Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Butuh berapa kali sih, Yura mengumpat bahkan memukul Hara agar lelaki itu dapat bangun pagi dan menjemputnya tepat waktu? Oke, mungkin memang seharusnya dia bisa jalan sendiri ke sekolah. Tapi, ya, rasanya sayang juga mengeluarkan uang meskipun hanya goceng untuk membayar Go-jek. Namun serius, deh! Hara tuh udah kelewatan!

            “Dohh, ya Tuhan, nyesel kenapa harus punya sifat irit begini,” gerutu Yura sembari menggosok lantai toilet yang tidak terlalu kotor. Gadis itu mengusap keringat yang membasahi dahinya, kemudian kembali menyikat. “Hara bego, Hara bego. Kok gua bisa suka sama dia, sih?” gadis itu meracau, sibuk dengan kegiatannya.

            Dari kamar mandi laki-laki, Hara dapat mendengar dengan jelas gerutuan Yura mengenai dirinya. Laki-laki itu hanya tersenyum kecil, menggeleng tidak mengerti mengapa gadisnya sangat menggemaskan. Andai dia diperbolehkan untuk menyikat lantai toilet perempuan, pasti dirinya sudah berasama Yura sekarang dan asik melempar air sabun lantai dengan riang hingga seragam mereka basah. Pasti menyenangkan.

            “Yaampun, ini kamar mandi bener-bener rebek dah. Kok gua merasa nyesel jadi perempuan!” gerutu Yura kembali, sangat kencang bahkan membuat Hara mengernyit kaget.

            Cowok itu berdiri kemudian berteriak. “Yura! Gua cium lu ya kalo berisik lagi!”

            “Bacot!”

            Hara tertawa. Benar, kan? Gadisnya itu menggemaskan.

            Selesai membersihkan toilet, keduanya pun keluar dengan wajah kusam akibat keringat. Yura mendelik saat melihat Hara, sedangkan Hara masih tersenyum ketika melihat Yura keluar dengan rambutnya yang dikuncir asal. Melihat tampilan Yura yang seperti itu sangat terlihat cantik bagi Hara.

            “Kenapa lo senyam-senyum?” Yura mengernyit memperhatikan Hara yang semakin menyebalkan. “Lo kerasukan jin toilet?” tanyanya asal.

            Hara menggeleng sembari mendekatkan dirinya pada Yura. “Nggak. Gue pengin nepatin sesuatu,” katanya sembari membawa Yura bersandar pada dinding. Salah satu tangan cowok itu menempel pada dinding, tepat di samping kiri Yura. “Lo kan tadi berisik, Yur,” katanya, masih terlihat tenang.

            Entah mengapa Yura merasa was-was. Diliriknya kanan dan kiri, takut ada guru yang keluar dan melihat mereka. Apalagi lima belas menit lagi istirahat dan toilet yang mereka bersihkan dekat dengan kantin, Yura semakin merasa waspada. “H-Har, kan gue pikir lo bercanda doang,” cicitnya, merasa sangat kecil ketika Hara merunduk untuk menatapnya intens.

            “Lah? Emang gue keliatan bercanda?” Hara bertanya, masih dengan posisi yang mengintimidasi Yura agar menatapnya.

            Yura mengangguk. “Iy—“

            “Lama, ah,” lalu cowok itu mendekat, menghapus jarak antara keduanya. Menempelkan bibirnya pada bibir gadis yang selalu membuat dirinya berdebar itu. Ini pertama kalinya Hara mencium Yura tepat di bibir, biasanya hanya di kening atau di pipi, dan reaksinya sungguh di luar dugaan. Bibir Yura semanis susu yang tadi pagi Hara minum, bahkan lebih manis. Hara nggak tau sejak kapan jantungnya jumpalitan seperti itu, tapi Hara gak bohong bahwa dia ingin lebih lama dalam mencium bibir tipis itu.

            Laki-laki itu melepaskan tautannya, menatap wajah gadis itu yang memerah sebelum menempelkan kembali bibirnya. Kini lebih sebentar. Kemudian Hara tersenyum penuh arti. “Kali ini, lo masih sebut bercanda Ra?”

            Yura diam. Dia nggak tau bahwa dirinya berbakat jadi manekin dengan kedua bola mata yang melotot selepas Hara menciumnya. Dua kali, lagi! Ini gila! Sangat gila sampai jantung Yura rasanya ingin melorot ke lambung. Gadis itu memalingkan wajahnya yang sudah semerah tomat, tubuhnya bergetar. “I-iya, gue duluan!” lalu gadis itu berlari meninggalkan Hara yang mematung.

            Hara memegang bibirnya kembali, kemudian tersenyum kecil. Apa dirinya tengah bermimpi?

***

Mendengar bel istirahat, Yura pun masuk ke dalam kelas setelah Pak Dede keluar dari kelasnya. Gadis itu duduk di kursinya, masih dengan wajah yang semerah tomat dan tubuhnya yang bergetar. Bahkan sapuan bibir selembut kapas tadi masih terasa di bibirnya. Bibir Hara yang bergerak dengan lembut, dan sungguh rasanya manis! Hara nggak pernah semanis itu!

            Gadis itu menelengkupkan wajahnya, malu sendiri. Wajar dong! Ini pertama kalinya Hara mencium Yura tepat di bibir! Makanya rasanya agak geli dan romantis? Tunggu, Hara romantis? Yaampun Yura mulai kehilangan akal.

            “Lo kenapa?” Nita menatap gadis yang baru bisa masuk kelas tersebut. Di pandangan Nita, sahabatnya itu terlihat sangat bahagia dengan tubuh yang bergetar. Bahkan wajah hingga telinganya semerah tomat membuat Yura mengernyit bingung dan sedikit khawatir. Bagaimana tidak khawatir kalau Yura terlihat seperti orang demam namun sepertinya ada hal lain yang baru saja terjadi pada gadis itu.

            Yura masih belum menyahut, bahkan untuk menatap Nita pun Yura nggak sanggup. Dia masih ingin menetralkan jantung serta tubuhnya. Dia ingin ke uks saja, deh, rasanya!

            “Sayur!”

            “Nit!”

            Yura mendongak. Kuncirannya terlepas sehingga rambutnya yang sependek bahu pun teriap. Gadis itu menarik napas dalam sebelum menghembuskannya secara perlahan. “Tadi Hara gila, sumpah,” katanya, mengisyaratkan Nita untuk mendekat.

            “Gila kenapa lagi? Narik celana Pak Juned?” Nita bertanya ngawur. Meskipun Hara pernah iseng dengan menarik celana Pak Juned ketika cowok itu bermain ice skating di koridor lantai satu saat hujan, tapi serius bukan itu masalahnya.

            Yura menggeleng. “Lebih gila, lebih konyol, lebih bego, lebih... manis?” dia tersenyum-senyum, wajahnya semakin memerah dengan bibirnyang terkatup rapat. “Nit, tadi... Hara nyium gue,” bisiknya, pelan, sembari menunjuk bibir tipisnya.

            Kedua bola mata Nita membulat, bibirnya menganga lebar dan ia tersedak air liurnya sendiri. “Demi?!”

            Yura mengangguk, wajahnya terlihat bahagia karena perlakuan Hara yang agak manis tadi.

            “Woaahh! Hara kita udah gede!”

            “Ada apaan, nih?” Hara tiba-tiba datang ke kelas Yura, dengan tiga temannya di belakang mengekori. Cowok itu tersenyum saat melihat Yura yang kikuk. Ia mendekat, kemudian menarik hidung gadis itu. “Nanti mau ikut?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi. Seperti Hara yang biasanya.

            Yura memiringkan wajahnya, tidak mengerti. “Hah? Ikut?”

            “Iya, gue sama tim voli SMA kita mau latih tanding di SMA 3.”

***

Yura memperhatikan bagaimana Hara berlari, meloncat, kemudian memukul. Terus seperti itu, tiada bosan. Gadis itu menopang dagu dan melirik para gadis dari SMA 3 yang menyemangati Fandi si most wanted dari sekolah tersebut, bahkan dari dunia voli SMA se-Indonesia. Tapi bagi Yura, Hara yang paling ganteng. Titik.

            Eh, tunggu. Kok Yura makin gila, ya?

            Gadis itu membuka tas sekolahnya, mencari note yang selalu ia bawa. Ia melihat Hara lagi, kemudian tersenyum lebar dan mulai mengukir sesuatu di bukunya.

Jika kamu adalah ice cream, aku ingin selalu membelimu kala aku sedih

Aku tau kamu akan selalu menjadi obat dari rasa rinduku yang haus akan manis bibirmu, atau haus parfummu yang candu

Aku tak pernah menyesal kala jatuh padamu, menjadi pilihanmu

Meski kadang, kamu tak pernah peka, tak pernah sadar, tapi aku nggak peduli

Karena aku tau, kamu akan selalu ada.

           Dia menutup bukunya ketika Nita mulai mengintip, kemudian kembali melihat Hara yang kembali melihatnya. Cowok itu memberi flying kiss ke arah Yura membuat gadis dari SMA 3 terpekik girang. Padahal kan yang diberi kissnya itu Yura, kok mereka yang seneng?

            “AAA! Cowok pendek flying kiss dari SMA Kebangsaan lucu juga, ya? Gemes!”

            “Iya ihh! Sayang aja pendek. Coba tinggi, udah gua gebet!”

            “Itu yang jadi setter ganteng juga! Datar gitu!”

            “Ih yang pake kacamata juga gan—“

            “Berisik!” Nita berteriak gemas. Dia benci sama cewek bawel berisik ganjen seperti mereka. Meski gadis itu sadar dirinya sebelas dua belas dengan gadis-gadis itu, tapi Nita merasa bahwa dia tidak secentil itu!

            “Heh cewek-cewek, denger ya! Yang pendek itu pacar temen gue, nih!” Dia menunjuk Yura yang melotot, merasa takut. “Terus kalo yang kacamata itu punya gue! Pokoknya anak Kebangsaan udah punya pacar semua!” sungut Nita, sebal sendiri.

            Para gadis itu mendengus, kemudian bergerak untuk berganti tempat. Mereka tidak tahan dengan serangan dari siswi SMA Kebangsaan yang tiba-tiba. Toh, mereka cuman berseru genit tak pernah punya niat untuk mendekati bahkan minda id Line. Fandi sudah cukup jadi idaman mereka satu-satunya.          

            Selain itu, Yura sudah kembali melihat ke lapangan. Pertandingan dimulai dengan pelemparan koin, kemudian SMA 3 memiliki kesempatan dalam melakukan service duluan. Gadis itu sedikit takut karena service pertama dilakukan oleh Fandi dengan servicenya yang sunggu menakutkan. Bahkan jika Yura adalah seorang pemain voli, Yura yakin dia gak akan mau menerima service tersebut.

            Sepuluh menit berlalu, SMA 3 memimpin pertandingan dengan skor 10 dibandingkan SMA Kebangsaan yang baru mendapatkan skor 6. Yura menggigit kukunya yang mulai panjang, geregetan sendiri melihat permainan dari SMAnya yang benar-benar terlihat kewalahan dengan permainan dari SMA 3. Benar ya, atmosfir akan berbeda jika kamu berada di kandang lawan. Seakan kamu adalah mangsa yang sejak lama sudah ingin dimakan oleh lawanmu, kemudian kamu terjebak di kandang lawan sendiri dan hap! Kamu mati.

            Di menit ke dua puluh, skor dari SMA Kebangsaan mulai menyusul ketinggalannya. Kini di papan skor tercetak skor 18 untuk SMA 3 dan 17 untuk SMA Kebangsaan. Sejak tadi Yura menunggu saat-saat di mana Hara akan bermain dengan triknya yang memukai, namun cowok itu masih saja hanya jadi back up untuk seniornya. Yura bingung, kenapa konsepnya seperti ini?

            Tiba-tiba tubuh Hara melesat ketika bola voli melambung ke arah Kemal, Yura melebarkan matanya saat Hara melompat dengan tepat dan tinggi lalu memukul tepat di titik tempuh bola tersebut. Mengakibatkan smash yang cukup cepat dan keras. Yura bahkan menggeleng jika dia berada di posisi para tim SMA 3 tersebut. Dari sudut mata Yura, dapat dilihat bahwa Fandi tengah tersenyum meremehkan lalu menyuruh anggotanya untuk tetap mengawasi si kecil Hara. Yura berdecak, kesal sendiri. Namun gadis itu berdesis kala Hara tetap terlihat penuh semangat tanpa takut pukulannya dibloker.

            Kenapa rasa benci melihat Hara yang tampak bersemangat terus menghantui Yura?

 


a.n

Maaf baru muncul, hihi. Semoga suka ya!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • DekaLika

    Greget sama Hara. Btw itu kenapa namanya ngga Rezky aja ya :D

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwkwk iya nih

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
  • DekaLika

    Sensian amat Yura. Pms ya :v

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
Similar Tags
Alicia
1417      680     1     
Romance
Alicia Fernita, gadis yang memiliki tiga kakak laki-laki yang sangat protektif terhadapnya. Gadis yang selalu menjadi pusat perhatian sekolahnya karena memiliki banyak kelebihan. Tanpa mereka semua ketahui, gadis itu sedang mencoba mengubur luka pada masa lalunya sedalam mungkin. Gadis itu masih hidup terbayang-bayang dengan masa lalunya. Luka yang berhasil dia kubur kini terbuka sempurna beg...
Help Me to Run Away
2654      1187     12     
Romance
Tisya lelah dengan kehidupan ini. Dia merasa sangat tertekan. Usianya masih muda, tapi dia sudah dihadapi dengan caci maki yang menggelitik psikologisnya. Bila saat ini ditanya, siapakah orang yang sangat dibencinya? Tisya pasti akan menjawab dengan lantang, Mama. Kalau ditanya lagi, profesi apa yang paling tidak ingin dilakukannya? Tisya akan berteriak dengan keras, Jadi artis. Dan bila diberi k...
Panggil Namaku!
8833      2259     4     
Action
"Aku tahu sebenarnya dari lubuk hatimu yang paling dalam kau ingin sekali memanggil namaku!" "T-Tapi...jika aku memanggil namamu, kau akan mati..." balas Tia suaranya bergetar hebat. "Kalau begitu aku akan menyumpahimu. Jika kau tidak memanggil namaku dalam waktu 3 detik, aku akan mati!" "Apa?!" "Hoo~ Jadi, 3 detik ya?" gumam Aoba sena...
Mata Senja
692      466     0     
Romance
"Hanya Dengan Melihat Senja Bersamamu, Membuat Pemandangan Yang Terlihat Biasa Menjadi Berbeda" Fajar dialah namaku, setelah lulus smp Fajar diperintahkan orangtua kebandung untuk pendidikan nya, hingga suatu hari Fajar menemukan pemandangan yang luarbiasa hingga dia takjub dan terpaku melihatnya yaitu senja. Setiap hari Fajar naik ke bukit yang biasa ia melihat senja hingga dia merasa...
Alya Kirana
2110      979     1     
Romance
"Soal masalah kita? Oke, aku bahas." Aldi terlihat mengambil napas sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan berbicara, "Sebelumnya, aku udah kasih tau kan, kalau aku dibuat kecewa, semua perasaan aku akan hilang? Aku disini jaga perasaan kamu, gak deket sama cewek, gak ada hubungan sama cewek, tapi, kamu? Walaupun cuma diem aja, tapi teleponan, kan? Dan, aku tau? Enggak, kan? Kamu ba...
Arion
1172      664     1     
Romance
"Sesuai nama gue, gue ini memang memikat hati semua orang, terutama para wanita. Ketampanan dan kecerdasan gue ini murni diberi dari Tuhan. Jadi, istilah nya gue ini perfect" - Arion Delvin Gunadhya. "Gue tau dia itu gila! Tapi, pleasee!! Tolong jangan segila ini!! Jadinya gue nanti juga ikut gila" - Relva Farrel Ananda &&& Arion selalu menganggap dirinya ...
Petrichor
5281      1679     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Black World
1696      799     3     
Horror
Tahukah kalian? Atau ... ingatkah kalian ... bahwa kalian tak pernah sendirian? *** "Jangan deketin anak itu ..., anaknya aneh." -guru sekolah "Idih, jangan temenan sama dia. Bocah gabut!" -temen sekolah "Cilor, Neng?" -tukang jual cilor depan sekolah "Sendirian aja, Neng?" -badboy kuliahan yang ...
My Selenophile
659      448     2     
Short Story
*Selenophile (n) : A person who love the moon Bagi Lasmi, menikmati keheningan bersama Mahesa adalah sebuah harapan agar bisa terus seperti itu selamanya. Namun bagi Mahesa, kehadiran Lasmi hanyalah beban untuk ia tak ingin pergi. \"Aku lebih dari kata merindukanmu.\"
Hematidrosis
400      269     3     
Short Story
Obat yang telah lama aku temukan kini harus aku jauhi, setidaknya aku pernah merasakan jika ada obat lain selain resep dari pihak medis--Igo. Kini aku merasakan bahwa dunia dan segala isinya tak pernah berpihak pada alur hidupku.