Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Yura memperhatikan sahabatnya yang sejak tadi hanya mengunyah kentang goreng sembari meminum mcfloet coca colanya dengan nikmat. Gadis itu mendesah, jika sudah begini pasti akan menjadi curhatan tanpa henti dari Nita. Yura sudah hapal sekali dengan sikap sahabatnya itu. Dari dirinya akan diam, memikirkan kejadian menyenangkan yang baru saja terjadi, kemudian senyum-senyum sendiri dengan jantung yang berdebar-debar, baru deh cerita sama Yura tentang kejadian yang terus berulang di ingatannya. Seperti kaset rusak.

            “Yur,” Nita kini sudah menatapnya. Kentang goreng itu telah habis, begitu pula minuman favorit gadis tersebut. “Gue mau pesen minuman dulu, ya. Baru deh gue lanjut curhatnya,” kata gadis itu kemudian bangkit dengan membawa dompet bergambar kucing yang selalu dia bawa.

            Yura menepuk dahinya, merasa sia-sia kedatangannya yang terburu-buru. “Goblok banget, sih!” gerutu gadis itu lalu membuka instagram. Mungkin membuat sebait puisi di instastorynya, membuat dirinya akan merasa lebih baik.

Ketika malam semakin dingin, kau datang.

Memberi sejuk.

Membuat ragaku dimabuk oleh candumu.

Aku, kembali jatuh.

Pada angan yang selalu membuatku berharap.

Padamu yang tak tau tengah berlayar ke mana.

Satu yang harus kamu tau.

Aku. Suka. Kamu. Titik.

            Kemudia ia menyentuh tanda send, story tersebut pun telah di upload di isntagramnya. Semenit setelah puisi itu sudah dibaca 3 orang dari pengikutnya, Nita datang dengan membawa nampan berisi 2 pie apple dan satu mcfloat coca cola. Yura tersenyum dan menerima pie apple tersebut dengan senang hati.

            “Gini, Yur, gue pengin cerita panjang kali lebar tambah tinggi gak perlu dibagi,” katanya dengan absurd. “Jadi, tadi siang gue ketemu Taka di mal!” ungkapnya penuh semangat, Yura hampir tersedak. Gadis itu segera meminum coffenya sebelum memperhatikan Nita lagi.

            “Terus?”

            Nita mencondongkan wajahnya, dia tersenyum geli. “Dia lagi jalan sama adiknya! Lucu, deh!” ucapnya, lagi, kini wajahnya terlihat menggemaskan. “Gue nyapa dia, terus dia kayak kaget gitu, dan lo tau nggak, Ra?” Nita menatap Yura, meminta jawaban.

            Yura menggeleng, dia sungguh nggak tau.

            “Adiknya narik tangan gue sambil bilang; ‘Ini pacar bang Taka, ya!’. Gitu!” dia terkikik karena kalimatnya sendiri, membuat Yura sedikit paham dengan ceritanya.

            “Teru gimana?” Yura menopang dagu, menatap Nita penuh penasaran karena jarang-jarang Nita seperti ini karena Taka. Biar kalian paham, bahwa Taka nggak pernah membuat Nita tersenyum bagai orang gila. Biasanya Nita hanya senyum –senyum sewajarnya karena dia berhasil bersitatap atau berdekatan dengan lelaki dingin itu. Tapi melihat Nita yang sekarang, Yura sangsi bahwa terjadi suatu yang spesial dengan keduanya.

            Nita menghela napas panjang, kemudian minum sebentar sebelum kembali bicara. “Terus, gue akhirnya gabung sama mereka berdua. Ternyata Taka berniat ngajak adiknya ke timezone, kita main bareng bahkan sampe masuk ke dalam tempat karoke di timezone tersebut! Sumpah gue nggak habis pikir, kenapa gue belum pingsan pas kejadian tersebut!” katanya lalu memegang kedua pipinya yang memanas.

            Yura tertawa. “Nit, please ya, jangan lebay,” dia memasukkan potongan terakhir dari pie apple miliknya, kemudian meminum coffenya lagi. “Abis itu, kalian ngapain?”

            Nita menyengir lebar, kemudian menatap sahabatnya penuh bahagia. “Terus ya, abis dari sana, kita masuk ke tempat makan Korea. Kita makan siang! Adiknya Taka terus-terussan nyuruh gue nyuapin cowok itu, padahal Taka udah beberapa kali memohon ke gue lewat matanya. Dia kayak bilang; ‘Jangan diturutin, please’. Tapi gimana ya, gue juga sebenarnya gak mau Ra, tapi itu adeknya keras kepala bangett,” Nita mengatur napasnya, kemudia tertawa dengan pipi yang bersemu semakin merah. “Jadinya gue suapinin teokboki ke mulut Taka. Awalnya Taka kayak nolak gitu, tapi akhirnya dia mau!”

            Yura tertawa, membayangkan wajah datar dari Taka setelah menerima suapan Nita. Pasti lucu dan menyebalkan.

            “Terus nih, ya, habis makan kita nonton kan tuh. Nah, gue sebenarnya pas mau masuk studio, liat lo sama Hara yang juga masuk teater. Kalian nonton The Doll, kan?” Nita menaik-naikan alisnya, membuat Yura sensi sendiri. “Tadinya si Taka mau ikut nonton gituan juga, biar bisa bareng sama lo dan Hara. Tapi tiketnya udah habis, jadinya kita nonton film yang dipenginin adiknya Taka,” ujar Nita, masih dengan muka yang memerah. “Pokoknya hari ini spesial banget, deh!”

            Yura tertawa, merasa senang karena sahabatnya bisa se-beruntung ini. Dia meratapi nasibnya sendiri. Jika dia membandingkan kisah dirinya dengan Nita, sudah dipastikan bahwa kisah Nita yang paling manis dan menyenangkan dibandingkan dirinya yang hanya diajak nonton voli dan film. Gak ada pergi main timezone atau makan siang bersama sembari berpegangan tangan dan menatap penuh cinta. Yura sepertinya kebanyakan nonton drama Korea pemberian Nita. Seharusnya dia berhenti mulai sekarang.

            Yura nggak mau terus berharap terlalu banyak pada Hara!

            “Terus nih, Yur. Gue dianter pulang sama Taka sampe rumah! Gila banget, gak, sih?”

***

“Gue nggak tau, kalo hari ini bener-bener gak spesial,” Taka menggerutu, memantulkan bola voli digenggamannya sebelum melemparkannya ke ring basket milik keluarga Hara. Malam ini, cowok itu datang ke rumah Hara berniat latihan voli bersama dua temannya yang lain. Yugo dan Kemal.

            Kemal menerima bola yang baru saja masuk ke dalam ring. “Nita lumayan kali, Ka. Kenapa lo nggak ambil sisi positifnya aje, sih? Adek lo berusaha buat abangnya nggak terlihat menyedihkan,” ucapnya telak. Kalimat Kemal kadang memang ada benarnya, tapi melihat wajah yang menunjukkan ketidak ketertarikan pada satu hal membuat siapa saja akan mengabaikan kalimat tersebut.

            Hara sejak tadi hanya tertawa, tak tau bagian lucunya ada dimana. “Gue bisa bayangin gimana wajah Taka pas abis disuapinin Nita. Lucu dan ngeselin!”

            “Betul,” timpal Yugo sembari menerima bola lemparan Kemal kemudian menguji kemampuan dirinya dalam menservis bola. “Gue udah perhatiin sih, saat pertama kali gue liat Nita pas Hara udah pacaran sama Yura,” cowok itu melirik Taka yang masih melamun, menatap bola voli di bawahnya tanpa minat. “Dia suka sama lo.”

            “Najis,” umpat Taka tanpa sadar. “Mulut lo minta dicabein, kayaknya,” Taka melempar bola tersebut ke arah wajah Yugo dengan mulus. Membuat tubuh temannya itu jatuh telentang.

            Yugo mengusap wajahnya, kemudian kepalanya yang berdenyut. “Kasar banget jadi cowok,” dia bangkit dibantu Hara. “Udah, udah, mending kita mulai katihannya deh. Gua males kalo Taka udah emosian,” Yugo memasang wajah meledek ke arah Taka kemudian mulai berlatih melakukan servis. Kemal akan menerima servis tersebut lalu melemparnya ke arah Hara yang siap melakukan smash. Taka, seperti biasa, dengan tubuhnya yang tinggi, dia akan menahan smash milik Hara agar cowok pendek itu bisa bungkam dan merasa kalah.

            Selama satu jam mereka berlatih, Yugo pun berhenti dan berjalan ke arah minuman yang dibawakan adik kecil Hara, Hani, kemudian meminum salah satu minuman tersebut. Manis.

            “Ra!” Yugo memanggil Hara yang baru selesai melakukan smash. Kini tidak digagalkan oleh Taka yang mulai kelelahan. “Kalo cerita date lo hari ini, gimana?” tanya cowok itu sembari tersenyum geli.

            Muka Hara memerah, kemudian dia mendengus dengan wajah nampak malu. “Wajah gue udah ancur di depan Yura, guys,” katanya dengan memelas.

            Kemal menghentikan aktivitasnya, menatap Hara dengan aneh. “Maksudnya?”

            Taka hanya diam, tawanya sudah siap menyembur jika Hara benar-benar mempermalukan dirinya di depan Yura. Pasti lucu.

            Sementara Hara sudah duduk di atas rumput, menatap langit yang bersih tanpa bintang dan bulan. “Kan, gue nonton film horor,” ketiga temannya masih menunggu, tidak bertanya sekalipun. “Terus selama nonton itu, Yura teriak mulu. Kadang sembunyi di belakang gue, kadang dia remas tangan gue, ya pokoknya dia berantakan banget deh,” ucapnya.

            Yugo masih bingung dengan kalimat Hara sebelumnya, tentang wajahnya yang sudah hancur. Maksudnya apa, coba?

            “Terus, terus?” Kemal mendorong Hara untuk kembali bercerita, membuat laki-laki itu mengusap wajahnya penuh dramatis.

            “Habis itu, kacau.”

            “Maksudnya?” Yugo bingung, apaan coba?

            “Gue..” matanya melirik ketiga temannya, kemudian meneguk ludahnya sendiri. “Gue sejak nonton film itu, nahan pipis, dan dengan begonya, selesai nonton langsung lari kebirit-birit ke kamar mandi dengan wajah yang udah asem banget! Gue lemah kalo sama film horor, demi dah!”

            Lalu tawa pun terdengar di sisa malam itu, dengan Taka yang paling banyak tertawa sampai perutnya sakit. Benar, kan? Kisah Hara selalu lebih pait dari dirinya maupun yang lain.

***

“Eh, demi apa kalo Hara sejak nonton itu nahan pipis?” Nita menatap sahabatnya tidak percaya. Sungguh di luar dugaan bahwa pacar sahabatnya itu ternyata juga takut sama film horor.

            Yura mengangguk, senyumnya mengembang lebar. “Iya, Nit. Goblok banget, kan?”

            “Banget!”

            Lalu keduanya tertawa, tidak memerdulikan tatapan aneh dari pengunjung yang duduk di dekat mereka. Sisa malam itu, Yura berpikir bahwa kencannya tidak buruk-buruk amat.


a.n

Hallooo maaf ya ngilang selama dua minggu keknya wkwk, ku sibuk banget rapat jadinya gak sempet nulis :(( nyambut maba itu secapek ini, ya? wkwkwk

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • DekaLika

    Greget sama Hara. Btw itu kenapa namanya ngga Rezky aja ya :D

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwkwk iya nih

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
  • DekaLika

    Sensian amat Yura. Pms ya :v

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
Similar Tags
Pisah Temu
1066      569     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
XIII-A
896      642     4     
Inspirational
Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka hanya pernah disakiti terlalu dalam dan tidak pernah diberi ruang untuk sembuh. Athariel Pradana, pernah menjadi siswa jeniushingga satu kesalahan yang bukan miliknya membuat semua runtuh. Terbuang dan bertemu dengan mereka yang sama-sama dianggap gagal. Ini adalah kisah tentang sebuah kelas yang dibuang, dan bagaimana mereka menolak menjadi sampah sejar...
Kisah Alya
335      238     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Intuisi
4052      1254     10     
Romance
Yang dirindukan itu ternyata dekat, dekat seperti nadi, namun rasanya timbul tenggelam. Seakan mati suri. Hendak merasa, namun tak kuasa untuk digapai. Terlalu jauh. Hendak memiliki, namun sekejap sirna. Bak ditelan ombak besar yang menelan pantai yang tenang. Bingung, resah, gelisah, rindu, bercampur menjadi satu. Adakah yang mampu mendeskripsikan rasaku ini?
TERSESAT (DILEMA)
17324      3426     27     
Mystery
Cerita TERSESAT ( DILEMA ) ini ada juga di situs Storial.co, lho. Sedang diikutkan dalam kompetisistorialmei19, nulissukasuka, ceritainaja. Isi Sinopsis dan beberapa Episode di dalamnya sudah direvisi ulang agar lebih berbeda dengan isi sebelumnya. Bagi yang penasaran, yuk ikuti di link ini: https://www.storial.co/book/tersesat-dilema/ Ditunggu ulasan, saran, masukan, dan kritik kalian di s...
Sekretaris Kelas VS Atlet Basket
13442      2615     6     
Humor
Amira dan Gilang yang menyandang peran werewolf dan vampir di kelas 11 IPA 5 adalah ikon yang dibangga-banggakan kelasnya. Kelas yang murid-muridnya tidak jauh dari kata songong. Tidak, mereka tidak bodoh. Tetapi kreatif dengan cara mereka sendiri. Amira, Sekretaris kelas yang sering sibuk itu ternyata bodoh dalam urusan olahraga. Demi mendapatkan nilai B, ia rela melakukan apa saja. Dan entah...
Come Rain, Come Shine
1986      918     0     
Inspirational
Meninggalkan sekolah adalah keputusan terbaik yang diambil Risa setelah sahabatnya pergi, tapi kemudian wali kelasnya datang dengan berbagai hadiah kekanakan yang membuat Risa berpikir ulang.
Truth Or Dare
9245      1754     3     
Fan Fiction
Semua bermula dari sebuah permainan, jadi tidak ada salahnya jika berakhir seperti permainan. Termasuk sebuah perasaan. Jika sejak awal Yoongi tidak memainkan permainan itu, hingga saat ini sudah pasti ia tidak menyakiti perasaan seorang gadis, terlebih saat gadis itu telah mengetahui kebenarannya. Jika kebanyakan orang yang memainkan permainan ini pasti akan menjalani hubungan yang diawali de...
PATANGGA
888      606     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
Invisible
745      465     0     
Romance
Dia abu-abu. Hidup dengan penuh bayangan tanpa kenyataan membuat dia merasa terasingkan.Kematian saudara kembarnya membuat sang orang tua menekan keras kehendak mereka.Demi menutupi hal yang tidak diinginkan mereka memintanya untuk menjadi sosok saudara kembar yang telah tiada. Ia tertekan? They already know the answer. She said."I'm visible or invisible in my life!"