Semenjak kejadian hari itu yaitu konvrensi pers panas di Cafe Batavia, Calista dan Ferrel menjauhkan diri dari temannya. Mereka telah nyaman kemana mana berdua, ngerjain tugas berdua, makan berdua bagaikan sang kekasih. Lantas Nicho selalu terbakar api cemburu melihat sepasang sejoli yang amat erat itu. Sehingga ia memiliki niatan untuk menjauhkan mereka berdua dengan bantuan Erlangga.
Sementara The Angel sudah takut jika harus berurusan dengan Calista lagi dan dengan berat hati Ara merelakan Nicho dan Ferrel untuk Calista.
?Cal nanti balik kampus mau kemana?? tanya Ferrel di koridor.
?Ga kemana mana. Kenapa??
?Ikut yuk ke pasar seni liat lukisan terbaru, disana keren keren loh lukisannya.? tawar Ferrel ceria.
?Oh ya? Boleh juga tuh. Ayo!? jawab Calista riang.
Disaat kedekatan mereka, tampak Erlangga dan Nicho yang sedang menjadi mata-mata. Mereka berlindung dibawah pohon, tepat ditaman kampus. Setelah mendengar percakapan singkat itu lekas Nicho mengatur ide buruknya untuk memisahkan Ferrel dan Calista. Sebenarnya Nicho senang jika melihat Calista bahagia, akan tetapi ia tidak suka jikalau Calista direbut sahabatnya.
?Lang lu dengarkan? Mereka mau ke pasar seni?? tanya Nicho sinis.
?Dengar. Terus kenapa? Apa ide lu sekarang?? jawab Erlangga dengan muka penasaran.
?Gini.. intinya tar lu mata-matain mereka ya selesai kampus. Nanti gua nyusul, lu kabarin aja nanti posisi lu dimana.?
?Emang lu mau kemana?? lirikan Erlangga menukik Nicho.
?Udah liat aja nanti, pokoknya lu lakuin aja apa yang gua suruh! Urusan wine belakangan gampang.?
?Oke deh!!?
?Yaudah ayo ke kelas keburu tuh dosen masuk.?
Erlangga dan Nicho lekas masuk ke kelas. Sedetik mereka sampai, masuklah sang dosen. Dosen itupun melihat Nicho dan Erlangga dengan sinis karena dilihatnya mereka masih menuju tempat duduk sementara yang lain sudah duduk manis di tempat. Lekas Nicho dan Erlangga menjadi terdakwa dan di interogasi.
?Hei Nicho! Erlangga! Kenapa kalian belum duduk?? tukas sang dosen dengan tatapan sinis.
?Ahh biasa pak toilet.? sanggah Nicho cepat.
?Apa yang bisa dibuktikan kalau abis dari toilet?? tanyanya lagi.
?Iii ... itu pak celana Erlangga belum di tutup,? Sontak suasana langsung ramai. Semua mata tertuju pada Erlangga terlebih didapati celananya yang belum ditutup rapat. Erlangga merasa amat malu tetapi senang karena hal itu membantu dirinya di saat situasi genting. Iapun merasa siap tak siap menerima kalimat ledekan dari teman-temannya.
?Pintar ngelak ya!!? jawab sang dosen dengan tatapan menukik. Menatap menyepelekan dari ujung kaki hingga ujung kepala.
?Ah ga juga pak.?
?Yasudah silakan duduk!!?
?Makasih pak.? jawab Nicho dan Erlangga serempak.
Seusai mata kuliah itu, para mahasiswa berhamburan keluar kelas. Merekapun mencibir Erlangga secara bergantian. Cibiran itu tak di perdulikan oleh Erlangga karena berkat itulah ia dapat terbebas dari sang dosen. Tanpa fikir panjang, lekas Erlangga meluncur mencari Ferrel dan Calista yang kemudian di pasar seni. Sementara itu, si Nicho sibuk mengatur rencananya.
Disaat Erlangga sedang sibuk memperhatikan sepasang sejoli itu dari jarak yang cukup dekat, didapati olehnya telfon yang berdering. Ketika dilihat dilayar handphone tertulis Nicho yang memanggil.
?Halo Nic, ada apa??
?Posisi lu dimana sekarang??
?Di pintu depan pasar, lagi merhatiin mereka.? Ferrel mulai mengikuti aturan main yang telah Nicho rencanakan..
?Oke gua kesitu!!? tukas Nicho lalu mematikan telfon.
Tiba-tiba Nicho menepuk pundak Erlangga. Serta menjelaskan rencana yang akan dilakukan. Ferrelpun terlihat bingung karena melihat cowok asing di samping Nicho yang datang berbarengan dengan Nicho. Raut wajah cowok itu sangat dingin. Penampilannya pun terlihat aneh, karena mengenakan jacket yang cukup tebal dibawah teriknya sang mentari.
Setelah usai menjelaskan, mereka bertiga bersiap menjalankan misi itu. Mereka seakan melihat lihat lukisan bagaikan orang lain dipasar itu. Perkataan merekapun penuh dengan kalimat seni bak seniman professional. Langkah kaki mereka bertigapun perlahan lahan mendekati Ferrel dan Calista yang sibuk melihat lukisan alam.
Calista terkejut ketika melihat Nicho dan Erlangga yang berada di pasar seni tepatnya di sebrang mereka. Calistapun sedikit berbisik pada Ferrel akan kehadiran Nicho. Ferrel segera menarik tangan Calista lembut untuk menjauhi Nicho dan Erlangga. Disaat langkah terbesit itu mencoba pergi, Nicho menepuk pundak Ferrel.
?Eh ... mau kemana? Buru-buru banget!!? Nicho membuka bibirnya dan mulai mensejajarkan langkah kaki mereka.
?Mau ke sana.? Ferrel menjawab dengan cepat sambil menunjuk arah Barat. Tangannya refleks menunjuk arah Barat, sebab ia sedang dilanda kecemasan.
?Kita bertiga gabung ya.?
?Bertiga?? Calista nampak kebingungan. Dirinya menoleh menatap Nicho lekat-lekat, mencoba mencari sesuatu yang tengah di rahasiakan.
?Iya ? ini temen kita,?Nicho menjawab dengan santai sembari memberikan celah bagi Izki untuk menampilkan mukanya dihadapan Calista.
"Iz ? izki!?" Calista terbata-bata karena sangat terkejut oleh kedatangan Izki. Cowok yang telah ia buang dari memori ingatannya. Cowok yang telah mempermainkannya serta melukai hatinya. Pedih. Sangat pedih bila di rasa sebab luka itu membekas. Melekat erat pada tubuhnya yang rapuh. Sementara kini ia kembali hadir dengan sangat percaya diri di hadapannya.
?Siapa dia?? Ferrel menatap Izki dengan tatapan dingin. Ferrel terkejut melihat Calista yang sedang termangu menatap wajah Izki.
?Kenalin gua Izki,? sergah Izki sembari menjulurkan tangan kepada Ferrel.
?Oke. Gua Ferrel,? Diraihnya tangan Izki untuk berjabat tangan.
?Lu ? lu kok bisa di sini?? Calista mulai menginterogasi Izki.
?Ya bisalah!? jawab Izki santai dengan senyuman menyeringai. Sebelah alisnya naik ke atas menggambarkan sebuah kemenangan. Entah kemenangan apa yang ada di benak Izki, yang Calista inginkan hanya pergi menjauh dari Izki.
?Yaudahlah ga penting! Pulang aja yuk Rel, gua udah bosan disini!? Lekas ditariklah tangan Ferrel.
?Eits ? mau kemana cantik?? tutur Izki sembari mencegah Calista dengan tubuhnya dihadapan Calista.
?Bukan urusan lu!!!?
?Tega ya! Gua udah datang jauh-jauh dari Bali cuma mau ketemu lu dan di perlakukan seperti ini,? Izki menatap Calista yang mulai menjauhi mereka. Calista tak kuasa jika harus membalikan badannya dan menatap kembali wajah itu. Calista terus melangkah tanpa henti. Entah takdir atau ketidaksengajaan, itu membuat Calista rapuh.
?Gak mau tau intinya lu ikut gua sekarang!? Izki mengejar Calista dan segera menarik tangannya dengan kasar. Ferrel dan Nicho serta Erlangga hanya bisa menjadi penonton di balik semua drama yang baru saja terjadi. Orang-orang di sekitar merekapun menatap dengan tatapan sinis. Berbagai argumen mulai memasuki otak mereka.
Dengan terpaksa Calista menuruti kemauan Izki. Karena ia tak ingin yang lain tau mengenai Izki. Lekas Calista di bawa ke dalam mobil oleh Izki dan mobil itu langsung melesat cepat kesuatu tempat.
?Eh Nicho! Siapa si dia?? tanya Ferrel penuh selidik. Ferrel sangat khawatir dengan keadaan Calista sebab kini ia di bawa pergi dengan orang asing.
?Lu kan udah kenalan tadi. Namanya Izki,?
?Maksud gua dia siapanya Calista? Apa hubungan diantara mereka??
?Dia? Dia tuh mantannya Calista semasa SMA.? Nicho meninggikan suaranya.
?Lu tau dari mana??
?Taulah orang dia sahabat kecil gua.?
Ferrel mulai mencerna keadaan yang baru saja terjadi. Ia menatap Nicho dengan tatapan menukik. ?Lah terus ? Sejak kapan dia tau kalau lu kenal sama mantan kekasihnya??
?Dari awal!! Gua minat dekatin Calista juga karena semua cerita dari Izki.?
?Yasudahlah kita bahas di Cafe aja. Ga enak kalau disini.? Erlangga memutus pembicaraan panas diantara mereka.
?Yaudah ayo!!? Lekas mereka bertiga segera berangkat ke Cafe Batavia untuk membicarakan yang sebenarnya terjadi dan hubungan antara Izki, Calista, serta Nicho.
***
Ketika Calista dan Izki sampai di taman kota, mereka bergegas menuju salah satu bangku yang berbentuk kayu. Ukiran itu sangat cantik dan menipu mata, sebab ukiran kayu itu di bentuk dengan semen dan beberapa batu bata. Sungguh memiliki nilai seni yang tinggi. Calista segera duduk sejenak dan menghela nafas panjang. Kini ia membiarkan pita suaranya bergetar oleh raungan amarah yang terus menggebu di dada. Ia melempar pandang ke arah depan dan mulai berbicara.
?Apa maksud lu ngajak gua kesini?? tanya Calista kesal.
?Cuma mau menatap lu lebih lama,? jawab Izki santai. Calista tercengang mendengar pernyataan itu
?Hah! Gila! Lu tau dari mana tentang keberadaan gua sekarang??
?Nicho.?
?Apa si hubungan antara lu sama Nicho? Kenapa lu harus hadir lagi di kehidupan gua.?
?Nicho tuh sahabat gua sejak kecil,?
?Gua ga pernah tau tentang ini. Bisa gak sih, gak usah ngeliatin gua mulu!? sergah Calista menjauhkan dirinya dari Izki yang tak henti menatapnya.
?Ya, karena dulu lu sibuk bercinta sama gua. Kenapa sayang? Takut jatuh cinta lagi?? Dipegang kedua pipi Calista dengan maksud menyuruh Calista menatapnya. Calista segera menepis tangan Izki dari wajahnya. Dulu, Calista sangat bahagia jika Izki memperlakukannya seperti itu namun kini ia sangat membenci sentuhan itu sebab semua kenangan tiba-tiba muncul dan sungguh itu membuat Calista semakin rapuh.
?Udah ah jangan ngambek, itu ada tukang ice cream. Mau gak??
?Ga usah makasih.? jawab Calista judes. Mukanya kian memerah karena kesal, namun goresan merah di pipi sangat kontras dengan wajahnya yang putih. Sungguh merah merona dan menggairahkan.
?Ada ice cream cokelat loh!?
?Gak ah makasih. Gua mau pulang aja.?
?Yah pulang, yaudah ayo ayo gua anterin.?
?Ga usah makasih!?
?Ah masih kaku aja, udah ayo.? tangan Izki mulai liar, ia merangkul Calista.
Calista sangat risih oleh tangan Izki yang merangkulnya dengan manja. Dengan cepat tangannya melepaskan tangan Izki dari pundaknya. ?Apaan sih!!?
Nicho terbesit mengikuti langkah kaki Calista, tanpa fikir panjang, ia raih jari jemari Calista dan membawanya masuk ke dalam mobil. Ketika di dalam mobil, pandangan Izki terus tertuju pada Calista. Calista sangat risih terlebih tatapan itu penuh hawa nafsu. Tanpa Calista sadari, mobil mereka melesat ke jalan yang salah. Jalanan itu bukan menuju rumah Calista. Calista membentak Izki dan mengajaknya untuk segera pulang.
?Izki ? Mau kemana kita? Cepat pulang!!?
?Liat aja nanti.? Senyumuan tipis mulai tergambar jelas di wajah Izki. Calista jengkel dengan kelakuan Izki yang semena-mena membawanya pergi.
?Ih ? gila lu ya!! Cepat berhentiin mobilnya atau gua lompat??
?Sana kalau berani,? Nicho semakin liar memacu mobilnya. Kini mereka melaju lebih dari batas normal. Calista panik bukan kepalang, ia tak ingin nyawanya terenggut bersama orang yang ia sudah tak anggap nyata.
?Ih ? gila lu!! Cepat berhenti.? pinta Calista sambil menarik-narik tangan Izki.
Perkataan itu tidak digubris oleh Izki. Izkipun segera memberhentikan mobilnya di jalanan yang amat sepi. Jalan itupun gelap karena tertutup pohon di kiri-kanan jalan. Rimbunnya pohon tak memberi celah bagi sinar mentari untuk membiaskan cahayanya di jalanan beraspal itu.
?Kenapa kita berhenti??
?Tadi minta berhenti.?
?Tapi ini di mana? Gua gak tau daerah sini,? Calista melihat keseluruh penjuru arah, namun sayang jalanan itu tak berpenghuni selain dirinya dan Izki. Calista semakin khawatir, semburat garis di keningnya menyiratkan kecemasan yang ada pada dirinya.
?Yaudahlah ? lu diam aja dulu,? Izki mencoba mendekatkan diri ke arah Calista.
?Mau ngapain lu?? bentak Calista cepat.
?Ga ngapa-ngapain kok.?
Calista berusaha mendorong badan Izki agar menjauh tetapi hal itu malah semakin membuat Izki mendekat padanya. Sehingga ia lelah jika harus mendorong badan Izki untuk menjauhi dirinya, kini wajah mereka semakin dekat. Suara nafas Izki yang berat sangat terdengar jelas ditelinga Calista. Hembusan angin panas dari uap nafas Izkipun terasa jelas di wajah Calista. Calista hanya bisa diam melihat perilaku Izki saat ini di hadapannya. Tangan Izki kini semakin liar, perlahan-lahan Izki memeluk erat tubuh Calista. Dipelukan itu Calista sangat nyaman. Calista sangat merindukan pelukan hangat itu. Sudah 3 tahun mereka berpisah.
Ditengah-tengah pelukan itu, Izki membisikan Calista tentang perasaannya. Tentang betapa besar kerinduannya terhadap Calista. Betapa hampa hidupnya tanpa Calista. Izki sadar bahwa Calista hampir kehabisan nafas karena di peluk amat erat oleh dirinya. Sehingga di lepaslah pelukan itu. Tanpa di duga, banyak tetesan air mata di pipi Izki. Calista amat terkejut melihat sesosok cowok dihadapannya. Sudah lama Calista tak berjumpa dengan Izki apalagi mendapatkan pelukan hangat itu. Terlebih melihat Izki menangis.
Izki meluapkan seluruh kesesalan dirinya akan perilakunya waktu itu yang telah melukai hati Calista. Ia meminta maaf dengan berderai air mata. Serta Izki meminta dengan sangat kepada Calista untuk kembali kepelukannya. Dengan maksud mereka bisa menjadi sepasang kekasih lagi seperti dahulu.
?Ma ? Maaf gua ga bisa balikan sama lu,”
?Kenapa?! Apa karena lu udah cinta sama Nicho atau Ferrel??
?Engga kok. Tapi gua ga bisa.? Calista merunduk, tak kuasa ia menatap wajah Izki yang sangat menyedihkan. Ia tak ingin terperangkap oleh permainan Izki untuk yang kedua kalinya.
?Lu takut kejadian yang dulu terulang? Jikalau itu terjadi gua akan tanggungjawab. Gua mau lu jadi yang terakhir buat gua.?
?Lu bisa cari cewek yang lain,?
?Ga bisa Cal ? cuma lu yang gua mau!? tatapan Izki begitu hangat. Sungguh meluluhkan hati yang semula dingin. Menatap Izki membuat Calista semakin rapuh. Calista tak bisa melihat Izki memohon berlinang air mata demi mengharapkan dirinya kembali. Rasanya kini jiwa dan raga terpisah jauh. Ingin rasanya menghapus air mata itu, namun Calista takut akan ada kesalahpahaman di antara mereka.
?Kenapa harus gua??
?Kenapa lu gak mau??
?Ya gua ga mau aja balikan sama mantan. Itu sama aja baca buku 2 kali dan ending?nya ya sama aja,? Calista mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya ada di benaknya. Meskipun tak demikian, mungkin itulah kalimat yang dapat meyakinkan hati Izki bahwa mereka tak dapat bersama lagi.
?Tapi kali ini gua akan kasih kesan yang beda, please! Percaya sama gua dan kasih gua kesempatan sekali lagi." matanya berbinar tanda berharap.
?Huh ? Jujur gua rindu akan suara lu, canda tawa lu, sikap manja lu dan masih banyak lagi tentang diri lu ?,?
?Ya terus, lu maukan balikan sama gua??
?Sebenarnya gua gak bisa.. Gak bisa kalau harus bersama lu lagi,?
Diraih pipi Calista lalu dipegangnya dengan erat pertanda untuk menatap Izki dalam-dalam. Di mata itu terlihat ketulusan, keseriusan, kerinduan yang amat mendalam sehingga Calista tak sanggup menatapnya lama-lama. Tetapi Izki memaksa Calista memandang wajah itu, wajah yang berderai air mata. Tanpa Calista sadar ia sudah terbuai suasana. Dengan wajah berseri, Calista mengangguk sebagai tanda bahwa ia menerima tawaran itu. Izki sontak kaget, dengan cepat ia peluk tubuh Calista dengan erat.
Dipelukan itu, Calista sangat bahagia karena dapat kembali bertemu dan bersama mantan kesayangannya itu. Tak terbesit sekalipun tentang Ferrel dan Nicho. Hanya Izkilah yang ada di benak Calista saat itu. Izkipun merasakan hal yang sama. Ia datang dari Bali hanya dengan maksud berlibur, karena kejadian itu ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan melanjutkan pendidikannya di Universitas yang sama dengan Calista. Hal tersebut dimaksudkan agar Izki dapat bersama dan menjaga Calista sang pujaan hatinya.
Calista mencoba menghibur Izki kembali dan meyakinkan dirinya bahwa ia telah kembali jatuh ke pelukan Izki. Calista tak menyangka takdir akan mempersatukan mereka kembali. Secercah kepingan hati yang hilang kini mulai merampungkan hati Calista. Calista tersenyum menatap Izki lalu bersandar di pundaknya sembari berterima kasih telah hadir kembali. Izki menatap Calista lembut sembari mengusap rambut Calista yang panjang dan halus.
Seusai melepas semua penat yang ada, merekapun lekas pergi dari bawah rimbunan pohon tersebut. Mereka memulai kisah cinta itu dengan penuh suka cita. Selama di perjalanan pulang, sepasang kekasih itu bercanda tawa bersama. Diiringi lagu romantis di dalam mobil itu yang mengalun indah.
***
Keesokan harinya, Calista pergi ke campus dengan hati berbunga-bunga. Setelah sekian lama hati itu kosong, kini terisi kembali. Semua terasa sempurna ketika yang terbaik kembali hadir. Calista merekahkan senyuman di sepanjang jalan. Terlebih ketika ia menemui Nicho dan kedua sahabatnya, Calista menyapa dengan ramah nan riang. Ferrel terlihat bingung melihat Calista yang sangat bahagia, akhirnya Calista mengumbar bahwa ia telah kembali jatuh ke pelukan Izki. Sontak semua orang terkejut, tak mungkin itu semua berjalan secepat kilat. Tak mungkin kepercayaan yang telah sirna kini kembali hadir. Ferrel kecewa, sungguh kecewa. Tak ada lagi kesempatan bagi dirinya untuk menemani setiap detik yang Calista miliki. Sementara Nicho bukan kecewa, melainkan murka.
Nicho merasa dirinya telah terkhianati. Sekian lama ia menaklukan hati Calista, dan kini semua rencananya hancur sia-sia. Nicho tak menyangka bahwa ia hanya di manfaatkan. Nicho kalap.
?Hai.? Suara itu membuat semua orang menoleh ke sumber suara. Izki! Nicho sangat senang akan kedatangan Izki. Ia tak tahan lagi. Ingin rasanya segera menyambut orang itu dengan sebuah pukulan, tapi ia sadar bahwa kini ada Calista di hadapannya.
?Izki ?.? teriak Calista dengan wajah sumringah..
*BUGGGG!!!*
Tiba-tiba saja pukulan itu meluncur tepat di pipi Izki. Nicho sangat tak terima melihat kemesraan mereka di hadapannya hingga kini ia lepas kendali. Calista sangat terkejut menatap tak percaya. Seketika suasana hening karena tatapan mata Izki berubah menjadi tajam. Nampaknya akan ada perkelahian hebat di sana. Namun, dengan cepat Calista mencegahnya dengan seruan pada Nicho. Calista membentak Nicho karena telah melukai orang yang sangat ia cintai.
?Munafik banget lu! Lu sahabat gua dari kecil Bro! Kenapa lu rebut Calista dari gua?? sergah Nicho tegas.
?Eh guakan nyuruh lu dekatin Calista buat lindungin dia! Bukan buat jatuh hati sama dia.? Izki menggertakkan kakinya.
?Jadi ? Selama ini? Lu ga tuluskan Nic! Yaudah makasih. Ayo pergi biarin aja mereka.? Calista menarik tangan Izki. Izki hanya tersenyum penuh kemenangan.
?Awas lu ya!! Mahasiswa baru aja belagu. Ga akan lama hubungan lu sama Calista,? teriak Nicho dengan suara lantang hingga sebagian orang dapat mendengarnya dengan jelas.
Kalimat terakhir itu tak di gubris oleh Calista dan Izki. Nicho amat marah karena selama ini ia hanya di manfaatkan oleh sahabatnya. Ferrel dan Erlanggapun membantu meredam amarah Nicho, walaupun sesungguhnya Ferrel kecewa karena Calista kembali jatuh kepelukan sang mantan. Ferrel ialah sosok yang tangguh, yang pandai memendam amarah. Ia tau jikalau terbawa emosi semua akan hancur berantakan termasuk persahabatan antara dirinya dengan Calista.
?Udahlah Nic ? Ikhlasin aja, gua juga kecewa.? Ferrel menepuk bahu Nicho untuk meredam amarah Nicho.
?Ya gua ga masalah kalau dia rebut Calista! Tapi masalahnya kenapa dia manfaatin dan khianatin gua,?
?Mungkin dia tertutup mata hatinya karena cinta. Jangan sampai persahabatan yang kalian jalin sejak kecil kandas hilang cuma gara-gara cinta.?
?Intinya gua kecewa. Gua ga akan ikhlas liat mereka bahagia, gua akan hancurin hubungan mereka,?
?Hah lu punya rencana apa lagi?? Erlangga tertegun mendengar kalimat itu. Nicho! Seperti biasanya, selalu memiliki berjuta cara demi mendapatkan apa yang di inginkannya. Namun kali ini berbeda, ia ingin mendapatkan sesosok wanita yang sangat istimewa bagi mereka yang mengenalnya.
?Liat aja nanti.? Nicho tersenyum picik. Terlihat jelas bahwa akan ada rencana tak terduga diantara mereka.
***
Ketika di koridor campus, Nicho melihat Izki dan Calista sedang bercanda tawa berdua. Nicho tak akan membiarkan kedua matanya memandang pemandangan buruk itu baginya. Hingga dengan amarah yang menggebu, Nicho menghampiri Calista dan segera menarik lembut tangannya untuk di bawa pergi. Izki sebagai sang kekasih, tak rela melihat gadis kesayangannyadi rebut oleh Nicho begitu saja. Nicho yang tersulut api cemburu membentak Izki dan meyakinkannya bahwa ia tak akan melukai Calista sedikitpun. Dengan wajah pasrah, Izki mengizinkan Nicho membawa pergi Calista. Akhirnya Calistapun mengikuti langkah kaki Nicho yang menuju ke mobil sport miliknya.
Calista mengamati gerak-gerik Nicho, namun saat ini Nicho terlihat sedang dikejar oleh waktu. Biasanya ia membukakan pintu mobil untuk Calista, tapi kali ini ia mengabaikan Calista lekas menghempaskan diri di belakang kemudi. Calista hanya memandang heran, menelaah kejadian yang sedang terjadi di luar dugaannya. Calista mulai membuka percakapan, mencoba mencairkan suasana melalui suaranya yang indah. Namun tiba-tiba saja dirinya tercekat ketika tak di dapati jawaban apapun dari bibir Nicho.
Nicho terus memacu mobilnya dengan cepat. Halau rintangan di jalan di hadapinya dengan liar. Ia menancap gas sesuka hatinya hingga ia tak memerhatikan wajah Calista yang memucat. Calista gemetar, memegang erat sabuk pengaman pada mobil sembari berdoa dalam hati agar di beri keselamatan oleh Tuhan sang pencipta. Akhirnya setelah sekian lama berpacu di lintasan yang tak semestinya, tibalah mereka pada sebuah tempat. Dengan cepat Nicho menarik tangan Calista dan segera mengajaknya memasuki sebuah taman bersejarah.
?Tempat apa ini??
?Ini? Ini tuh tempat main gua sama Izki kala kecil,”
?Oh ya? Bagus banget ? Suasananya asri, tenang, nan damai,? Calista menghirup udara segar di sekitarnya. Membiarkannya melepas semua ketakutan yang terus menghantui. Menatap birunya langit yang terhiasi oleh gulungan awan. Serta menatap kupu-kupu kecil yang beterbangan di antara dedaunan.
?Iyalah ? udah sini duduk samping gua,? Nicho duduk pada salah satu batu besar. Batu itu mengarah pada sebuah pandangan hijau di depan mata. Sederetan sawah membentuk permadani alam yang indah. Ukirannya terbentuk jelas bernilai sangat artistik membuat semua orang akan berdecak kagum.
?Sebenarnya apa si tujuan lu ngajak gua ke sini Nic??
?Gua mau ngejelasin yang sebenarnya terjadi sama lu Cal,”
?Apa?? Calista mulai mengalihkan pandangannya ke wajah Nicho. Nicho menghela nafas panjang.
?Lu masih ingatkan kata-kata Izki yang pernah bilang bahwa ' Gua nyuruh lu untuk jagain dia bukan untuk jatuh hati sama dia! ' ? ingatkan??
?Emmm ? iya ingat. Kenapa? Ada yang salah sama kalimat itu?? tanya Calista cuek.
?Lu mau tau awal mula gua sama Izki bisa bahas lu??
Calista mengangguk.
?Jadi waktu gua ketemu di loker 188 gua sempet paparazzi-in lu. Lalu gua coba pandangin foto lu.?
?Emang ada yang salah sama foto gua?? Segaris kernyitan di dahi tergambar jelas pada wajahnya yang manis.
?Gak. Tapi setelah gua pandangin foto lu, lu mirip dengan sesosok cewek yang pernah Izki ceritakan dan beritahu fotonya. Karena penasaran gua coba lihat dokumen- dokumen milik gua dan Izki lalu gua temukan 1 foto cewek yaitu lu!?
?Hah? Gua? Ada dimana??
?Ya lu. Foto lu semasa SMA. Ada di map biru di lemari gua yang tercampur dengan kenangan lainnya antara gua dan Izki semasa SMA,”
?Oh ya? Terus terus??Calista terlihat semakin antusias mendengar pernyataan dari Nicho kali ini. Inilah hal yang telah lama ia nanti yaitu kejelasan hubungan antara Izki dengan Nicho.
?Ya gua coba tanya Izki sebenarnya dia siapa. Dan gua coba kasih tau foto lu,?
?Terus gimana respons dia??
?Dia kaget. Setelah beberapa tahun dia gak komunikasi sama lu. Tiba-tiba gua ketemu sama lu. Tiba-tiba dia berpesan ke gua untuk jagain lu.?
?Lantas kenapa lu dulu mau bikin gua Badgirl dengan bantuan The Angel?? Calista menatap Nicho sinis.
?Ya gua minta maaf. Karena kala itu gua terobsesi untuk dapatkan lu. Biar gua bisa cocok sm lu makanya gua mau bikin lu jadi Badgirl.?
?Ga gitu caranya!? bentak Calista.
Nicho menunduk melihat wajah Calista yang berubah menjadi merah. Nicho tau bahwa kini Calista sedang naik pitam. Dengan nada lirih ia meminta maaf, Calista mengabaikannya begitu saja. Calista sibuk meredam amarah dengan memandang langit, namun tiba-tiba saja Calista tertegun.
Dirinya seakan baru saja melihat petir meluncur di hadapannya. Kaget. Gemetar. Gelisah. Semua perasaan tergabung dalam satu suasana. Semua bersatu ketika Nicho mengungkapkan isi hatinya yang telah lama terpendam. Jauh di lubuk hatinya ingin sekali Calista teriak. Ingin rasanya membalas rasa yang ada, namun apa daya kini ia telah kembali jatuh ke pelukan Izki, sahabat terbaik Nicho.
Nicho mencoba mengikhlaskan apa yang telah menjadi suratan takdir. Nicho yakin suatu saat ia akan kembali berjumpa dengan Calista pada sebuah kesempatan. Nicho hanya dapat menunggu waktu itu datang, waktu yang menjanjikan sebuah kebahagiaan. Waktu yang dapat memperlengkap bagian hidupnya. Entah akankah waktu itu datang atau akan terlampaui seiring berjalannya waktu.
Nicho khawatir dengan keberadaan Calista saat ini. Ia tak ingin Calista dipermainkan seperti kejadian beberapa tahun silam. Calista yang anak periang menjadi gelap dan tertutup. Harinya tak menggairahkan setelah di permainkan oleh Izki sang perusak kebahagiaan. Nicho tak ingin pula Calista di samakan dengan perempuan di luaran sana. Perempuan yang dengan suka hati mengumbar kemesraan dan kegairahan diri. Calista merupakan mutiara indah di muka bumi, yang hampir sempat ia miliki.
?Oh ya ? Gua minta maaf ya udah ngancurin persahabatan kalian,? Meluncurlah air mata ke pipi chubby itu.
?Aduh jangan nangis dong Cal ? lu ga salah kok. Lu ga ngerusakin persahabatan siapapun.? Di raih badan Calista lalu Calista menangis di pelukan Nicho.
?Ya tapikan??
?Hust udah diem ah. Sekarang fikirkan saja kedepannya yang baik gimana. Jangan sampai menyesal lagi!?
?Iya Nic?.?
?Yaudah tenangin diri dulu ya, kalau udah kita pulang oke.? Nicho berbisik lembut di telinga Calista. Calista hanya mengangguk. Menyandarkan diri di pundak Nicho sembari menghabiskan air mata yang terus membasahi wajahnya.
Seusai percakapan itupun Nicho & Calista segera pulang kerumah. Selama di perjalanan pulang Calista termenung dalam diam. Hingga ia tak sadar bahwa mobil Nicho telah melesat di depan rumahnya.
?Cal.. kita sudah sampai,? ucap Nicho namun tak ada jawaban hingga Nicho memegang pundaknya untuk menyadarkannya.
?Ah iya iya makasih ya.? Calista turun dari dalam mobil dan menuju rumahnya.
***
Ditengah gelapnya malam Calista termenung. Sinar rembulan menelisik celah kerai hingga ia memutuskan diri untuk membuka jendela kamarnya. Menatap indah langit yang bertaburan bintang. Mengingat masa lalu yang kelam. Berfikir angan-angan yang akan datang. Sehingga ia tak tersadar hari sudah larut malam. Jam pun berdenyit memperlihatkan jam 12 malam. Tiupan angin malam yang mendinginkan. Melebur bersama tubuh yang lunglai.
?Cal ? kok kamu belum tidur?? Suara yang tiba-tiba menyeruak masuk di telinga Calista menghancurkan lamunannya.
?Haha iya mah,”
?Tidur sana udah malam. Sekalian tutup itu jendelanya!?
Calista tersenyum tipis lalu menutup jendela kamar.
?Nah bagus yaudah mamah tidur dulu ya sayang good night,? Senyuman manis terlempar dari wajah ibunda Calista.
“Night too mom.? jawabnya.
***
Kini mentari mulai merangkak naik dari peraduannya. Memberikan cahaya kehidupan di seluruh penjuru dunia. Mengubah hari secepat yang ia mampu serta memberi harapan baru di penghujung malam. Tapi nampaknya ini tak berlaku bagi Calista. Ia lelah, bahkan sangat lelah setelah semalaman menahan asa. Memendam semua keraguan yang ada pada dirinya. Suara alarm mulai menghancurkan mimpi indah yang telah ia jalin semalaman. Semua sirna ketika matanya mendapatkan seberkas cahaya mentari.
Terlebih ketika dirinya beranjak bangkit, ibundanya mulai berseru memanggil-manggil namanya. Pagi ini ibunda Calista seakan sedang mengabsen setiap orang yang tinggal di rumah. Ternyata seruan itu di ikuti oleh pemberitahuan bahwa ada tamu untuk dirinya.
Calista menggeliat. Menggerutu kesal dalam hati sebab ada orang yang bertamu sepagi ini. Bahkan ini masih jam tujuh pagi. Sungguh menyebalkan orang itu bagi dirinya. Calista malas untuk menemui orang tersebut, terlebih dengan penampilannya saat ini sehingga ia meminta kepada ibundanya untuk membiarkan tamu itu masuk ke kamarnya.
Calista pula berpesan untuk membawakan sarapan baginya. Ibunda Calista segera keluar meninggalkan Calista yang masih berbaring malas di atas kasur. Calista serasa sebagai sang putri. Apa yang di ucapkannya?pun akan di turuti. Sungguh surga dunia jika di bayangkan dapat berpangku tangan di pagi hari yang cemerlang dengan menunggu sang pangeran datang.
Calista kini melempar pandang ke daun pintu. Dengan nada melengking ia menugaskan sang tamu untuk segera memasuki kamarnya. Dengan suara yang berdenyit, perlahan pintu itu terbuka. Betapa terkejutnya Calista ketika di dapati Izki yang sedang berdiri tepat di ambang pintu sembari melempar senyuman terindah dan membawa semangkuk bubur pesanannya. Calista tertegun, dengan cepat tangannya segera menarik selimut di kakinya. Calista terperengah tak percaya melihat Izki datang di pagi ini. Semua tak sesuai ekspetasinya. Ia fikir yang berkunjung ialah Riri?teman sebangkunya si cewek centil, namun ternyata kini yang datang berkunjung ialah sang pangeran pujaan hati.
?Pagi cantik,? Izki merekahkan senyuman tiada henti terlebih baru saja ia melihat Calista berbaring cantik di atas kasur dengan pakaian minimalis.
?Hah? Izki!? Muka Calista tercengang. Mulutnya sulit untuk mengatup.
?Iya ? Kamu ga ke campus nih? Tadinya mau jemput kamu,”
?Tau dari mana kamu rumah aku? Yaudah kamu ke campus sana nanti kamu telat.?
?Ga ah aku mau nemenin kamu aja,? Nicho berjalan mendekati tempat tidur Calista. Dengan semangat ia mulai menyuapi Calista.
?Udah ga usah repot-repot aku gapapa kok.?
Calista mencoba merebut semangkuk bubur itu namun sayang Izki tak membiarkan mangkuk itu berpindah tangan. Dengan terpaksa Calista mau di suapi oleh kekasihnya itu walau hatinya sudah ragu pada Izki.
?Izki.? ucap Calista lirih.
?Iya apa??
?Aku minta putus!?
?Hah apa?!? Nicho memberhentikan aktifitasnya. Ia menatap Calista lekat-lekat dan memegang pipi Calista.
?Hust jangan berisik! Nanti mamah denger,”
?Kenapa kamu mau putus? Dihasut apa kemarin sama Nicho??
?Kamu ga boleh nyalahin Nicho sama sekali. Dia ga salah apa-apa. Aku cuma ga mau ngerusak persahabatan kalian,? Calista merunduk lemas. Tak berdaya rasanya bila harus memandang wajah Izki yang kian membara.
?Tapi ga gini caranya!? bentak Izki.
?Tapi kalau aku masih sama kamu akan memperkeruh keadaan.?
?Gak. Pokoknya aku gamau putus!? Izki meninggikan suaranya.
?Yaudah terserah kamu intinya aku anggap kita putus!?
?Yaudah aku pamit pulang dulu ya.? Nicho lekas beranjak pergi dan meninggalkan semangkuk bubur itu tepat di samping kaki Calista.
?Mau kemana kamu?? tanya Calista khawatir.
?Bukan urusan kamu!?
?Ya tapi jangan sampai kamu ribut atau nyakitin Nicho!?
Kalimat itu tak digubirs. Nicho terus mempercepat kakinya dan bersungit keluar dari kamar Calista.
***
Saat itu Izki sangat marah, usahanya merebut Calista kembali terbuang sia-sia. Di pikirannya hanya satu ?NICHO?. Ia segera menghubungi Nicho dan memintanya datang ke suatu tempat.
?Datang juga lu! Gua kira ga berani!? Izki mulai menantang Nicho yang baru saja hadir di hadapannya.
?Ada urusan apa ya??
?Halah ga usah banyak basa-basi lu!!? bentak Izki lalu *BUGGGG!!* Tonjokan itu terlempar tepat di pipi kanan Nicho.
“Eh lu ada masalah apa sama gua?? sergah Nicho menarik baju Izki.
?CALISTA!!! CALISTA BRO!!?
?Hah lu mau Calista? Ambil sana! Gua cuma gak mau lu permainin dia lagi!?
?Lu ga usah munafik! Di depan gua lu baik. Di belakang gua lu nusuk!?
*BUGGGG!!!*
Lagi - lagi tonjokan itu mengenai pipi Nicho akan tetapi sekarang yang kiri. Nicho tak tinggal diam. Ia tak suka di perlakukan seperti itu. Nicho tak mau kalah. Nicho segera membalas Izki dengan pukulan keras di wajah Izki. Izki semakin meluap-luap emosinya sehingga ia mendorong Nicho hingga terjatuh. Nicho menarik tangan Izki dan membantingnya tepat di atas rumput hijau. Mereka berdua saling beradu kekuatan. Nicho berusaha bangkit. Emosi mereka sungguh meluap.
?Gua ga suka sama cara lu yang merebut orang yang sangat gua cintai!? bentak Izki dengan tonjokan di perut Nicho.
?Gua ga pernah ngerebut siapapun!? Nicho meringis kesakitan. Nichopun membalas Izki dengan menjatuhkan badan Izki untuk kedua kalinya.
?Tapi lu ngerusak hubungan gua! Calista mutusin gua barusan!?
?Itu keputusan dia! Gua ga ada campur tangan dalam hubungan lu! Dia cuma mau persahabatan kita kembali kaya dulu!? bentak Nicho sambil menahan tubuh Izki dengan meletakkan sikutnya untuk menekan dada Izki agar ia kesakitan.
?Apa ini yang namanya persahabatan? HAH?? jawab Izki merintis kesakitan.
?Ya lu yang mengubah arti PERSAHABATAN!! Gua gak mau cuma gara-gara cewek persahabatan kita hancur!?
Kalimat itu membuat langit seketika mendung dan turun hujan rintik-rintik. Butir demi butir kian membasahi permukaan tubuh yang mulai memar. Rumput yang hijaupun menjadi saksi betapa pekatnya hari ini. Antara aroma debu yang basah disertai aroma darah segar yang mulai mengalir diantara kedua insan yang kian diselubungi emosi yang menggebu.
?Terus Bro terus!! Lebih teken dada gua biar gua mati di tangan lu! Biar lu puas buat ambil Calista!?
?Gak! Gua lakuin ini biar lu sadar! Lu sadar betapa sakitnya hati gua saat lu ngatain gua! Manfaatin gua!?
?Gua ga pernah begitu!? Izki mencoba melepaskan tangan Nicho dari dadanya namun usahanya tak berhasil.
?Lu gak sadar!?
?Ya terus mau lu apa?? bentak Izki di sertai beberapa bulir darah.
?Gua cuma mau kita kaya dulu! Gak ada kata musuhan apalagi gara-gara cewek!? Kemudian Nicho melepaskan tangan dari dadanya Izki dan mereka berbaring lemas dengan bergelimpang darah di bawah air hujan yang mengalir turun.