganya, membuat dirinya merasa lebih tenang.

            “Aku tau kamu belum tidur,” gadis itu menebak, menghela napas panjang. “Tidur. Sekarang,” dia mendiktaktor Hara, berharap laki-laki keras kepala tersebut akan menurutinya. Masalahnya adalah, bila Hara tidak istirahat sekarang, besok akan menjadi seperti apa?

            Hara menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, tersenyum kecil mendengar omelan dari gadisnya. Entah ya, rasanya tuh kalau Yura yang bilangin Hara mah bakal nurut. Yura itu sama kayak Ibunya, bakal bawel banget kalo Hara terlalu asyik dengan voli sehingga melupakan kesehatannya.

            “Iya, iya. Bawel,” lalu sambungan terputus setelah Yura pamit ingin kembali membaca novel. Hara melihat ponselnya, senyumnya semakin lebar sebelum kedua matanya menutup. Hara terlelap dengan malam yang penuh dengan taburan sinar cantik.

***

Pagi hari, Hara sudah siap dengan celana training selutut serta kaus putih polos untuk berangkat ke tempat pertandingan. Cowok itu memakai almamater SMA Kebangsaan kemudian memakai tas selempangnya. Dengan semangat, Hara pun keluar dari kamar dan berjalan dengan riang menuju ruang makan. Semalam Hara sudah pesan bekal 4 Sehat 5 Sempurna yang menjadi favoritnya. Apalagi dengan dendeng sapi buatan Ibu, sungguh membuat Hara lapar tiap kali mencium baunya.

            “Nanti jangan lupa berdoa sebelum tanding, terus juga harus fokus dan jangan melamun. Jangan bercanda juga, apalagi teriak-teriak kalo berhasil mukul bola, Ayah malu tiap kali denger suara kamu yang berisik itu,” titah Ayahnya yang sudah siap mengantar Hara sekaligus menonton pertandingan putranya tersebut.

            Hani tertawa kecil, kemudian memasukkan potongan roti terakhirnya ke dalam mulut. “Kak Hara harus jadi yang paling keren, ya!” ucap gadis berumur lima tahun tersebut. Dia tersenyum pada Hara yang ikut tersenyum. Kobaran semangatnya semakin bertambah kala keluarganya akan ikut menonton. Dia nggak mau mempermalukan dirinya, tapi kalau untuk teriak-teriakan Hara nggak yakin bisa menahan diri.

            Sepanjang perjalanan, Hara memikirkan tim lawannya dari SMA Linggar Jati. Tahun kemarin saat Hara berhasil mengalahkan mereka, Hara tetap saja merawa was-was pada pemainnya yang tinggi juga kekar. Apalagi bloker mereka yang sungguh besar, seperti raksasa jika dibandingan dengan Hara yang hanya kurcaci kecil. Lelaki itu melamun sembari memperhatikan kumpulan awan yang menutupi langit. Pagi di hari Sabtu cukup cerah dengan sinar matahari yang menembus jendela mobil Ayahnya.

            Pandangan Hara kini terfokus pada ponselnya. Dia menunggu pesan balasan dari Yura yang tak kunjung datang. Padahal dia sudah mengirim pesan dari setengah jam yang lalu, tapi Yura sepertinya masih belum membuka ponsel. Apa dia ketiduran? Ah, iya, semalam dia membaca novel kan?

            Hara segera menelepon Yura. Lelaki itu nggak mau kalau gadis itu tidak menonton pertandingannya. Bisa-bisa semangat Yura berkurang.

            Dideringan ketiga, telepon itu tersambung. Hara bisa mendengar dengan jelas bunyi kompor menyala. Jangan bilang yura tengah memasak?

            “Aduh, Har. Kenapa deh?” suara Yura seperti tidak senang karena diganggu.

            Hara menggaruk pipi kirinya. “Um, kamu nggak siap-siap?” tanya Hara dengan hati-hati. Bisa saja Yura lupa.

            Kompor pun terdengar dimatikan. “Oh, itu. Ini lagi siap-siap, kok. Mau makan dulu,” jawabnya, pasti sedang memindahkan hasil masakannya ke dalam piring. Sepertinya Yura tengah masak nasi goreng atau telur goreng, entahlah. “Udah, ya Har. Tenang aja, aku dateng kok. Ini ada Nita di rumah,” Yura memecah lamunan Hara tentang rasa makanan Yura. Tiba-tiba Hara lapar lagi.

            Laki-laki itu mengerjap kemudian meneguk ludahnya susah payah. “O-oh, iya. Kamu hati-hati,” kemudian sambungan terputus. Hara menatap langit, kapan dia bisa makan masakan buatan Yura tiap pagi?

            Oke, Hara mulai kurang fokus.

***

“Pokoknya, jangan sampai kalian merasa terpojok hanya karena nggak bisa menembus pertahanan mereka. Inget, fokus. Jangan sampai lengah, apalagi ngerasa buruk gara-gara bloker mereka yang hebat. Oke?” Liam melihat anggota timnya, menunjukkan rasa percayanya sebagai kapten untuk pertandingan mereka hari ini. Lelaki itu memikirkan bagaiamana hasil pertandingan mereka di kompetisi terakhir sebelum akhirnya Liam, Dion, dan Fino harus fokus pada Ujian Nasional serta Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sungguh menguras stamina fisik serta batin mereka.

            “SIAP!” balas semua anggota tim voli SMA Kebangsaan, dengan Hara yang memasang wajah penuh tekad setelah melihat ke arah tribun di mana Yura baru saja duduk di samping keluarganya dengan Nita yang memakan crepes.

            Bunyi pluit panjang menggema, SMA Kebangsaan melakukan yel-yel timnya sebelum menatap pemain SMA Linggar Jati yang sudah menatap mereka dengan lapar. Service pertama kalipun dilakukan oleh pemain Linggar Jati. Liam yang berdiri di belakang pojok kiri pun sudah bersiap jika, begitu pula dengan Fino dan Heri. Pukulan dari service yang dilakukan SMA Linggar Jati tidak terlalu keras sehingga Heri dapat menerimanya dengan mudah, laki-laki berambut gondrong itu melambungkan bolanya ke arah Kemal, kemudian Kemal menerimanya dan melambungkannya kembali ke arah Fino yang sudah berlari untuk melakukan smash.

            Hara melakukan loncatan, sedikit mengelabui para pemain Linggar Jati sebelum pukulan telak Kak Fino membuatnya takjub. Pukulan keras tersebut selalu menjadi hal yang paling disukai Hara, apalagi saat Kak Fino berlagak seolah dia hanyalah lelaki lemah lembut yang tidak dapat melakukan pukulan sekeras itu.

            “Woah! Nice Shoot, Kak!” ucapnya dengan agak teriak. Laki-laki itu melirik ke arah tribun di mana Ayahnya memasang wajah sangar, menyuruh Hara untuk lebih kalem.

            Kak Fino hanya tertawa lalu mereka pun kembali bermain. Kali ini, pertandingan mulai sengit. SMA Linggar Jati mulai mengejar ketinggalan mereka dengan memperbanyak pertahanan dan melakukan penyerangan meski sering digagalkan. Hara sejak tadi menunggu gilirannya untuk melakukan penyerangan dengan melakukan smash dari lompatan tertingginya. Lelaki itu melirik Kemal, mengharapkan sesuatu sebelum berlari ke depan untuk melakukan smash yang luar biasa. Kemal melambungkan bolanya, di detik terakhir, pukulan itu terdengar keras mengenai lantai lapangan yang mengilap. Hara berhasil menyerang pertahanan SMA Linggar Jati dengan gayanya dengan nyaris gagal karena pertahanan dari SMA tersebut cukup sulit.

            Lelaki itu berteriak dengan keras karena berhasil megalahkan SMA Linggar Jati meski baru di babak pertama. Ia melirik Yura yang tersenyum dengan Ayahnya yang sudah mengusap wajah, malu sendiri.

            “SAYURA SEMANGAT, YA!”

            Setelahnya, pertandingan untuk menuju babak penyisihan siang nanti dimenangkan oleh Hara. Cowok itu  melirik Yura, keluarganya, serta teman-teman se timnya. Dia harus memastikan senyum itu tetap di sana, dia harus memastikan bahwa dia akan membawa timnya masuk babak final. Pasti.

a.n

Lama nggak update, rasanya kangen banget sama cerita ini. Serius. Tapi maaf, laporan praktikumku lebih serius sekarang

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • DekaLika

    Greget sama Hara. Btw itu kenapa namanya ngga Rezky aja ya :D

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwkwk iya nih

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
  • DekaLika

    Sensian amat Yura. Pms ya :v

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
Similar Tags
ATHALEA
1186      504     1     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
Pilihan Terbaik
4080      1271     9     
Romance
Kisah percintaan insan manusia yang terlihat saling mengasihi dan mencintai, saling membutuhkan satu sama lain, dan tak terpisahkan. Tapi tak ada yang pernah menyangka, bahwa di balik itu semua, ada hal yang yang tak terlihat dan tersembunyi selama ini.
Kamu VS Kamu
1553      853     3     
Romance
Asmara Bening Aruna menyukai cowok bernama Rio Pradipta, si peringkat pertama paralel di angkatannya yang tampangnya juga sesempurna peringkatnya. Sahabatnya, Vivian Safira yang memiliki peringkat tepat di bawah Rio menyukai Aditya Mahardika, cowok tengil yang satu klub bulu tangkis dengan Asmara. Asmara sepakat dengan Vivian untuk mendekatkannya dengan Aditya, sementara ia meminta Vivian untu...
Perahu Waktu
360      240     1     
Short Story
Ketika waktu mengajari tentang bagaimana hidup diantara kubangan sebuah rindu. Maka perahu kehidupanku akan mengajari akan sabar untuk menghempas sebuah kata yang bernama rindu
Returned Flawed
223      181     0     
Romance
Discover a world in the perspective of a brokenhearted girl, whose world turned gray and took a turn for the worst, as she battles her heart and her will to end things. Will life prevails, or death wins the match.
Finding Home
1939      913     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
Help Me
5070      1565     6     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...
Intuisi Revolusi Bumi
951      480     2     
Science Fiction
Kisah petualangan tiga peneliti muda
Anything For You
2903      1166     4     
Humor
Pacar boleh cantik! Tapi kalau nyebelin, suka bikin susah, terus seenaknya! Mana betah coba? Tapi, semua ini Gue lakukan demi dia. Demi gadis yang sangat manis. Gue tahu bersamanya sulit dan mengesalkan, tapi akan lebih menderita lagi jika tidak bersamanya. "Edgar!!! Beliin susu." "Susu apa?' "Susu beruang!" "Tapi, kan kamu alergi susu sayang." &...
3600 Detik
2406      885     2     
Romance
Namanya Tari, yang menghabiskan waktu satu jam untuk mengenang masa lalu bersama seseorang itu. Membuat janji untuk tak melupakan semua kenangan manis diantara mereka. Meskipun kini, jalan yang mereka ambil tlah berbeda.