Love
or
Friendship
Selama beberapa minggu sejak kejadian malam itu, Calista terus di landa kegelisahan yang menggebu di hatinya. Batinnya bertautan tiap kali ia sendiri. Calista terus memandangi cincin indah nan mengkilau di jari manisnya. Hingga akhirnya Calista memutuskan untuk mengutarakan apa yang selama ini ia rasakan terhadap pertunangannya. Calista berkata bahwa ia terpaksa menerima itu semua karena tak ingin mempermalukan keluarganya serta Izki. Izki murka, dirinya benar-benar tak menyangka. Izki memasrahkan keadaan pada Calista, namun Calista tak dapat memilih harus seperti apa karena ia tak ingin semuanya berantakan cuma karena egonya selama ini.
Izki membentak Calista, dengan sekuat tenaga lantas Calista beranjak dari bangku taman meninggalkan Izki. Air mata meluncur deras di pipinya. Calista berlari sekeras tenaga. Calista terisak di sepanjang jalan. Sementara Izki tak menahan ataupun mengejar. Sebab Izkipun sangat marah oleh kata-kata itu. Calista merasa bersalah. Ia hanya ingin mengutarakan yang sebenarnya ia rasakan. Namun, Izki membentaknya hingga Calista kesal dan pergi tanpa jejak. Calista mencoba mencintainya dalam diam. Memperhatikannya dalam kejauhan. Merindukannya dalam gelap.
***
Setelah beberapa minggu kemudian, tibalah hari dimana Calista akan menjadi pasangan hidup Izki. Selama proses persiapan pernikahannya, Calista mencoba membuka hati. Izkipun menerimanya dengan baik dan melupakan perdebatan kala itu. Mereka berdua nampak bagai sang kekasih yang sangat bahagia.
?Sayang. ? Ayo cepat!! Gak enak tamu undangan sudah datang,? seru Izki membuka bibir pintu. Calista sedang sibuk dengan make up-nya yang tak kunjung usai.
?Iya sabar sayang.? jawab Calista lembut.
Acara pernikahan itu meriah. Di datangi oleh sederetan orang-orang ternama. Namun, tak satupun dari sahabat mereka yang nampak di antara ribuan orang. Sangat miris bila dirasa, setelah sekian lama menjalani persahabatan. Namun di saat hari kebahagiaan tiba, tak ada sesosok sahabat yang menemani. Calista dan Izki sangat menginginkan mereka datang namun jarak dan waktu yang menjadi penghalang. Walaupun kini sudah berada di era globalisasi, tak satupun dari mereka yang dapat menemukan contact salah satu dari sahabatnya.
Acara pernikahannya terkesan indah nan mewah. Interior yang dipilih sangatlah indah dengan balutan tema bernuansa putih dan pink yang lekat terlihat hampir di setiap sudut gedung. Makanannya pun dipilih dengan menyesuaikan tema acara. Para tamu undangan terlihat sangat menikmati acara yang telah di design khusus itu. Kebahagiaan bagaikan atmosfer yang menyertai setiap orang di acara indah yang penuh cinta.
Calista dan Izki terlihat sangat kelelahan atas acara pernikahannya yang berjalan dengan baik dan dapat dikatakan spectacular. Sehingga mereka berdua memilih untuk lekas ganti kostum dan segera tidur. Tak ada lagi niatan untuk menikmati malam pertama sebab desakan rasa lelah dan energi yang telah terkuras habis memaksa mereka untuk lekas menutup mata. Izki terus merayu Calista namun tetap saja Calista menolaknya. Calista memberikan penawaran lain yaitu dengan bulan madu di Bali. Nampaknya Izkipun merindukan nuansa indah Bali. Maka dengan terpaksa Izki mengurungkan niatnya dan membuat rencana baru untuk bulan madu di Bali.
***
Keesokan harinya, saat mentari pagi mulai menyinarkan wajah mereka dari balik jendela, mereka bergegas bangkit dan menuju kamar mandi. Setelah mandi tak lupa Calista menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya tercinta. Ternyata di meja makan sudah ada Ibunda Izki yang sedang sarapan.
Calista menyapanya dengan senyuman terindah. Saat Calista mengolesi rotinya dengan selai strawberry, Izki datang menghampiri Calista dan segera duduk di sampingnya. Izki menatap Ibundanya dan segera meminta izin perihal rencana kepergian mereka ke Bali. Dengan senang hati Ibunda Izki memberikan persetujuan dan menanyakan kapan mereka pergi. Sontak Izki menjawab dengan cepat bahwa besok lusa ia akan segera berangkat ke Bali.
Calista tercengang tak percaya. Secepat itukah apa yang ia inginkan dapat terwujud. Izki segera mengambil handphone miliknya dan memesan hotel untuk mereka beristirahat di Bali. Tak lupa pula Izki memesan tiket pesawat agar mereka dapat melakukan perjalanan dengan tenang tanpa perlu memirkirkan biaya administrasi lagi. Calista memandangi handphone Izki, ia berperan aktif dalam memilih hotel yang akan mereka pesan. Calista meminta kepada Izki untuk memilih hotel di sekitar Pantai Kuta.
?Yang ini aja. Ini viewnya bagus,? jari Calista menunjuk salah satu kamar yang bertema modern romantic. Kamar itu memiliki design interior yang menawan serta pemandangan yang sangat cantik dilengkapi kolam renang yang berhadapan langsung ke arah pantai.
?Kalian mau berapa lama disana?? tanya Ayahanda Izki yang baru saja datang tetapi telah mendengar percakapan mereka dari awal.
?Sekitar seminggu pah,? jawab Calista sambil menghabiskan roti dipiringnya.
Ayahanda Izki menyuruh mereka segera packing. Izki menawarkan apakah kedua orang tuanya ingin ikut pulang ke Indonesia atau tidak. Namun Ibunda Izki menolak itu dengan alesan takut mengganggu mereka, lekas Izki dan Calista izin membereskan barang-barang yang akan mereka bawa. Keesokan harinya. Mereka berdua lekas menuju bandara untuk segera take off di Bali. Mereka sangat menunggu saat-saat itu karena mereka sungguh merindukan indahnya pesona kekayaan bangsa Indonesia.
***
Setelah kurang lebih 3 jam Calista dan Izki duduk manis di pesawat, tibalah mereka di pulau impian yaitu Pulau Dewata Bali. Lekas mereka langsung memesan salah satu taxi lalu menuju hotel yang telah di pesannya dari jauh-jauh hari. Sampailah mereka di hotel idaman.
?Kamu tunggu di lobi hotel bentar ya. Aku ambil kunci dulu,? Izki memandang Calista sambil melirik lobi hotel yang penuh dengan beberapa sofa unik dengan sentuhan nuansa Bali.
?Iya oke sayang.? Calista berjalan ke arah lobi dan segera duduk dengan cantik nan anggun. Sementara Izki sibuk mengurusi segala adminstrasi yang harus di konfirmasi atas pemesanannya via digital.
?Nih kuncinya. Ke kamar yuk. Mas tolong bawakan koper-koper ini ya ke kamar 099.? Izki memerintah salah satu staf hotel untuk membawa koper mereka menuju kamar. Izki lekas menggandeng tangan Calista mesra dan lembut menuju kamar hotel yang telah di pesan.
?Emm ? ini 098 berarti kita di sebelahnya!? Calista menunjuk ke arah pintu yang tertera angka 099 dengan ukiran yang cantik menawan di atas pintu kayu itu.
Lekas Calista dan Izki masuk ke kamar yang telah mereka pesan. Calista dibuat tercengang oleh kamarnya yang eksotis. Pemandangan pantai Kuta yang indah terhampar jelas dari balik jendela kaca. Calista menikmati keindahan alam semesta dengan tersenyum bangga dapat kembali memijaki bumi pertiwi yang indah tiada duanya. Izki lekas menatap hal serupa, sejenak mereka berdua terhanyut oleh keindahan pantai yang terhampar di depan mata. Deburan ombak biru melambai mesra. Lukisan awan putih berbias langit biru begitu menawan bila dipandang. Pasir kuning emas begitu mempesona. Dengan dihiasi beberapa pengunjung yang memberi warna-warna indah pada bibir pantai.
Seusai menikmati keindahan alam, Izki mengajak Calista untuk beristirahat. Calista ingat akan janjinya, maka ia harus segera memenuhi janjinya itu. Izki sungguh tak sabar menanti hal yang selama ini ia harapkan hingga kini mereka terhanyut dalam suasana.
Selama kurang lebih dua jam, Calista tertidur dengan terlelap. Sementara Izki sibuk bercinta walau hanya satu pihak. Selama Calista tertidur ia tak henti-hentinya melakukan apa yang ia mau. Tangannyapun meraih setiap sudut dan membuka baju Calista hingga ketika ia terbangun tubuh Calista tak terbalut busana melainkan hanya selimut yang menutupi tubuh indahnya. Calista sangat lelah hingga ia tak tersadar akan kelakuan suaminya.
Ketika Calista bangun ia merasakan dingin menusuk tulangnya. Betapa terkejutnya ia memandangi badannya yang tak terbalut busana. Dengan cepat ia menarik baju handuknya dan berjalan ke kamar mandi. Setelah setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Calista keluar dengan tatanan yang rapi. Kini Izkipun sudah terlihat rapi dan bersiap untuk berjalan-jalan. Calista sangat terkejut kapan Izki bersiap-siap. Lekas Calista dan Izki segera menuju Pantai Kuta dan beberapa tempat lainnya. Akhirnya mereka berdua bergegas keluar dari hotel itu. Namun, ketika mereka berada di lobi hotel, dompet Izki tertinggal di meja samping tempat tidur.
?Aduh! Sayang dompet aku ketinggalan dimeja,? Izki cemas sambil mencoba meraba beberapa tempat di tubuhnya.
?Yaudah aku ambil dulu ya. Kamu tunggu aja di sini, sekalian aku mau ambil peralatan make up aku yang tertinggal.?
?Aku temenin aja ya??
?Gak usah aku bisa sendiri. Pokoknya kamu diam-diam di sini! Aku ambil sebentar ya,? Calista bergegas menuju lift dan segera ke kamarnya.
Ketika Calista sedang terbesit oleh langkah kakinya dan sibuk mencari kunci di tas kecilnya, ada seseorang yang baru keluar dari kamar 098. Kedua pasangan itu sangat tak asing di matanya. Namun, Calista tak memperdulikannya karena sibuk dengan aktifitasnya. Hingga sepasang kekasih itu melewati Calista sambil bercanda tawa berdua. Calista tersentak mendengar suaranya hingga ia menoleh dan sesaat salah satu dari sepasang kekasih itu tersadar bahwa Calista sedang memandanginya.
?Vi ? Viana!? ucap Calista spontan ketika ia melihat wajah Viana yang sedang berjalan melewatinya. Sontak Viana dan Nicho menoleh berbarengan ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya mereka.
?Calista!!? Viana berteriak dengan suara nyaring sambil berlari memeluk Calista. Lantas Calista dan Viana saling berpelukan nampak sangat bahagia. Nicho hanya dapat termenung tak menyangka atas apa yang dilihatnya. Saat berpelukan, Calista mencuri pandang ke arah Nicho. Calista tak mengerti kenapa Viana dan Nicho sedang berjalan berdua dan baru saja keluar dari kamar yang sama.
?Gua kangen banget Vi sama lu,?
?Iya gua juga kangen banget sama lu. Lu selama ini kemana aja si? Lu di Bali?!? tanya Viana dengan sedikit kesal.
?Sebenarnya ? Selama ini gua di Singapura. Ini aja baru tadi pagi gua take off di Bali,? Calista mencoba menjabarkan. Hingga ia terlupa harus mengambil dompet dan make up-nya.
?Loh, lu ngapain di Singapura??
?Gu ? Gua?? Kalimat Calista terpotong karena dirinya merasa dipanggil oleh seseorang.
?Calista ? Kok kamu lama banget sih!? ucap seseorang sontak Calista, Viana, dan Nicho menoleh bersamaan.
?Sayang ? maaf aku lama. Aku belum ambil dompet dan make up-nya. Aku terkejut bisa ketemu mereka kembali,? Calista menoleh ke arah Izki. Nicho lebih dibuat terkejut oleh keberadaan Izki di hadapannya.
?Nicho? Ngapain lu disini?!? Izki bertanya dengan nada tinggi. Nicho semakin bingung dengan keadaan yang sebenarnya karena Calista kembali memanggil Izki dengan panggilan sayang.
?Loh dia siapa?? Viana terlihat kebingungan. Viana memandangi muka Calista, Izki, dan Nicho bergantian yang sama-sama sedang melempar pandang.
?Dia Izki, Vi! Suami gua, walau dia mantan pacar gua tapi kini dia suami gua,? ucapan Calista memperjelas keadaan hingga semua tak menjadi kebingungan. Viana mulai mengingat masa lalunya ketika Calista sering kali menceritakan sosok Izki di hadapannya.
?Lah terus lu ngapain sama Nicho jalan berdua dan keluar dari kamar yang sama?? tanya Calista heran.
?Ya dia suami gua. Kita di sini berencana untuk honeymoon.? Viana bercerita dengan sangat ceria.
?Oh ya? Sama dong! Gua juga jauh-jauh dari Singapura bersama Izki ke sini cuma buat honeymoon. Oh tuhan dunia ini sempit ya? Hahah.?
Calista berkata dengan sedikit candaan di bibirnya untuk menutupi rasa kekecewaannya karena telah mengetahui Viana sudah menikah dengan Nicho. Sebenarnya Calista senang, kepergiannya selama ini membuahkan hasil yang baik. Namun, jujur di dalam lubuk hatinya, ia masih menangis jika harus mendengar dan menerima kenyataan yang pahit ini.
?Aduh sayang. Kalau kalian mau bernostalgia jangan di lorong dong ga enak. Gimana kalau kita double honeymoon aja? Haha. Sekarang kita makan di restaurant tepi pantai aja ya. Tapi kamu ambil dulu gih barang yang tadi tertinggal.? Izki memberi solusi kepada mereka yang sedang perang batin antara satu sama lain termasuk dirinya yang sedang perang batin dengan Nicho.
?Oh ya bener banget tuh. Kalian maukan?? tanya Calista ceria menatap Viana dan Nicho bergantian.
?Iya mau kok,? Senyuman terindah terlempar dari wajah Viana.
Akhirnya Vianapun menemani Calista menuju kamarnya dan Nicho serta Izki menunggu di lobi hotel. Ketika di lobi hotel, kedua insan itu membisu sejuta kata. Nicho sungguh tak kuasa hingga ia memberikan ucapan selamat kepada Izki karena telah berhasil meraih Calista kembali. Walau sebenarnya ia merasa terkhianati namun suratan takdir tak dapat ia ubah lagi.
Di saat keheningan itu kembali terjadi, Calista tiba-tiba hadir dengan wajah sangat ceria. Secara setelah sekian tahun berpisah, mereka dapat bertemu kembali dengan alam yang mempersatukan mereka. Merekapun bergegas pergi ke restaurant dan meninggalkan hotel. Ketika sampai di sana, Izki memesankan banyak makanan untuk mereka. Terlebih Izki dulu tinggal di Bali, jadi ia tahu banyak makanan andalan Bali.
Viana mencoba membuka percakapan di saat mereka menanti pesanan datang. Viana meminta pada Calista untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, namun Calista menolak itu dan meminta penjelasan atas klarifikasi permasalahan di masa lampau. Calista mencari kebenaran atas pertumpahan darah antara Nicho dan Izki beberapa tahun silam. Dengan berat hati Izki dan Nicho mengakui kejadian itu. Viana terkejut mendengarnya, akhirnya Calista meminta kepada mereka untuk saling memaafkan dan melupakan kesalahan di masa lampau.
?Maafin kesalahan gua yang dulu ya,? Nicho memandang Izki.
?Iya maafin gua juga, Bro!?
Calista dan Viana yang menjadi saksi, tersenyum bahagia. Saat itu pula pesanan datang dan mereka lekas menyantap hidangan yang telah di sajikan. Viana mencoba menanyakan lagi alasan kepergian Calista, namun Calista mencoba mengulur waktu dengan alasan harus segera memakan makanan yang telah ada di depan mata dan tak sopan jika makan sambil berbicara.
Akhirnya mereka menikmati makanan yang telah di hidangkan. Setelah usai makan mereka bercanda ria lalu lekas berjalan menuju pantai yang hanya berjarak 5 meter dari restaurant. Dibibir pantai mereka berjalan beriringan. Bergandengan tangan, berdua-berdua menatap indahnya langit dan hamparan lautan.
Deburan ombak, pasir yang putih nampak keemasan, serta matahari yang beranjak kembali keperaduaannya menjadi saksi betapa bahagianya persahabatan diantara mereka. Setelah mereka usai menikmati keindahan pantai, lekas mereka pergi untuk kembali beristirahat di hotel.
?Nic ? nanti malam ke tepi kolam ya sekitar jam 9an. Cukup kita berdua saja!? Calista sedikit berbisik pada Nicho. Mata Calistapun melirik ke berbagai arah untuk melihat situasi. Ia tak menginginkan seorangpun dapat mendengar percakapannya dengan Nicho.
?Ta ? tapi gimana caranya tanpa Viana?? Nicho terkejut dan memasang wajah bingung.
?Gimanapun caranya harus bisa. Oke. Ingat! Pastikan hanya kita berdua!!? wajah Calista melemparkan senyum tipis dengan menatap Nicho lekat-lekat. Nichopun menjawab dengan anggukan lembut.
Ketika hari telah malam, Nicho dan Calista memikirkan bagaimana strategi mereka untuk bertemu. Merekapun sibuk dengan pasangannya masing-masing. Hingga pada akhirnya Calista menatap pantai yang gelap gulita di balik tirai kamarnya. Hingga Calista mempunyai ide yang cemerlang yaitu mengajak Izki ke pesta, begitupun Viana dan Nicho.
Calista mencoba merayu Izki untuk menemaninya pergi jalan keluar tepatnya ke pesta di bibir pantai, Izki sedikit malas namun karena itu kemauan istri tercintanya maka ia menuruti kemauannya. Calista pula meminta izin untuk mengajak Viana dan Nicho juga. Izki sedikit berat hati mendengar permintaan itu namun apalah dayanya hingga ia menyetujui permintaan itu. Calista lekas menuju kamar Viana.
Viana bingung siapakah yang menganggunya di malam hari. Betapa terkejutnya ia melihat Calista berdiri tepat di hadapannya dan mengajaknya pergi ke pesta. Viana sangat senang dengan tawaran itu dan segera izin ke Nicho. Nicho sangat bingung dengan Calista. Ia yang melarang pasangannya hadir, namun ia pula yang mengundangnya. Nicho percaya bahwa Calista pasti mempunyai ide lain hingga ia menuruti kemauan Calista dan Viana.
Setelah semua siap, lekas mereka menuju club yang berada tak jauh dari hotel itu. Kehidupan malam hari di Bali bagaikan siang hari. Jadi tak ada waktu yang membataskan antara siang dan malam. Gemerlap lampu disko dan beberapa wine yang disajikan menghiasi malam. Beberapa orangpun menari bersuka ria, hingga akhirnya mereka mencoba menari bersama.
?Hei ? hustt Nicho! Nicho!? Calista berbisik lembut di telinga Nicho. Lekas Nicho tersadar walaupun musik sangat terdengar keras. Hingga akhirnya Nicho menoleh.
?Kenapa??
?Ayo ikut gua!? Calista menarik tangan Nicho. Mencoba keluar dari kerumunan manusia itu. Berjalan beriringan keluar club.
?Mau kemana?? tanya Nicho dengan menarik tangan Calista hingga membuat langkahnya terhenti.
?Ada yang gua mau omongin sama lu. Ini penting!?
?Ya terus mau ngomong dimana??
?Di pantai aja yuk?? Calista menarik kembali tangan Nicho.
Angin laut yang kencang menemani kedua insan itu. Air ombak yang berderu kencang dan heningnya suasana menjadi saksi bisu akan pertemuan mereka. Calista dan Nichopun mencari tempat untuk duduk. Mereka memilih duduk di atas pasir yang putih di bawah pohon kelapa yang menjulang tinggi.
?Nic ? maafin gua ya atas kepergian gua yang ga jelas,? Calista menggenggam tangan Nicho.
?Iya. Jadi apa alasan lu untuk pergi meninggalkan gua gitu aja?!?
?Sebenarnya ? gua itu ke Singapura untuk berobat di sana. Gua di diagnosis kena penyakit kanker hingga dokter gua nyaranin untuk medical check up di sana. Sesampainya di sana gua harus dirawat untuk memulihkan kondisi badan. Malah gua di diagnosis umurnya tak lama lagi. Hingga gua dirawat selama 5 bulan. Disana gua coba bertahan hidup.?
?Hah? Kenapa lu gak ngabarin kita-kita Cal? Kita tuh semuanya khawatir sama lu!!? bentak Nicho hingga membuat Calista tertunduk lemas. Calista meminta maaf karena cara yang ia lakukan selama ini salah. Nicho sangat murka karena ia merasa diabaikan begitu saja.
?Yaudah itukan udah terlewat. Gimana kabar yang lain?? Calista mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
?Yang lain baik. Tapi gimana ceritanya lu ketemu Izki lagi sampai nikah? Lu gak ngabarin salah satupun dari kita!!?
?Bagus deh. Ya seusai sembuh gua memilih tinggal di Singapura karena gua ga mau ganggu hubungan lu dengan Viana. Lalu suatu hari gua nolongin ibu-ibu. Ternyata orang yang gua tolong ialah Ibunda Izki. Akhirnya keluarga mereka bersilaturahmi sama keluarga gua dan ternyata Ayah gua dan Ayahanda Izki ialah partner bisnis. Disaat pertemuan itu, mereka diam-diam menyusun rencana pernikahan. Jadi sama aja gua di jodohin sama Izki. Gua ga tau apa-apa, tiba-tiba gua di lamar. Gua mau tolak tapi gak mau mempermalukan orang tua gua. Gua terima dengan terpaksa,”
Nicho sangat terkejut, kala itu ia tak ada hubungan apapun dengan Viana namun Calista memilih menjauh. Nicho pula pasrah dengan keadaan dan menganggap Izki dan Calista memang jodoh sehingga mereka dapat kembali bersama. Calista mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya Viana rasakan sejak pertama berjumpa dengan Izki. Viana sudah terlalu baik terhadap Calista hingga ia tak ingin melukai hati Viana. Calista sungguh mulia merelakan dirinya tersakiti demi melihat orang lain bahagia.
Tak lupa pula Nicho bercerita perihal kejadiannya ketika mengetahui bahwa Viana sangat mencintai dirinya, bahkan lebih besar dari Calista. Nicho menceritakan masa lalunya yang kelam ketika ia jatuh miskin dan mengalami keterpurukan. Calista terharu mendengar cerita yang terlontar dari bibir Nicho.
?Yaudahlah kita sudah sama-sama mendapatkan yang terbaik. Lu Izki dan gua Viana. Jadi biarkan cinta kita mengalir sepanjang masa dengan suatu ikatan persahabatan yang takkan lepas meski terhalang jarak dan waktu.?
?Iya benar banget. Gua harap kita masih bisa bersama terus ya, walau bukan ikatan pernikahan melainkan persahabatan!? Calista langsung memeluk erat tubuh Nicho untuk yang terakhir kalinya. Pelukan itu di balas dengan Nicho dan dalam beberapa detik mereka berpelukan untuk melepas segala kerinduan yang terpendam.
Setelah asik bercakap-cakap, akhirnya mereka kembali ke club untuk menemui pasangannya masing-masing. Ketika sampai di dalam, Izki dan Viana terkejut melihat Calista dan Nicho yang menghilang berdua dan kembalipun berdua. Calista terlihat sangat gugup ketika melihat Izki yang memandangnya dengan tatapan menukik. Sungguh Calista takut ini semua akan menjadi hancur berantakan.
?Abis dari mana kalian?? tanya Izki dengan tatapan sinis. Matanya memandangi Calista dari ujung kepala hingga ujung kaki.
?Abis cari angin,? Calista menjawab dengan gugup. Matanya mencoba memandang berbagai arah. Kakinya nampak lemas.
?Oh gitu.?
?Iya sayang yaudah ayo kita senang-senang lagi.? Calista segera membanting diri ke sofa.
?Iya benar tuh!? Viana mencoba mencairkan suasana meskipun ia sedikit menaruh curiga pada Calista dan Nicho.
?Oke mari kita bersulam!!? seru Calista.
“Cheerrrssss!!? Keempat gelas beradu menjadi satu dan memberikan suara yang khas. Mereka sangat menikmati malam itu. Calista dan Nichopun sudah menerima takdir. Mereka memang tidak dapat bersatu dalam satu ikatan pernikahan. Namun, mereka dapat bersatu dalam suatu ikatan kebahagiaan yang tiada tara.